Saat ini dunia tengah memasuki era industri 4.0, tak terkecuali di Indonesia. Menurut pengertiannya revolusi industri 4.0 merupakan era industri yang memanfaatkan teknologi internet dan CPS sehingga seluruh entitas di dalamnya bisa saling berkomunikasi guna menciptakan proses lebih efektif. 

Selain berdampak pada pola kerja perindustrian, revolusi industri 4.0 juga membawa pengaruh bagi mereka yang bekerja di bidang auditing akuntansi. Alhasil, kondisi tersebut membuat para auditor harus segera menyesuaikan diri dengan proses auditing 4.0.

Pada kesempatan kali ini, Bapak Bambang Leo Handoko selaku dosen akuntansi BINUS UNIVERSITY menyelenggarakan seminar online bertajuk Forensic and Anomaly Detection in Auditing 4.0. Dalam acara tersebut, beliau memaparkan tentang risiko fraud, keamanan data, sampai proses auditing 4.0 yang harus dipahami oleh seorang auditor. 

Untuk mendapatkan informasi selengkapnya, baca detail ulasannya berikut ini.

Mengenal Pilar Industri 4.0

Binus University

Di awal presentasi, materi yang dijelaskan adalah mengenai apa saja pilar atau komponen dari industri 4.0, yaitu:

  • Sistem Integrasi

Pemanfaatan teknologi dalam dunia industri membuat seluruh elemen yang berkaitan seperti perusahaan, pihak supplier, sampai konsumen bisa saling terhubung satu sama lain. Melalui sistem terintegrasi seperti ini,  penyampaian informasi selama rantai produksi dipastikan bisa berjalan mulus.

  • Cloud Computing

Bila dulu proses penyimpanan data-data penting perusahaan dilakukan secara manual menggunakan alat tulis, keberadaan internet membuat pusat penyimpanan dan pengelolaan data beralih menggunakan cloud sehingga aktivitas sharing data lintas sistem serta mesin dapat dilakukan secara praktis, kapan pun, dan di mana pun. 

  • Internet of Thing

Dalam revolusi industri 4.0, istilah internet of thing (IoT) semakin familier di telinga masyarakat. Internet of thing adalah konsep yang memungkinkan perangkat mesin terkoneksi dengan internet sehingga mesin tersebut mampu mengirimkan data secara otomatis tanpa bantuan manusia. 

  • Big Data

Terhubungnya perangkat dengan internet membuat volume informasi yang dihasilkan begitu banyak. Ledakan data inilah yang kemudian dikenal sebagai big data. 

Penerapan teknologi yang tepat dalam mengelola, menganalisis, dan menyimpan big data membuat pelaku bisnis dapat melakukan perencanaan, optimasi, hingga pengambilan keputusan secara efektif dan efisien. 

  • Augmented Reality

Augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia virtual. Di dunia industri, keberadaan AR dapat dimanfaatkan untuk menghemat ongkos produksi display dan trial.

  • Additive Manufacturing

Sebelum kemunculan teknologi additive manufacturing, perusahaan terlebih dahulu membuat mockup untuk produk terbaru. Kelemahannya, proses pembuatan mockup membutuhkan banyak biaya.

Untuk menghemat biaya, kini banyak pengusaha beralih memanfaatkan additive manufacturing, yaitu teknologi cetak 3D yang bisa digunakan sebagai rapid prototyping dan digital manufacturing. 

  • Simulation

Simulation atau digital twin adalah teknologi pemodelan virtual yang dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan data-data sebanyak dan sedetail mungkin sampai membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan. 

  • Autonomous Systems/Robot

Saat ini sudah banyak industri manufaktur yang menggunakan teknologi robot dalam proses produksinya.  

  • Cybersecurity

Keberadaan teknologi memang menguntungkan banyak pihak. Di sisi lain, penggunaan teknologi semakin meningkatkan kejahatan di dunia maya, sebut saja cyber attack yaitu aktivitas yang bertujuan mencuri, merusak, dan mengubah data. 

Dampak Teknologi Terhadap Auditor

Binus University

Setelah menjelaskan secara singkat mengenai pilar industri 4.0, presentasi dilanjutkan dengan pemaparan dampak teknologi terhadap peran auditor. Untuk mengawali pembahasan ini, pemateri menjelaskan bagaimana pelaku kecurangan telah berevolusi (fraudster evolved).

