Metaverse mendunia. Sejumlah dana besar dihabiskan perusahaan raksasa teknologi untuk “memindahkan” sebagian maupun seluruh bisnisnya ke metaverse. Perpindahan ini jadi sinyal positif bagi masa depan ruang virtual tersebut.

Selain bidang teknologi, banyak sektor kehidupan manusia yang siap dibangun dan berproses di ruang virtual ini—mulai dari hiburan seperti game, musik, film, konser musik, pembelajaran dan pelatihan, perbankan dan finansial, properti, hingga psikologi.

Maka, perlu dukungan sumber daya manusia atau SDM terampil guna mengembangkan ruang virtual yang tidak tersentralisasi ini. Pertanyaannya, SDM seperti apa yang dibutuhkan di era metaverse?

BINUS UNIVERSITY
Sumber : Tagar

Keterampilan Dasar yang Dibutuhkan di Era Metaverse

Ruang virtual canggih ini membuka banyak lapangan kerja baru. Bukan cuma developer, engineer dan desainer ruang virtual saja, tetapi juga pekerjaan lain yang selama ini ada di dunia nyata. Contoh, instruktur pelatihan, ilustrator, arsitek, bankir, marketer, dan admin. Daftar ini terus memanjang seiring kebutuhan para pengguna demi kenyamanan beraktivitas dalam ruang virtual.

Sebagai industri yang tengah berkembang, metaverse pun membutuhkan SDM andal untuk menjaga keberlangsungannya. Namun, apa saja keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh mereka yang ingin memasuki dunia virtual?

Pertama, kemampuan beradaptasi dan mengadopsi dengan cepat. Teknologi begitu cepat berubah sehingga siapa pun perlu cepat belajar dan mengadopsi semua pengetahuan baru sesegera mungkin jika ingin bisa bertahan di ketatnya persaingan dunia kerja.

Kedua, technology literacy. Pentingnya membangun SDM yang melek teknologi sejak dini jadi modal dasar generasi muda masa kini. Hal tersebut diungkapkan oleh Stephen Ng, MIM., MITM., MIR. selaku Chief Metaverse Officer WIR Group dalam acara Studium Generale “Berinovasi di Era Metaverse” pada 7 April 2022 lalu.

“Bahkan, seharusnya technology literacy bisa dimasukkan dalam kurikulum SD, bukan baru diajarkan saat SMA. Ini kunci penting jika ingin Indonesia maju dalam bidang teknologi,” tegas Stephen.

Ketiga, financial literacy supaya generasi muda tahu bagaimana membuat sesuatu untuk mendapatkan penghasilan, mengelola, dan menginvestasikannya secara tepat. Dua poin ini menjadi basic knowledge bagi siapa saja yang ingin memasuki dunia metaverse, plus kemampuan beradaptasi dan mengadopsi pengetahuan baru secara cepat. 

BINUS UNIVERSITY Menjawab Kebutuhan SDM untuk Metaverse

Dalam acara yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Meyliana, S.Kom., M.M., CDMS, CBDMP, Vice Rector Global Employability & Entrepreneurship BINUS UNIVERSITY, selain Stephen, juga hadir Dr. Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder CIAS, sebuah perusahaan corporate innovation consulting. 

Menanggapi pertanyaan Prof. Meiliana terkait program studi yang paling relevan dengan metaverse, Stephen dan Indrawan sepakat semua program studi bisa mengambil peran di metaverse. “Apa pun yang ada di dunia nyata, bisa hadir juga dalam metaverse,” ujar Dr. Indrawan.

Alumni program Doktor Strategic Management BINUS UNIVERSITY ini menambahkan, metaverse itu unlimited. Siapa saja bisa masuk ke ruang virtual dengan peran dan keilmuan masing-masing. Namun, kembali pada perguruan tinggi apakah siap menyambut peluang emas ini dan BINUS adalah salah satu kampus yang selalu selangkah lebih maju saat bicara inovasi dan teknologi. 

Dr. Indrawan mengaku senang karena BINUS membuka diri pada metaverse, termasuk melakukan kerjasama dengan WIR Group, perusahaan teknologi yang ditunjuk pemerintah untuk membangun Metaverse Indonesia. Ia pun punya harapan besar terhadap BINUSIAN. 

“Metaverse ini barang baru, belum terbentuk, masih berupa embrio-embrio yang tersebar dan sedang dibangun. Artinya, everyone has the same opportunity to be part of it,” tegas Dr. Indrawan. 

“Kerjasama BINUS dan WIR penting dalam membangun talenta metaverse, memberikan senjata kepada anak bangsa agar Indonesia bisa mencapai level yang sama dengan negara lain saat membicarakan metaverse,” papar Dr. Indrawan lebih lanjut.

Stephen pun mengamini ucapan Dr. Indrawan seraya menambahkan talenta apa pun bisa bermanfaat bagi metaverse, bukan cuma mereka yang belajar computer science atau gaming. Karena dalam membangun ruang virtual ini, developer perlu memikirkan kreasi lain untuk menjaga kontinuitas metaverse. 

Berarti ada kesempatan berkolaborasi lintas disiplin ilmu dalam pengembangan ruang virtual tersebut. “Sebagaimana saat membangun Metaverse Indonesia, butuh keterlibatan banyak bidang dari beragam latar belakang pendidikan,” jelas Stephen. Selain itu, WIR Group juga akan berperan sebagai launching pad untuk berbagai inovasi teknologi yang diciptakan BINUSIAN, baik melalui program magang maupun bentuk kerjasama lain.

Kolaborasi BINUS UNIVERSITY dan WIR Group ini menunjukkan komitmen BINUS dalam mencetak lulusan berdaya saing global, serta mengukuhkan BINUS sebagai world class university yang terus melakukan fostering and empowering untuk pendidikan tinggi Indonesia.