Jakarta, 6 Maret 2024 “Inklusi keuangan memainkan peran penting dalam mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan mendorong pemberdayaan ekonomi dan mengurangi kemiskinan,” merupakan kalimat gagasan yang diutarakan Prof. Dezie dalam orasi ilmiah yang disampaikan yang berjudul “Mewujudkan Indonesia Sejahtera Melalui Inklusi Keuangan: Tantangan dan Kesempatan bagi Fintech.”

Prof. Dezie menggambarkan hubungan antara Inklusi keuangan, layanan keuangan digital, dan literasi keuangan dalam kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Inklusi keuangan adalah ketika setiap individu memiliki akses terhadap layanan keuangan formal. Layanan keuangan digital, yang didorong oleh teknologi digital, memainkan peran kunci dalam meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan.

Fintech, badan usaha yang menyediakan layanan keuangan digital, memanfaatkan inovasi teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas layanan keuangan.

Meskipun demikian, penerapan layanan keuangan digital di Indonesia juga membawa risiko, seperti risiko keamanan siber yang meningkat dan kurangnya literasi keuangan di kalangan pengguna. Banyak konsumen layanan keuangan tidak memiliki pengetahuan dasar dalam pengambilan keputusan keuangan, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka.

Prof. Dezie juga membahas fenomena maraknya pinjaman online (Pinjol) yang sering kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau keinginan konsumen. Data dari OJK menunjukkan kelompok usia penerima kredit pinjol di usia 19-34 tahun.

Kelompok usia ini, yang melibatkan pelajar, mahasiswa, dan pekerja, memiliki akumulasi utang pinjol sebanyak 54,06% dari total utang pinjol di Indonesia. Yang mengejutkan, 42% dari individu yang menjadi korban pinjol adalah mereka yang berprofesi sebagai guru.

Prof. Dezie menegaskan pentingnya pendidikan keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Tanpa pemahaman yang memadai, pemanfaatan layanan keuangan digital menjadi tidak optimal.

Dia menyoroti perlunya BINUS University untuk berperan dalam mendidik masyarakat tentang literasi keuangan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), dengan fokus bukan hanya pada UMKM tapi juga pada pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen.

Beliau berharap, sebagaimana ketrampilan hidup (life skills) lainnya, pendidikan literasi keuangan sebaiknya mulai dilakukan sedini mungkin sebagai pelajaran wajib, mulai dari sekolah dasar hingga universitas, pada pendidikan formal di Indonesia. Dengan demikian diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih mampu mengelola keuangan mereka secara bijaksana, sehingga inklusi keuangan dan layanan keuangan digital dapat berkontribusi maksimal pada peningkatan kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.

Menjadi Guru Besar Sebagai Komitmen Membina dan Memberdayakan Masyarakat

Prof. Dezie Leonarda Warganegara, S.E., MBA., PhD., adalah Guru Besar Tetap bidang ilmu Manajemen Keuangan dan merupakan Guru Besar ke-29 yang dikukuhkan oleh BINUS UNIVERSITY.

Upacara pengukuhan diadakan pada (28/2) di Kampus BINUS @Kemanggisan – Anggrek Campus yang dipimpin oleh Ketua Senat dan Rektor BINUS UNIVERSITY, Dr. Nelly, S.Kom., MM. CSCA, serta dihadiri Dewan Guru Besar, Guru Besar Tamu, Pimpinan Universitas, dan tamu undangan.

“Prof. Dezie seorang yang humble, senang tersenyum dan memberikan aura positif bagi orang-orang di sekitarnya. Kontribusi sangat besar membangun BINUS Business School menjadi salah satu sekolah bisnis terbaik, salah satunya hingga terakreditasi AACSB, akreditasi paling prestisius bagi sekolah bisnis yang berlaku secara global,” ungkap Dr. Nelly.

Prof. Dezie meraih gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Katolik Parahyangan dan gelar MBA dari West Texas State University , dan meraih gelar Ph.D. dari University of North Texas pada tahun 2001. Bergabung dengan BINUS University pada tahun 2006 sebagai Accounting & Finance Program Head dan kini Beliau menjabat sebagai Executive Dean of BINUS Business School.  Setelah menjadi GB, Prof. Dezie akan fokus ke Financial Literacy.

***