#38thBINUS
Semuanya berawal dari mimpi satu orang, Bapak Joseph Wibowo, yang mengabdikan hidupnya untuk nusantara, dari perjuangan kemerdekaan, dan sepanjang hidupnya.
Dengan visi dan keyakinan yang kuat, ia memulai dari sebuah pusat pelatihan komputer kecil, di sebuah garasi rumah, yang kemudian menjadi lembaga pengetahuan terkemuka di Indonesia.
Bapak & Ibu Joseph Wibowo menyampaikan visi, semangat, dan nilai-nilai mereka kepada putra dan putrinya. Dipimpin oleh Ibu Widia Soerjaningsih, beliau telah membawa BINA NUSANTARA menjadi seperti sekarang ini.
Setelah membentuk landasan yang kuat, BINUS memperluas kontribusinya kepada Bangsa dengan mengembangkan sekolah dasar hingga menengah. Sekolah yang dirancang dengan standar kurikulum akademis dan program ko-kurikuler yang baik, membina setiap individu dengan kemampuan intelektual, fisik, emosional & sosial dan nilai-nilai moral dan spiritual yang baik.
Di BINUS School, siswa menemukan potensi mereka dengan menjunjung tinggi kearifan budaya Indonesia, selain itu juga terus berkembang dan selalu mengembangkan potensi diri kedepan untuk masa depan yang lebih baik di dunia sekitar mereka.
Di tingkat pendidikan tinggi, BINUS UNIVERSITY berkomitmen mengimplementasikan teknologi terbaru dan menggunakan metode pembelajaran yang sudah terbukti. Kami melakukan kegiatan pembelajaran yang sangat baik disertai dengan pembentukan karakter untuk menumbuhkan siswa sebagai individu yang kreatif, inovatif, terampil, individu yang secara moral dan memiliki intelektual kedepan. Melalui Program 3 + 1, Program 2 in 3, dan Program Internasionalisasi, BINUS UNIVERSITY mendorong para mahasiswa dan alumni untuk berkembang agar dapat bersaing secara global yang sangat kompetitif.
Kontribusi BINUS kepada Bangsa terus berlanjut melalui lembaga pendidikannya di seluruh nusantara. BINA NUSANTARA akan terus bergerak maju dengan semangat membina dan memberdayakan Masyarakat untuk membangun dan melayani Bangsa, menuju NUSANTARA YANG LEBIH BESAR!
Tiga Nilai Utama Penunjang Sukses
Keberanian sangat lekat dengan identitas diri Pak Wibowo. Sejak kecil ia telah menunjukkan sifat beraninya saat berhadapan dengan tukang tagih sekolahan karena ayahnya sering terlambat membayar iuran sekolah. Ia pun berani memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah sebagai bentuk pembelaan pada ayahnya yang sering dihina oleh tukang tagih tersebut. Baru sesaat setelah Pak Wibowo menikah, ia pun kembali memperlihatkan keberaniannya dengan berpartisipasi melawan Agresi Belanda.
Di Malang, Pak Wibowo tergerak untuk berjuang mengusir penjajahan dari tanah air dengan membuat dan menyebarkan pamflet yang berisi teriakan kemerdekaan. Pak Wibowo yang saat itu bergabung dengan PAS-O (Pasukan Oembaran) membuat publikasi tersebut dilakukan di rumahnya secara sembunyi-sembunyi bersama rekan-rekan seperjuangan. Namun selain itu, Pak Wibowo pun turut angkat senjata, bertugas sebagai penyedia pengadaan senjata dan obat-obatan, sekaligus bertanggung jawab mencari dana untuk membiayai perang gerilya tersebut. Tanggung jawab tersebut ia peroleh karena Pak Wibowo terkenal pintar berstrategi, bernegosiasi dan mencari akal. Untuk mendapatkan dana ia menjual barang-barang berharga yang diperoleh dari Bapak Syamsul Bahri. Bahkan dana pribadi Pak Wibowo kadang terpakai untuk membiayai perjuangan tersebut. Selain itu untuk mendapatkan tambahan dana, Pak Wibowo menjual-beli ban dan mengangkut rokok dari pabrik di Malang ke Probolinggo. Biasanya dalam pengangkutan rokok setiap kali melewati pos-pos Belanda harus membayar cukai. Kali ini Pak Wibowo punya cara lain untuk menghindari pembayaran cukai tersebut. Ia dengan kepiawaiannya berkomunikasi, berhasil menyewa dua buah truk milik tentara Belanda. Truk itulah yang digunakan untuk mengangkut rokok. Karena memakai truk milik Belanda, otomatis ia terlepas dari kewajiban membayar cukai rokok sehingga dana cukai tersebut bisa ia gunakan untuk membiayai perang gerilya.
