Jakarta, 24 October — Meningkatnya jumlah perguruan tinggi di kawasan perkotaan Indonesia turut mendorong peningkatan volume air limbah yang dibuang ke saluran air kota, yang dapat berdampak pada penurunan kualitas air di lingkungan sekitar. 

BINUS University dengan jumlah mahasiswa lebih dari 55.000 yang tersebar di 11 lokasi yang tersebar di wilayah Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Bandung, Semarang, dan Malang, memiliki tanggung jawab atas pengelolaan air limbah yang dihasilkan sesuai dengan UU RI No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 

(Fotografer: Mufti Warits) 

Pengelolaan air limbah merupakan bagian dari upaya untuk perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia dan berperan air dalam kehidupan kita sehingga penggunaannya secara bijaksana sehingga dapat menjaga kelestariannya untuk keberlangsungan hidup generasi mendatang. 

Sebagai universitas yang berkomitmen pada kelestarian lingkungan dan mendukung Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan (TPB), keberadaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (Sewage Treatment Plant or STP) atau IPAL di BINUS University ditujukan untuk mengolah limbah cair dalam golongan air limbah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dihasilkan dari aktivitas kampus sebelum dibuang ke saluran air kota. 

(Fotografer: Mufti Warits)

Dalam menelaah sistem pengelolaan air limbah, Bapak Risan, Maintenance Engineering Section Head, at BINUS @Alam Sutera, menjelaskan bahwa “Air kotor dari toilet, maupun kantin akan dikelola pada saluran yang berbeda dengan yang berasal dari laboratorium karena mengandung  bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air, maupun udara bila tidak ditangani secara terpisah dan tepat.” 

Sistem extended aeration yang digunakan dalam pengeloaan limbah STP kampus Alam Sutera mengacu pada Wastewater Technology Fact Sheet Package Plants yang diterbitkan oleh United States Environmental Protection Agency tahun 2000. Metode ini memanfaatkan pengolahan biologis dengan menggunakan bakteri aerobik yang dikembangbiakan dalam kondisi kaya oksigen sehingga bakteri dapat melakukan dekomposisi serta penguraian zat pencemar secara optimal. 

Diagram Alur: Instalasi Pengolahan Air Limbah — Extended Aeration Process 

(Ilustrasi Diagram Alur: Mufti Warits/Diadaptasi dari: Biosant Extended Aeration) 

Diagram aliran olahan air limbah di atas menggambarkan proses aerasi di IPAL. Pertama, air kotor berasal dari toilet akan dialirkan ke influent chamber untuk menyaring partikel dan zat padat. Sedangkan, air limbah dari kantin, yang umumnya mengandung minyak dan lemak, dialirkan ke grease trap untuk menyaring zat berminyak tersebut untuk mencegah penyumbatan pipa yang dapat menggangu proses pengolahan air limbah. 

Setelah melalui penyaringan awal, air limbah dari kantin dan toilet dialirkan ke equalizing tank untuk proses penyatuan sebelum di olah di aeration tank. Pada tahap ini, proses biologis dilakukan penambahan mikroorgamisme, yaitu bakteri aerob. Dengan bantuan oksigen yang disuplai melalui blower, bakteri aerob dalam air berfungsi untuk mengurangi bau dan menurunkan kadar Chemical Oxgen Demand (COD) dan amonia untuk mempercepat proses penguraian bahan organik. 

(Fotografer: Mufti Warits)

Pada tahap selanjutnya air yang telah diolah di aeration tank akan dialirkam ke tangki penjernih (clarifier tank) atau tangki sedimentasi (sedimentation tank), untuk memisahkan zat padat dalam air. Zat padat ini yang mengendap di dasar tangki akan dialirkan ke tangki lumpur (sludge tank) yang berfungsi menampung endapan lumpur akhir.  

Air yang telah tersaring kemudian dialirkan ke tangki klorinasi (clorination tank) untuk dicampur dengan larutan klorin agar mampu menonaktifkan organisme yang berbahaya seperti virus dan bakteri, termasuk mikroba patogen yang menjadi salah satu penyebab penyakit diare, sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Nurul Laily Hidayati, M.Kes, Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. 

(Fotografer: Mufti Warits)

Dalam proses dekomposisi ini, penting untuk memperhatikan tingkat pH (Power of Hydrogen) yang harus dijaga pada kisaran 6-9 (pH netral), sesuai dengan standar baku mutu air  limbah domestik yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan dalam peraturan No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016.  

Nilai pH menentukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu cairan maupun larutan. Jika nilai pH air <6, ini menandakan tingkat keasaman air tinggi,  yang dindikasikan mengadung bahan korosif dan logam berat sehingga dapat menggangu kesehatan dan menyebabkan korosi pada peralatan pipa. Menurut dr. Verury Verona Handayani dalam artikel di situs Halodoc yang dituliskannya pada tahun 2019, air dengan pH terlalu tinggi, yaitu diatas 9, bila dikonsumsi dapat menimbulkan risiko menyebabkan alkalosis, yaitu kekurangan kadar kalsium pada tubuh yang dapat memicu kerusakan pada tulang. 

(Fotografer: Mufti Warits)

“Berdasarkan hasil pengecekan tim kami terhadap tingkat pH pada air limbah yang telah olah, terdapat fluktuasi pH air ini dikisaran 4 sampai 5,6 yang menunjukkan kandungan asam masih cukup tinggi. Untuk penyelesaiannya tim BM secara rutin melakukan penanganan dengan menambahkan jumlah bakteri aerob untuk menguraikan senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), serta meningkatkan suplai oksigen di dalam air guna menurunkan kadar keasamannya,” jelas Bapak Risan. 

Pada tahap akhir, air yang telah diolah akan dialirkan ke tangki pembuangan (effluent tank) untuk disalurkan ke pipa pembuangan air kota atau digunakan sebagai sumber air penyiraman taman-taman di lingkungan kampus. 

(Fotografer: Mufti Warits)

Dalam proses pengolahan ini, tim BM juga menghadapi beberapa tantangan, termasuk fluktuasi nilai pH dan pengukuran kualitas air, sehingga upaya meningkatkan sistem pengawasan dan evaluasi secara berkala untuk menjaga standar kualiatas air olahan. Langkah ini diharapkan dapat memastikan air limbah yang telah diolah memenuhi standar baku mutu air yang ditetapkan oleh pemerintah sebelum dialirkan kembali ke saluran air kota.  

Melalui proses pengolahan air limbah ini, BINUS University menunjukkan komitmen nyata dalam pewujudan lingkungan yang asri untuk kelangsungan kehidupan. Tim BM di Kampus Alam Sutera juga turut memastikan bahwa IPAL beroperasi sepanjang waktu dan fungsinya beroperasional secara optimal, serta menghimbau seluruh Binusians untuk menggunakan air secara bijaksana. 

Penulis: Mita Adhisti/Penyunting: Hamzah Ramadhan