Ini Dia Tren Desain Kemasan Produk untuk Bisnis Kuliner Era Digital
Apakah kamu bisa membayangkan jika desain kemasan produk yang dibeli tidak layak, baik dari segi tampilan maupun fungsinya? Pembeli biasanya akan kecewa, terutama jika harga produk tersebut cukup mahal. Meskipun bukan menjadi bagian yang utama, kemasan produk juga menimbulkan kesan yang mempengaruhi produk itu sendiri.
Bisnis Kuliner Era Digital
Pada zaman sekarang, kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung seluruh aspek kehidupan manusia. Teknologi juga telah merambah industri kuliner. Bukan hanya pada cara produksi makanan, tetapi juga cara pendistribusian kepada konsumen.
Salah satu hal yang berubah sejak beberapa tahun belakangan adalah untuk menikmati makanan tidak lagi harus ke tempat makan atau restoran tertentu. Kamu hanya perlu memesan makanan dari rumah, menunggu driver membeli dan membawanya, kemudian menyantapnya di rumah.
Model bisnis seperti ini sangat menguntungkan kedua pihak. Apalagi pada masa pandemi ketika mobilitas lebih terbatas. Konsumen akan untung karena tidak perlu menghabiskan tenaga untuk pergi ke tempat makan, mengantre, serta lebih minim resiko dari segi kesehatan.
Bagi penjual atau pemilik restoran, layanan delivery makanan akan memudahkannya menjangkau lebih banyak pembeli. Layanan ini menjadi solusi yang sangat tepat dalam memasarkan produk. Bahkan, beberapa pemilik bisnis kuliner tidak perlu memiliki gerai khusus untuk layanan makan di tempat. Semua order bisa dilayani dari dapur sendiri.
Pentingnya Desain Kemasan Produk
Untuk mendistribusikan produk makanan tersebut kepada konsumen, pemilik resto tentu harus menggunakan kemasan tersendiri. Nah, jenis kemasan tersebut bermacam-macam dan harganya pun berbeda. Kemasan yang bagus akan terlihat mewah dan kokoh. Namun, opsi ini bisa menjadi problem khusus bagi pelaku usaha karena membuat harga produk menjadi lebih mahal.
Di sisi lain, selain menampilkan kesan mewah dan kokoh, kemasan yang baik akan membuat produk lebih aman. Beberapa jenis produk makanan harus dikemas dengan baik supaya tidak tumpah atau berantakan. Hal ini sangat penting karena produk akan dibawa dari tempat produksi ke tempat konsumen. Dari segi bahan yang digunakan, ada kemasan yang murah, tetapi kurang baik bagi kesehatan maupun lingkungan.
Menggunakan kemasan produk yang layak pun akan berdampak terhadap branding produk tersebut. Bisa diamati, pada bagian luar kemasan pada umumnya akan terlihat logo maupun nama merek dari produk atau produsen. Di sini, pelaku usaha juga bisa menempatkan foto produk yang menggugah selera sekaligus nomor telepon yang bisa dihubungi.
Peran Lulusan Visual Communication Design
Untuk membuat kemasan produk yang layak dan berdampak terhadap bisnis kuliner, dibutuhkan peran seorang desainer. Desainer bisa menciptakan kemasan dengan desain yang elegan, berkesan, sekaligus fungsional. Desain kemasan produk harus disesuaikan dengan produk itu sendiri serta branding yang ingin ditonjolkan.
Kemasan produk yang baik setidaknya memperhatikan aspek keamanan, terutama jika berkaitan dengan makanan, memiliki desain yang ergonomis, dan mudah dikenali sekilas oleh pembeli. Selain itu, karena melalui proses delivery makanan, kemasan tersebut juga harus mudah dibawa. Faktor keindahan pun tidak boleh diabaikan sehingga produk terlihat lebih elegan.
Nah, untuk mempelajari seluk-beluk desain kemasan produk dan cara memproduksinya, kamu bisa berkuliah di jurusan Visual Communication Design. Jurusan tersebut disediakan oleh BINUS @Malang. Dengan kuliah di Visual Communication Design, mahasiswa akan mendapatkan sejumlah bekal penting dalam mempelajari konsep desain melalui mata kuliah yang bermanfaat dan lengkap.
Perguruan tinggi Indonesia berkelas dunia ini juga memungkinkan mahasiswa untuk belajar di luar negeri saat menginjak semester 7 (Enrichment Program). Dengan demikian, para BINUSIAN bisa mempelajari berbagai hal seputar desain dari sudut pandang yang luas, khususnya kemasan produk yang bagus, berkualitas, dan berdampak positif bagi bisnis yang akan dikelola. Nah, sangat menarik bukan?