Berkat keberanian, kebijaksanaan dan kesetiaannya yang luar biasa, Pemerintah Indonesia menganugerahkan tanda jasa berupa bintang kehormatan yakni Bintang Gerilya pada tahun 1950. Bintang kehormatan tersebut diserahkan oleh Sultan Yogyakarta selaku Menteri Pertahanan Republik Indonesia saat itu.
Setelah perang gerilya usai, pada akhir 1953, Pak Wibowo hijrah dari Malang ke Probolinggo untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Untuk bisa menghidupi keluarganya, Pak Wibowo bekerja sebagai pedagang kertas. Sedangkan Ibu Wibowo meneruskan usaha keluarganya yang membuka toko mas. Mereka mempunyai enam putra-putri yakni Richard Oei, putra pertama yang lahir pada 21 Mei 1947, lalu disusul Eduard Waluyo sebagai putra kedua lahir pada 10 Maret 1949. Hanya selang satu tahun Bapak dan Ibu Wibowo memiliki anak ketiga, satu-satunya perempuan, yang diberi nama Theresia Widia Soerjaningsih, yang lahir pada 19 Oktober 1950. Tak lama pada 23 Juni 1952, Ibu Wibowo melahirkan putra keempat yakni Bernard Gunawan. Selang empat tahun lamanya, tepatnya pada 1 Mei 1956, Bapak dan Ibu Wibowo kembali dikarunia putra kelima yang diberi nama Carmelus Susilo. Kemudian setahun setelah itu, Ibu Wibowo melahirkan putra bungsunya, Robert Tjahjono pada tanggal 27 Juni 1957.
Mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi istri dan keenam anaknya membuat Pak Wibowo harus bekerja keras agar bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Setiap harinya ia harus berangkat dari rumah pukul lima pagi, disaat anak-anak masih terlelap, dan tiba kembali sekitar sepuluh malam, ketika anak-anak sudah tidur. Hal ini terjadi karena selama enam hari seminggu, Pak Wibowo harus mengambil kertas dari pabrik di Leces, sekitar 10 kilometer dari Probolinggo, dan menjualnya ke berbagai perusahaan di Probolinggo, Surabaya dan sekitarnya. Namun disamping mewujudkan nilai kerja keras yang dicontohkan dari ayahnya, Pak Wibowo pun tetap tak lupa dengan passion yang dimilikinya pada dunia pendidikan. Pak Wibowo pun turut membantu pencarian dana untuk membangun sekolah-sekolah di daerah Jawa Timur, mulai dari Probolinggo, Jember, Lawang dan sekitarnya. Selain itu, Pak Wibowo bertekad menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin sehingga mereka bisa mendapatkan ilmu dan bekal yang cukup untuk berjuang menjalani kehidupan. “Harta dan jabatan bisa hilang dengan sekejap, tetapi ilmu akan melekat selamanya,” begitu petuah Pak Wibowo kepada seluruh anaknya.
