Pada Februari 2019, seorang petani di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Grobogan, meninggal dunia saat menyemprotkan pestisida di sawah. Setelah menyemprot sebanyak 3 tangki, petani ini tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian itu langsung menolong. Namun, korban dinyatakan meninggal dunia saat tiba di Puskesmas. Menurut pernyataan dokter, korban keracunan pestisida pembasmi rumput.

Sejumlah kasus serupa juga pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia, misalnya dua petani di Indramayu yang meninggal karena diduga keracunan pestisida. Melihat kondisi tersebut, Egbert Michael Ganadhi dan Muhamad Farhan Fakhrezi, mahasiswa BINUS UNIVERSITY, terinspirasi untuk membuat alat khusus demi mengurangi risiko kematian petani akibat pestisida. 

Cara Kerja Drone Penyemprot Pestisida

Binusian

Alat yang diciptakan Egbert dan Farhan itu disebut drone penyemprot pestisida. Alat ini bekerja secara otomatis dan tidak perlu dioperasikan oleh manusia dalam jarak dekat. Cara kerja teknologi ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Lokasi sawah yang ingin disemprot dimasukkan ke sistem drone. Setelah itu, drone akan menuju lokasi sesuai titik yang dimasukkan. 

Tiba di lokasi, drone akan langsung menyemprot. Tidak berhenti sampai di situ, teknologi ini juga diatur sedemikian rupa agar dapat mengecek apakah ada titik yang perlu disemprot lagi. Jika tidak, drone akan kembali ke titik semula. Dengan teknologi ini, para petani tidak perlu lagi menyemprot pestisida dari jarak dekat sehingga tidak memakan korban jiwa. 

Pentingnya Pestisida bagi Pertanian

Binusian

Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang dipakai untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu. Asal katanya dari “pest” (hama) dan “-cide” (pembasmi). Pestisida bisa digunakan untuk membasmi serangga, tikus, mamalia, mikrobia, dan gulma, yang dianggap mengganggu. Pada umumnya, pestisida mengandung racun, meskipun tidak selalu demikian. 

Dalam Konvensi Stockholm mengenai Polutan Organik Persisten, 9 dari 12 senyawa kimia organik yang berbahaya termasuk dalam golongan pestisida. Karena itu, penggunaan pestisida tanpa berdasarkan aturan dapat membahayakan kesehatan, baik manusia maupun lingkungan. Bahkan, kadar pestisida tinggi juga bisa merusak eksosistem. 

Dalam mengelola pertanian, para petani sangat mengandalkan pestisida untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan bantuan pestisida, petani dapat meningkatkan hasil tanam. Ini merupakan harapan dari semua petani.

Sayangnya, masih banyak petani yang belum memahami dampak pestisida, baik terhadap lingkungan maupun kondisi kesehatan petani itu sendiri. Hal ini dibuktikan dari sebuah penelitian yang dilakukan terhadap para petani di Desa Curut, Kecamatan Penawangan, Grobogan. Tingkat pengetahuan para petani terhadap bahaya pestisida masih sangat kurang. 

Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh para petani adalah menyemprotkan pestisida tanpa melihat arah angin. Hal ini tentu sangat berbahaya, apalagi jika penyemprotan dilakukan dalam jarak dekat. Risiko yang mungkin terjadi adalah keracunan, baik dalam taraf akut ringan, akut berat, atau kronis. Tiap tahap memiliki gejala tersendiri, antara lain pusing, sakit kepala, diare, mual, atau sulit bernapas. 

Pada tahap keracunan kronis, gejalanya sulit dideteksi karena tidak langsung terasa. Tidak ada tanda-tanda spesifik yang terlihat. Namun, dalam waktu lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya kanker, keguguran, atau kelainan pada janin. 

Berkembangnya Teknologi Pertanian

Saat ini, dengan semakin berkembangnya teknologi, dunia pertanian juga turut merasakan dampaknya. Anak-anak muda seperti Egbert dan Farhan menjadi bagian penting dalam perkembangan ini. 

Karya mereka dimulai dari topik skripsi Development of Pesticide Spraying System Using Autonomous Drone. Sebagai lulusan S1 Prodi Computer Science, mereka ingin berkontribusi untuk memajukan teknologi di bidang pertanian. “Kami berharap, alat ini dapat mengurangi dampak pestisida terhadap petani sekaligus dapat menyemprot hama secara efektif.”

Nah, kamu juga tentu ingin meraih prestasi seperti Egbert dan Farhan. Bukan hanya berprestasi, tetapi sekaligus dapat membantu masyarakat dengan ilmu yang dimiliki. Untuk itu, mulailah dengan mengasah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kemudian, wujudkanlah dalam karya-karya yang bermanfaat.