Di era teknologi seperti sekarang, salah satu contoh kejahatan yang banyak dilakukan oleh pelaku kecurangan adalah pencurian identitas. Bagaimana hal ini bisa terjadi? 

Buat kamu yang pernah mengakses wifi gratis atau mengunduh aplikasi secara ilegal, kedua aktivitas tersebut ternyata bisa menjadi pintu masuk bagi pelaku kejahatan untuk melakukan pencurian identitas, lho. 

Ingat, saat memasang aplikasi biasanya kamu akan diarahkan untuk menyetujui permintaan akses ke bagian kontak, data, atau media. Inilah celah bagi pelaku kecurangan untuk melancarkan aksinya dalam mencuri identitas pemilik ponsel tempat aplikasi tersebut dipasang. 

Melihat fenomena di atas membuat auditor perlu memutar otak agar tidak terkecoh dengan kecurangan yang dilakukan oleh fraudster. Pemateri kemudian menjelaskan tentang istilah auditing 4.0 yang mengacu pada pemanfaatan teknologi dalam proses audit agar dapat mendeteksi anomali pada data secara otomatis, cepat, dan akurat. 

Proses Auditing 4.0 

Binus University

Berdasarkan pemaparan materi dari Bapak Bambang Leo Handoko, proses auditing 4.0 dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

  • Data Driven Fraud Detection

Data driven fraud detection didefinisikan sebagai cara mendeteksi kecurangan menggunakan basis data. Dalam prosesnya, data driven fraud detection terbagi ke dalam 3 fase seperti:

  • Analytical

Pada tahap ini terdapat tiga langkah, pertama  auditor harus memahami proses bisnis dan lingkungan perusahaan si klien. Tujuannya supaya auditor tidak salah dalam melakukan penilaian. 

Setelah tahu bagaimana bisnis berjalan, auditor bisa mengidentifikasi kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan tersebut. Sebagai contoh, perusahaan yang diaudit ternyata proses transaksinya masih dilakukan secara manual/tunai. Dari kondisi tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi adalah penggelapan uang oleh karyawan. 

Langkah terakhir adalah mendeteksi symptoms possible fraud berdasarkan data-data yang telah terkumpul. 

  • Technology

Selesai dengan poin pertama, auditor bisa masuk ke tahap kedua yaitu technology. Di fase ini, auditor dapat memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data yang relevan sekaligus mendeteksi anomali data. Setelah itu, auditor bisa menggunakan teknologi untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. 

  • Investigative

Tahap terakhir adalah melakukan investigasi terhadap anomali data yang ditemukan oleh auditor. 

  • Computer Assisted Audit Techniques

Cara kedua untuk menerapkan auditing 4.0 adalah menggunakan computer assisted audit techniques sebagai salah satu prosedur audit. Mengingat auditor berhadapan dengan volume data yang begitu banyak, keberadaan computer assisted audit techniques akan mempermudah tugas auditor dalam mendeteksi anomali.  

  • Remote Auditing

Terakhir adalah remote auditing. Sejatinya cara ini bukanlah hal baru dalam dunia audit. Sebelum pandemi, remote auditing banyak digunakan oleh auditor dengan klien yang berlokasi jauh. Dengan begitu mereka bisa memperoleh data yang dibutuhkan tanpa repot-repot datang ke kantor pusat. 

Tetapi dalam setahun terakhir remote auditing begitu digalakkan mengingat anjuran dari pemerintah untuk melakukan social distancing guna memutus rantai penyebaran Covid-19. 

Dalam penjelasannya, pemateri menjelaskan 8 langkah melakukan remote auditing yaitu:

  • Menyusun rencana audit dan poin-poin penilaian
  • Menjadwalkan remote auditing
  • Antara auditor dengan perusahaan terkait perlu melakukan komunikasi sebelum proses audit berlangsung. 
  • Menyiapkan dokumen yang relevan supaya bisa diakses oleh auditor secara daring. 
  • Setelah itu proses remote auditing bisa dilakukan 
  • Begitu remote auditing selesai, perusahaan akan menerima laporan audit. 
  • Jika ada kesalahan penyajian material audit, auditor bisa melakukan tahap correct any nonconformities. 
  • Sertifikat akan diberikan apabila perusahaan dinyatakan lolos audit

Itulah ulasan mengenai materi yang disampaikan oleh Bapak Bambang Leo Handoko selaku dosen akuntansi BINUS UNIVERSITY dalam seminar berjudul Forensic and Anomaly Detection in Auditing 4.0. Semoga bermanfaat!