Selama di Probolinggo, Pak Wibowo aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan seperti organisasi Pemuda Katolik, PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) dan gerakan anti komunis. Ada satu cerita menengangkan yang kembali dapat menggambarkan keberanian Pak Wibowo. Saat PKI merajalela, Pak Wibowo yang bergabung dalam gerakan antikomunis menyelamatkan Rufinus Lahur, Ketua Presidium PMKRI Cabang Malang yang menjadi musuh Pemuda Rakyat (organisasi pemuda dibawah naungan PKI). Karena kevokalan dan kegiatan Rufinus Lahur mengerahkan massa anti komunis, Rufinus diincar akan dibunuh oleh Pemuda Rakyat. Mengetahui hal tersebut, Pak Wibowo langsung membawa lari Rufinus dengan mobilnya sehingga Rufinus bisa selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Walaupun kiprah Pak Wibowo di Probolinggo sudah cukup berhasil, namun Bapak dan Ibu Wibowo memutuskan untuk kembali ke kota Malang pada 1966 karena mereka menginginkan anak-anaknya yang telah menginjak remaja mendapatkan pendidikan dari sekolah terbaik. Mereka menyekolahkan putra-putrinya di SMA Katolik yang terkenal dengan kualitas tinggi yaitu SMA St. Maria dan SMA St. Albertus (SMA Dempo). Pada 1969, bisnis penjualan kertas Pak Wibowo sempat terganggu karena salah satu pelanggannya di Surabaya membayar dengan cek kosong. Kondisi keuangan keluarga sempat morat marit untuk bisa menutupi pembayaran ke pabrik dan upah pegawai. Akibat kehilangan dana yang cukup besar, Pak Wibowo pun tidak lagi menjual kertas tetapi hanya bisnis kecil-kecilan jual beli hasil bumi. Pada tahun 1970, Ibu Wibowo mulai mengembangkan bisnis kripik singkong, sekoteng dan makanan kecil lainnya untuk membantu perekonomian keluarga. Kerja keras keduanya dan semangat juang yang tinggi dari Bapak dan Ibu Wibowo membuahkan hasil. Tekad mereka menyekolahkan para putra-putrinya ke tempat terbaik dapat terlaksana. Setelah menyelesaikan SMA, mereka mengirim keenam anaknya kuliah di Jakarta.
Sepeninggal anak-anaknya ke Jakarta, Bapak dan Ibu Wibowo memutuskan turut hijrah ke ibukota agar terus dapat membimbing dari dekat para putra-putrinya. Karena mereka aktif di paroki Malang, sewaktu pindah ke Jakarta, dibantu oleh seorang Romo dan tinggal di rumahnya di kawasan Rawabelong, Jakarta. Mereka lalu kembali memulai usaha dari bawah dengan menjual roti goreng. Tukang rotinya mereka datangkan dari Malang dan dijual di Tanah Abang. Berkat keteguhan dan kerja keras, mereka dapat menyewa rumah sendiri di Jl. Makaliwe di kawasan Grogol. Dari sini, Ibu Wibowo mengembangkan usaha catering yang memulai usahanya dari hanya mempunyai empat pelanggan hingga menjadi 200 pelanggan.
Sebagai peraih bintang gerilya, semangat kecintaan pada negara ini tak pernah surut. Lepas dari berbagai perjuangan yang telah dilakukan, Pak Wibowo tetap mencari cara untuk bisa memberikan kontribusi terhadap bangsa Indonesia. Pada tahun 1974, setelah berdiskusi dengan putri semata wayang, Ir. Th. Widia Soerjaningsih yang baru saja lulus dari Fakultas Teknik Trisakti, Pak Wibowo melihat kesempatan untuk bisa membangun negeri ini melalui pendirian lembaga kursus komputer. Belum lagi Pak Wibowo diminta sebagai pencari dana untuk Panti Asuhan Vincentius yang mempunyai misi mendidik dan memelihara puluhan anak terlantar. Pak Wibowo berpikir jika ia berdagang lagi dan mengalami pasang surut seperti yang pernah dilakoni sebelumnya akan berdampak besar pada keluarga dan juga anak-anak di Panti Asuhan Vicentius ini. Sedangkan melalui pendidikan, Pak Wibowo bisa meraih berbagai manfaat sekaligus. Akhirnya pada 21 Oktober 1974, Pak Wibowo yang dibantu oleh putra-putrinya membuka Modern Computer Center (MCC). MCC ini memakai tempat di Panti Asuhan Vicentius dan hanya buka malam hari sewaktu ruangan tersebut tidak terpakai. Renovasi pun dilakukan karena ruangan tersebut lampu penerangan dan cat dinding yang sudah lusuh. Komitmen yang diberikan Pak Wibowo adalah memberikan 50% keuntungan yang didapat kepada Panti Asuhan Vicentius.
Dari kesempatan membuka lembaga kursus komputer, Pak Wibowo beserta putra-putrinya bekerja keras dan keberanian menerima tantangan untuk bisa membesarkan lembaga pendidikan ini. Tiga nilai yang dianut Pak Wibowo tersebut berbuah manis. Lembaga pendidikan yang bermula dari kursus komputer dengan belasan siswa sekarang berhasil menjadi lembaga pendidikan terkemuka di Indonesia yang menyediakan pendidikan mulai dari tingkat pra-TK hingga Universitas dengan mempunyai 30.000 siswa/mahasiswa.
