Guru Besar BINUS UNIVERSITY Prof. Lim Sanny menegaskan pentingnya Micro Franchising dalam pemberdayaan UMKM Indonesia melalui poin berikut.

Sinyal positif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III sebesar 3,51% dan laju inflasi 1,87 per Desember 2021 mendorong optimisme pemerintah untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 4,7-5,5% pada tahun 2022. Semua pihak perlu menerapkan upaya dan strategi tepat demi mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut.

Salah satunya dengan memperkuat kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menyumbang 61,97% PDB atau setara 8.573,89 triliun rupiah. Angka tersebut menunjukkan pentingnya peran UMKM dalam pemulihan ekonomi nasional. Jadi, sudah seharusnya pemerintah menaruh perhatian penuh pada pemberdayaan UMKM.

Dalam Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar BINUS UNIVERSITY pada Rabu, 16 Maret 2022, Prof. Dr. Lim Sanny, ST., MM menegaskan pentingnya program Micro Franchising untuk pemberdayaan UMKM di Indonesia. Namun, berhasil tidaknya program tersebut harus didukung oleh pemerintah, asosiasi, perbankan, hingga perguruan tinggi.

“Peran perguruan tinggi di sini akan menjadi jembatan, bekerja sama dengan asosiasi, perbankan atau lembaga pendanaan lainnya, serta pemerintah yang akan mempercepat penciptaan inovasi dalam pengembangan strategi micro franchising, khususnya untuk local market,” jelas Prof. Lim Sanny dalam keterangan tertulis.

Mengenal Micro Franchising

Istilah micro franchising merujuk pada suatu model bisnis yang mengaplikasikan konsep waralaba dalam usaha mikro di negara berkembang. Konsep ini berupa suatu sistem dan replikasi usaha mikro yang produk atau jasanya telah terbukti berhasil sehingga layak direplikasi dan dikembangkan sesuai konsep pemasaran dan operasional.

Sayangnya, adopsi konsep ini tergolong rendah karena belum banyak orang yang memahami bagaimana cara kerja micro franchising dalam mengatasi kelangkaan sumber daya maupun meningkatkan kesejahteraan.

Padahal, sebagai sebuah model bisnis konsep ini mampu meningkatkan inovasi dengan menambah nilai base of pyramid market. Apalagi, berbeda dengan traditional franchising, micro franchising fokus pada usaha mikro yang berpotensi besar dalam pengembangan perekonomian daerah.

“Peranan pemerintah tentu sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan, bukan hanya dari sisi finansial saja, seperti penyediaan permodalan yang telah dilakukan saat ini, tetapi juga dukungan kebijakan yang bersifat terintegrasi dari hulu hingga hilir,” tutur Prof. Lim Sanny.

Micro Franchising dan Pemberdayaan UMKM

Micro franchising dapat berjalan efektif jika pewaralaba dan terwaralaba sama-sama memiliki pemahaman mendalam bagaimana menjaga dan meningkatkan branding suatu waralaba. Namun, penerapan di lapangan tidak semudah bayangan. Kegagalan bisnis waralaba masih sering terjadi karena beberapa alasan, seperti perbedaan visi misi, manajemen bisnis pewaralaba kurang baik, atau kurangnya komitmen terwaralaba.

“Keberhasilan micro franchise juga ditentukan oleh latar belakang pewaralaba, mulai dari ekspektasi dalam mengembangkan bisnisnya, manajemen, serta pengelolaan keuangan. Tentu pengalaman atau minimal pengetahuan manajerial dibutuhkan untuk mensukseskan bisnis tersebut, berikut motivasi, komitmen, dan kepercayaan dari kedua belah pihak,” papar dosen yang juga menjabat Head of Program MM Creative Marketing BINUS UNIVERSITY ini.

Maka, partisipasi aktif perguruan tinggi dibutuhkan dalam mendampingi UMKM agar program micro franchising bisa berjalan maksimal. Prof. Lim Sanny menyatakan, BINUS UNIVERSITY berkomitmen untuk mendukung micro franchising, sejalan dengan visi Fostering Empowering yang telah dijalankan selama ini.

Bahkan, beberapa project inisiatif telah dilakukan dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat, antara lain pemberdayaan UMKM di Pamoyanan, Kota Bogor dan Pemuteran, Bali.

“Selain project inisiatif tersebut, pemberdayaan UMKM terus dilakukan. Kami secara rutin terus memberikan edukasi tentang program micro franchising kepada pelaku UMKM. Pemahaman ini dibutuhkan agar UMKM memiliki pemahaman mulai dari konsep, tantangan, peluang, serta menyiapkan SOP dan konsep pengembangan bisnis hingga perencanaan untuk pengembangan jangka panjang,” pungkas Prof. Lim Sanny mengakhiri orasi ilmiahnya. (GPJ).