Hasilkan Pupuk Kompos Olahan Mandiri untuk Penghijauan Kampus
Alam Sutera – Saat memasuki kampus BINUS University di Alam Sutera, hal yang menarik perhatian mata ialah hijaunya tumbuh-tumbuhan serta bunga yang memiliki warna yang merona.
Bagaimana kami melakukannya?
Sejak tahun 2018, Tim Building Management di BINUS University @Alam Sutera telah mengubah sampah taman menjadi kompos. Inisiatif ini merupakan bentuk komitmen BINUS University menjadi institusi yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
(Foto: Mufti Warits)
Bahan-bahan seperti daun yang berguguran, ranting, dan potongan rumput digunakan sebagai dasar dalam pembuatan pupuk kompos. Fungsinya ialah untuk meningkatkan kadar aerasi dan karbon serta mempercepat proses pengomposan. Tim juga memperhatikan tingkat keseimbangan suhu kelembapan agar memastikan proses pengomposan berjalan sukes. Semua campuran ini lalu dicampurkan dengan gula dan EM4 (Effective Microorganism 4) sebagai langkah untuk melengkapi proses dekomposisi.
“Mesin yang dimiliki mampu mencacah sampah menjadi bagian kecil lalu lalu mencampurkannya dengan campuran air, gula, dan EM4. Gula ditambahkan dalam campuran ini untuk memberi makan mikroorganisme. Keberadaan EM4 turut membantu mempercepat proses dekomposisi, mengubah olahan sampah menjadi kompos yang kaya nutrisi untuk taman-taman di kampus kami,” ujar Sutopo selaku Manajer Building Management di kampus BINUS University Alam Sutera.
(Foto: Mufti Warits)
Pemantauan secara rutin selama proses dekomposisi dilakukan agar aktivitas mikroba dapat berjalan dengan optimal. Tim pun turut membalik tumpukan secara teratur agar proses aerasi dilakukan dengan baik sehingga dapat memperlancar proses dekomposisi dan pemecahan bahan organik sehingga hasil produk akhir memiliki kualitas yang optimal.
Setiap bulannya, tim berhasil menghasilkan pupuk kompos sebanyak 10 hingga 20 karung per bulan yang memiliki rata-rata berat sekitar 10 kilogram. Bayangkan, tim telah menghasilkan pupuk kompos lebih dari 150 kilogram!
(Ilustrasi Grafik: Mufti Warits)
Walau tim telah menunjukkan keberhasilannya dalam menghasilkan produk pupuk kompos secara mandiri namun salah satu tantangan yang dihadapi ialah bakteri yang tidak aktif atau kurangnya aktivitas mikroba. “Salah satu penyebab terganggunya perkembangan mikroorganisme pengurai karena rendahnya suhu dan kelembapan udara selama proses pengomposan,” jelas Bapak Rahmat Hidayat, Building Management’s Landscape Supervisor at Alam Sutera Campus.
Upaya melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lingkungan universitas untuk melakukan aktivitas seperti pengumpulan sampah taman, pemantauan, dan penggunaan kompos merupakan bentuk seruan agar kegiatan ini memberi kesempatan dalam menjalankan komitmen kita pada TPB serta praktik berkelanjutan yang memberi dampak positif pada masyarakat.
(Foto: Mufti Warits)
Prof. Dr. Lim Sanny, S.T., M.M., Direktur Kampus BINUS @Alam Sutera, menyerukan rencana tindak lanjut dalam pengembangan praktik berkelanjutan dengan mengajak mahasiswa kita untuk terlibat dalam proyek-proyek inisiatif ini.
“Mahasiswa memiliki peranan yang krusial dalam meningkatkan peran BINUS University dalam program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah organik di lingkungan sekitar kita,” ujar Prof. Lim.
Kami berharap keterlibatan seluruh Binusian khususnya mahasiswa dalam program pengomposan dan pengolalaan sampah organik lainnya dapat mendorong pelestarian lingkungan Kampus BINUS dan menginspirasi masyarakat sekitar untuk menjalankan praktik berkelanjutan ini dalam aktivitas sehari-hari, sehingga berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan yang lebih luas di Indonesia.
(Penulis: Hamzah Ramadhan & Mita Adhisti/Penyunting: Hamzah Ramadhan)
Comments :