Sayangnya semua kesuksesan dan prestasi BINUS tidak dapat disaksikan oleh Pak Wibowo. Bapak Binusiantelah pergi meninggalkan 6 anak dan 6 menantu, 14 cucu beserta seluruh keluarga BINUSianpada 16 Juli 2001. Kami para penerus senantiasa mengenang dan meneladani seluruh kebijaksanaan dan mencoba terus mengamalkan amanat seoptimal mungkin sehingga dapat terus berperan serta membangun bangsa Indonesia. Karenanya BINUS akan terus terbang dan bergerak lincah menghadapi segala tantangan sekaligus selalu memberikan manfaat bagi sekitarnya.
- “Ibu BINUSIAN.
Ibu Dr. Ir. Th. Widia Soerjaningsih, MM.Margareth Thatcher. Itulah sebutan para BINUSianterhadap sosok lembut dan penuh kasih ini. Tak salah jika sosok besar Margareth Thatcher diasosiasikan kepada Ibu Widia. Mereka sama-sama pemimpin wanita yang mempunyai daya juang tinggi, inovatif, bekerja keras, tetapi mempunyai kelembutan hati dan selalu tulus dalam membantu sesama. Wanita kelahiran Malang, 19 Oktober 1950 ini merupakan anak ketiga dan putri satu-satunya dari pasangan Joseph Wibowo dan Cecilia Setianingsih. Menjadi putri tunggal bukan berarti Ibu Widia dimanja secara berlebihan oleh kedua orang tuanya. Sewaktu kecil, Ibu Widia tidak pernah meminta mainan khusus anak perempuan yang umumnya dimiliki oleh teman sebayanya. Malahan, ia lebih sering bermain dengan kakak dan adiknya yang bermain kelereng, panjat pohon, dan mainan anak lelaki lainnya.Bakat istimewa telah terpancar dari sosok Ibu Widia sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Ia selalu menjadi yang terdepan dan terpintar di kelasnya. Hal ini berlanjut hingga ia berstatus mahasiswi di Fakultas Teknik Universitas Trisakti. Usaha keluarga yang dilanda masalah membuat ia beserta kakaknya mencari akal untuk tetap bisa sekolah tanpa memberatkan orang tua. Bersama kakak sulungnya, Richard Oei, mereka menawarkan jasa untuk menjadi guru les bagi murid-murid SMA tingkat akhir. Ibu Widia menjadi tutor mata pelajaran matematika dan fisika sedangkan kakaknya mengajarkan biologi dan kimia. Hanya satu tahun Ibu Widia mencari uang dengan memberikan les tambahan. Tahun berikutnya ia memutuskan untuk berhenti karena ternyata aktifitas ini mengganggu kuliahnya. Ia pun mencari uang tambahan dengan menjual kripik singkong kiriman Ibunya kepada teman-temannya. Karena aktifitas tersebut tidak menghabiskan banyak waktu, Ibu Widia berhasil mempertahankan nilai baik selama perkuliahan berlangsung. Berkat kepintarannya pula, satu tahun sebelum lulus, ia berhasil mendapatkan pekerjaan di Pertamina yang pada waktu itu mempunyai rencana akan mendirikan PACT (Pertamina Academy of Computer Technology) di Sukabumi. Pekerjaannya sebagai calon tenaga pengajar di Pertamina membuat Ibu Widia mendapatkan berbagai pelatihan tentang ilmu komputer. Tenaga-tenaga ahli dari Amerika Serikat didatangkan oleh Pertamina untuk mendidik para calon tenaga pengajar tersebut. Selain itu Ibu Widia pun sempat mengambil praktik komputer di IBM selama tiga bulan untuk memperdalam ilmu komputer yang digemarinya. Karenanya walaupun ia sudah meraih gelar tertinggi tetapi ia tak pernah mau berhenti belajar. Meluangkan waktu satu jam dalam sehari untuk membaca adalah wajib hukumnya. Dari berbagai bacaan itulah, biasanya ia mendapatkan inspirasi untuk bergerak maju dan memetakan pertumbuhan BINUS selama 20 tahun hingga 30 tahun ke depan. Sungguh suatu langkah visioner yang jarang dilakukan oleh pemilik sekaligus pemimpin suatu lembaga pendidikan pada jaman tersebut.Sebagai pengagum Ibu Theresa, ia pun selalu tergerak untuk membantu orang lain yang sedang kemalangan. Sebagai contoh, Ibu Widia bersama anak didiknya membuat piranti lunak dengan huruf Braille untuk kalangan tuna netra agar mereka tetap bisa terus belajar. Hal ini merupakan terobosan besar yang dilakukan pada masa itu. Selain itu sifatnya yang welas asih dan penuh kesederhanaan menjadi panutan semua BINUSian. Sering kali saatnya istirahat atau pulang kantor, mahasiswa datang menemuinya untuk bertukar pikiran atau sekadar curhat akan masalah yang dimilikinya. Ibu Widia pun dengan sabar mendengarkan semua keluhan-keluhan yang datang, baik dari mahasiswa ataupun dari karyawannya. Ibu Widia juga tidak pernah membeda-bedakan karyawan dari tingkat jabatan. Setiap bertemu karyawan, tidak peduli ia pejabat atau petugas kebersihan, Ibu selalu menyapa dengan penuh hangat dan santun. Semua dianggap sebagai satu keluarga besar sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Hal ini juga yang berkontribusi terhadap kesuksesan BINUS hingga saat ini.
