Sharon: Marketing Communication dan Jawaban Passion-nya
Passion peserta didik adalah satu dari sekian banyak faktor penting dalam proses perolehan pendidikan tinggi. Pasalnya, belajar tanpa panggilan hati akan mengubah seluruh kegiatan kampus jadi sebuah beban berat bagi seorang mahasiswa. Sebaliknya, individu yang belajar sesuai passion-nya akan sangat menikmati rangkaian proses pembelajaran dari semester awal hingga akhir.
Konsep di atas ternyata diamini oleh banyak calon mahasiswa. Salah satunya adalah Sharon Faustine Jansen—seorang BINUSIAN jurusan Marketing Communication BINUS UNIVERSITY @Kemanggisan.
Kini, setelah enam semester berkuliah, ia bahkan makin yakin kalau mengikuti panggilan hati membuat jalan kariernya lebih terang dan luas. Namun begitu, ia tetap mengingatkan agar mahasiswa dapat memilih kampus yang mampu mengakomodasi, mengembangkan, dan mengarahkan passion mereka dengan baik, layaknya BINUS UNIVERSITY.
Tegas, tetapi Bebas
Sebagai mahasiswa semester atas, Sharon menggambarkan BINUS UNIVERSITY sebagai sebuah kampus dengan sistem akademik yang tegas, tetapi cukup bebas. Ia kemudian mengilustrasikannya dengan sebuah contoh real.
“Saat seorang BINUSIAN berada di semester 5, 6 dan 7, mereka akan diwajibkan untuk menyelesaikan Enrichment Program. Namun, mahasiswa tetap diberikan kebebasan untuk memilih jenis program apa yang akan diikuti (magang, bisnis, study abroad, atau lainnya), di mana program itu akan dilaksanakan, dan sebagainya,” ucap Sharon.
Tidak hanya itu, Sharon juga menambahkan bahwa ketegasan BINUS UNIVERSITY dapat pula dirasakan dalam bidang lain, seperti kurikulum, sistem pembelajaran, rekrutmen dosen, hingga kegiatan UKM.
Ketegasan dan kebebasan inilah yang menurut Sharon mampu membuat seluruh mahasiswa BINUS mengembangkan passion-nya secara optimal.
Teori dan Praktikum Berjalan Beriringan
Sharon merasa beruntung karena memilih BINUS UNIVERSITY sebagai tempatnya menimba ilmu. Pasalnya, ia mendapatkan keluhan dari banyak teman yang kuliah di jurusan sama universitas lain. Teman-temannya merasa bahwa apa yang mereka dapat selama di kampus hanya sebatas teori saja tanpa adanya kesempatan praktik sehingga merasa kesulitan jika nanti harus terjun langsung ke dunia kerja.
Kondisi ini menurut Sharon sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia dapatkan di BINUS UNIVERSITY. “Di awal-awal kuliah, mahasiswa umumnya dijejali teori secara mendalam. Akan tetapi, ketika menginjak semester atas, dosen hanya membahas teori seperlunya saja. Semua disibukkan dengan praktikum seru, mulai dari proyek sederhana sesuai mata kuliah, penelitian, hingga community development.,” ungkap mahasiswi asal Riau ini.
Sebab itu, boleh dikatakan kalau BINUS UNIVERSITY membuat teori dan praktikum berjalan beriringan. Hal ini secara tidak langsung merupakan proses pengarahan passion peserta didik yang dilakukan oleh BINUS. Bagaimana tidak? Makin banyak mahasiswa menemukan masalah selama praktikum, makin besar usaha mereka untuk menemukan jalan keluar. Dengan begitu, passion akan terarah dengan sendirinya.
Seminar dan Pelatihan sebagai Penunjang
Mengingat kembali keputusannya untuk masuk ke BINUS UNIVERSITY, Sharon menyatakan kalau ia terpengaruh oleh banyaknya testimoni keren dari orang-orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat. Salah satu yang sangat melekat pada diri Sharon dari testimoni tersebut adalah adanya seminar dan pelatihan rutin bagi BINUSIAN.
Belajar dari buku, dosen, praktisi, rekan sejawat, seminar, dan magang tentu akan memberikan dampak berbeda pada tiap individu. Hal inilah yang dipercayai Sharon. Maka dari itu, ia amat menantikan keterlibatan dirinya dalam berbagai seminar ataupun pelatihan dengan keberagaman topik dan pembicara ketika nanti sudah jadi BINUSIAN.
“Saya menganggap adanya pelatihan dan seminar ini merupakan sebuah kesempatan emas karena saya bisa menjawab rasa ingin tahu saya seputar dunia marketing communication dari sumber lain, yaitu praktisi sukses di bidangnya,” papar wanita yang sekarang sudah berkecimpung ke dalam content marketing ini.
Selama menjadi mahasiswa BINUS UNIVERSITY @Kemanggisan dari 2018 lalu, Sharon mengakui ada begitu banyak seminar dan pelatihan yang menurutnya sangat bermanfaat. Namun, satu yang paling membekas adalah seminar oleh Yasa Singgih, seorang billionaire muda dengan brand bisnis Men’s Republic.
Dari seminar itu, ia lantas memantapkan diri untuk merintis bisnis di bidang digital marketing. Selanjutnya, Sharon berharap ia dapat mendirikan sebuah agensi di bidang social media marketing specialist selepas meraih gelar sarjana.