Namun kesibukannya tidak membuat ia lupa melupakan kewajiban sebagai seorang istri sekaligus ibu. Bersama suaminya, ia berhasil membesarkan ketiga anaknya yakni Stephen, Francis dan Patricia yang saat ini ketiganya telah menyelesaikan pendidikan tinggi dari Amerika Serikat. Ibu Widia pun selalu meluangkan setiap sabtu sore untuk pergi ke gereja bersama seluruh keluarga. Ketiga anaknya dididik dengan penuh kasih sayang dan diajarkan bagaimana bermimpi sehingga mempunyai tujuan hidup. Satu anggapan bahwa masa depan merupakan milik orang yang mempercayai mimpinya diyakini sepenuh hati oleh Ibu Widia.“Semua berawal dari mimpi. Dan jika kamu berikan yang terbaik untuk mimpimu, maka hanya yang terbaiklah yang akan menghampiri kamu sebagai balasannya.” Itulah petuah yang selalu diingatkan Ibu Widia kepada para seluruh keluarga BINUSian. Maka tak salah jika lagu I have a dream, dari ABBA menjadi lagu favoritnya karena menggambarkan visi besar dari mimpi itu sendiri. Tak jarang Ibu Widia memutar lagu ini dikala rapat sebagai pembuka acara atau mendendangkannya sewaktu bersantai bersama dengan keluarga.
Impian Ibu Widia memberikan pendidikan berkualitas dengan harga yang terjangkau kepada seluruh lapisan masyarakat memang belum terealisasi sempurna karena takdir berkata lain. Setelah melalui perjuangan panjang, Ibu Widia Soerjaningsih akhirnya berpulang ke rumah Tuhan pada 24 Desember 2004. Meskipun begitu, mimpi itu tidak akan hilang begitu saja sepeninggal beliau. Segala jerih payah Ibu Widia sebagai salah satu guru bangsa akan terus dilanjutkan sehingga semboyan BINUS yakni membangun masa depan Indonesia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, akan terus berkibar selamanya. “ - Setelah menjalankan MCC selama enam tahun, ada banyak umpan balik dari para lulusan yang merasakan mereka membutuhkan jenjang sekolah yang lebih tinggi. Belum lagi banyak yang meminta MCC mengajarkan bidang keilmuan lain seperti akuntansi, manajemen, dan lain-lain sebagai pelengkap kurikulum kursus tersebut. Umpan balik ini ditanggapi secara serius oleh Pak Wibowo. Apalagi ia melihat lingkungan sekitar di Panti Asuhan Vincentius, yang berada di Jl. Kramat Raya, banyak siswa lulusan SMA yang tidak meneruskan pendidikannya karena terbentur biaya. Pak Wibowo yang pernah mengalami kesulitan tersebut langsung tergerak mendirikan akademi komputer pada tahun 1981 yang diberi nama Akademi Teknik Komputer dengan jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika.
- Pak Wibowo yang membantu mengurus perijinan sampai Akademi Teknik Komputer (ATK) menerima status Terdaftar pada 13 Juli 1984 dan nama ATK diganti pemerintah menjadi Akademi Manajemen Informatika & Komputer (AMIK) Jakarta. Satu tahun kemudian, AMIK Jakarta berhasil membuka jurusan Komputerisasi Akuntansi yang merupakan bidang baru pada saat itu. Pada 21 September 1985, sebagai strategi diferensiasi dari para pesaingnya, AMIK Jakarta berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara, sesuai dengan nama yayasan pengelolanya, yakni Yayasan Bina Nusantara. Nama besar ini diberikan oleh rekan perjuangan Pak Wibowo, yaitu Laksamana Madya Rudy Poerwana. Nama ini diberikan sesuai dengan misi Pak Wibowo agar bisa turut serta dalam membangun bangsa melalui pendidikan.
- “Berkat makin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tenaga-tenaga andal dalam bidang teknologi informasi, pada 1 Juli 1986, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) BINA NUSANTARA didirikan dengan Program Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika. Tepat satu tahun setelah itu, STMIK juga membuka program S1 jurusan Teknik Komputer.
Tonggak sejarah lainnya terjadi pada 9 November 1987, dimana AMIK Bina Nusantara dilebur menjadi STMIK Bina Nusantara.
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer ini menawarkan jenjang pendidikan setara D3 dan S1 dengan status terdaftar serta mempunyai empat jurusan yaitu Manajemen Informatika, Teknik Komputer, Komputer Akuntansi, dan Teknik Informatika. Hanya dalam kurun waktu satu tahun, pada 18 Januari 1988, jenjang D3 untuk jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika mendapatkan status Diakui. Dua tahun berselang, kedua jurusan tersebut mendapat status Disamakan yang membuat STMIK Bina Nusantara semakin mendapatkan pretise bagi calon mahasiswa. Lalu pada 19 Maret 1992, seluruh jurusan yang dimiliki oleh STMIK Bina Nusantara memperoleh status Disamakan. Hal ini membuat nama STMIK Bina Nusantara semakin berkibar dan dikenal oleh semua pihak baik lembaga pendidikan lain, para orang tua dan calon murid.
Untuk lebih mengangkat prestise, pada 10 Mei 1993 STMIK Bina Nusantara pun membuka Program Magister Manajemen Sistem Informasi, salah satu Program Pascasarjana pertama di Indonesia di bidang tersebut. Untuk mendukung program tersebut, Ibu Widia berkomitmen mengirimkan dosen-dosennya kembali sekolah ke luar negeri atas biaya yayasan. Dari sini terlihat komitmen Ibu Widia yang tidak pernah setengah-setengah menjalankan usaha pendidikan secara profesional. Setelah berhasil meng-upgrade kursus komputer menjadi sekolah tinggi, Ibu Widia berambisi untuk mengubah status sekolah tinggi menjadi universitas. Pada saat itu, pendirian universitas harus mempunyai lima fakultas. Kecintaannya pada ilmu pasti membuat ia memilih membuka Fakultas MIPA sebagai pelengkap syarat pendirian universitas. Ia dibantu tim pun bekerja membuat kurikulum dan mencari dosen-dosennya. “ - Kerja keras tersebut akhirnya berbuah dengan keluarnya akte pendirian universitas yang dinamakan Universitas Bina Nusantara pada 8 Agustus 1996. STMIK Bina Nusantara kemudian melebur ke dalam Universitas Bina Nusantara pada 20 Desember 1998, sehingga Universitas Bina Nusantara memiliki : Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, dan Program Pascasarjana. Atas permintaan pasar, pada 2007 Universitas Bina Nusantara membuka 2 fakultas baru: Fakultas Psikologi dan Fakultas Komunikasi & Multimedia. Pengembangan yang lebih jauh ini memberikan variasi dari program studi sebelumnya dalam sistem pendidikan yang berbasiskan teknologi informasi.
- Tentunya begitu banyak penghargaan yang diraih oleh BINUS, namun yang tak kalah pentingnya, dimana BINUS dengan cemerlang mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa unggulan dan berprestasi, sebagai organisasi pun BINUS tak kalah maju berinovasi. Hal ini dibuktikan pada 1997, binus menjadi universitas pertama di indonesia yang mempunyai serti kasi ISO-9001 untuk standarisasi sistem manajemen mutu. Serti kasi ini digunakan untuk pengendalian, pengkajian dan evaluasi roda organisasi yang makin lama semakin besar.
- BINUS INTERNATIONAL merupakan salah satu pionir sekolah program strata -1 (S1) International yang menyediakan program ganda dengan berbagai mitra universitas pilihan di luar negeri, baik itu dari benua Asia, Eropa dan Australia. Dengan menerapkan kurikulum berstandar internasional, BINUS INTERNATIONAL menawarkan program Computer Science, Information System, Marketing, Accounting, Art & Design, Communnication, Fashion Design, Fashon Management, Film, serta Hospitality & Tourism Management. Kedua program tersebut menempati kampus terbaru dan yang paling modern, The Joseph Wibowo Center for Advanced Learning (JWC).
- Pada tahun 1998, BINUS memiliki program Sekolah Menengah Atas (SMA) yang disebut BINUS High yang menjadi cikal bakal BINUS School yang memiliki program Pra-TK sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). BINUS School berlokasi di Simprug, Serpong, dan Bekasi.
- Binus Online Learning merupakan perguruan tinggi swasta pertama yang mendapat kepercayaan dari pemerintah melalui Surat Keputusan nomor 146 tahun 2014 mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PPJJ).
- “Binus University terus berkomitmen dalam menyediakan pendidikan yang terintegrasi dari pra-TK hingga S3.Untuk tingkat S3, Binus University menyelenggarakan program Doctor of Research in Management (DRM) dengan penekanan pada pengembangan pengetahuan manajemen yang menggabungkan unsur-unsur ilmu pengetahuan, best practice, dan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)DRM merupakan program tingkat doktoral (S3) dalam bidang manajemen yang diselenggarakan oleh Binus University. Program pendidikan ini memiliki dua peminatan, yaitu Management Sustainability & Growth Strategy dan Management Scholar Track. “
- Pada tahun 2011, Yayasan Pendidikan KALBE (YPK) bekerja sama dengan Bina Nusantara (BINUS) dan mengubah nama ITBK menjadi KALBIS Institute. Terdapat tiga tingkatan program kuliah di Kalbis Institute, yaitu diploma, sarjana, dan magister. Kalbis Institute memiliki satu program studi D3, yaitu Akuntansi. Kalbis juga mempunyai sembilan program S1 yaitu akutansi, manajemen, business in creativeindustries, sistem informasi, teknik informatika, strategic communication, broadcasting, dan advertising and digital communication. Untuk Magister hanya ada satu jurusan yaitu manajemen.
- Nama “BINA NUSANTARA” diberikan oleh bapak Rudy Poerwana (Alm) yang mengandung suatu harapan untuk membangun seluruh wilayah Nusantara melalui pendidikan.
- BINUS UNIVERSITY terus memberikan pendidikan berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) bagi para mahasiswanya. Sejak tahun 2001, BINUS UNIVERSITY menerapkan sistem pembelajaran multi channel learning dengan menggunakan Learning Management System (LMS) yang dibangun sendiri, yaitu BINUSMAYA. Kemudian tahun 2008 hadirlah BINUS Online Learning, sebuah media belajar online bagi individu yang ingin belajar dan mengembangkan diri tanpa harus terikat dengan jadwal dan tempat tertentu. Seiring dengan perkembangannya, maka pada Juni 2014 lalu BINUS Online Learning mendapat kepercayaan dari Pemerintah melalui SK No. 146/E/O/2014 mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh. BINUS merupakan perguruan tinggi swasta pertama yang memperoleh izin Pendidikan Jarak Jauh tersebut. Melalui pendidikan ini maka mahasiswa yang berkuliah melalui metode ini bisa berasal dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan tidak menutup kemungkinan dari luar negeri. Salah satu peraturan untuk pelaksanaan pendidikan jarak jauh ini adalah adanya Unit Sumber Belajar Jarak Jauh (USBJJ). Nantinya di setiap wilayah akan dibangun BINUS UNIVERSITY Learning Community (BULC) yang merupakan perwujudan USBJJ. Di BULC, para mahasiswa dapat melakukan kegiatan tutoring dengan tutor yang disediakan di masing-masing wilayah, ujian dan lainnya tanpa harus datang ke kampus BINUS UNIVERSITY di Jakarta. Kota pertama tempat dibukanya pendidikan jarak jauh BINUS Online Learning ini adalah Palembang.