Lulus dan bekerja di perusahaan besar dengan gaji tinggi menjadi impian hampir sebagian besar anak muda Indonesia. Namun, keputusan berbeda diambil oleh Muhammad Efath, BINUSIAN yang lulus dari Jurusan Game Application and Technology BINUS UNIVERSITY tahun 2020. Alih-alih menjadi karyawan, Efath ingin merintis karier sebagai seorang entrepreneur

Efath sadar kalau jalan menjadi pebisnis sukses sangat berat. Namun, dia menganggap kalau berbagai hambatan yang dihadapinya selama menjalankan bisnis tak ubahnya sebagai momen belajar. Apalagi sebagai seorang mahasiswa yang baru lulus, Efath memiliki banyak hal yang perlu dipelajarinya dan bakal jadi modal penting meraih kejayaan masa depan. 

  • Gagal dalam Bisnis Pertama

Entrepreneur

Modal utama yang dimiliki oleh Efath dalam upaya mewujudkan mimpinya di dunia bisnis adalah kemampuan di bidang teknologi bersama dengan teman sesama BINUSIAN, Bimo Priambudi. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mendirikan sebuah startup yang dikenal dengan nama Goodflow. Startup tersebut diharapkannya mampu menjadi solusi meningkatkan nilai ekonomi bangunan atau rumah tak terpakai. 

Di Goodflow, para pemilik rumah atau bangunan tak terpakai itu dapat memanfaatkan asetnya sebagai gudang untuk para pengusaha. Hanya saja, Efath menyadari kalau bisnis supply chain management yang dijalankannya itu punya tingkat kesulitan tinggi. Alhasil, startup Goodflow hanya mampu bertahan selama beberapa bulan dan akhirnya tutup. 

  • Mendirikan Bisnis dari Passion

Entrepreneur

Kegagalan dalam mendirikan bisnis startup tidak membuat goyah tujuan Efath menjadi seorang entrepreneur sukses. Dia menjadikan kekandasan bisnis pertamanya itu sebagai pelajaran berharga. Alih-alih mendirikan bisnis yang masih asing, Efath bersama dengan Bimo kemudian memilih untuk membangun usaha yang mereka senangi, tak lain adalah Sportigo. 

Berbeda dengan Goodflow, Sportigo merupakan startup yang menjalankan aktivitas usahanya di industri olahraga. Keputusan ini mereka pilih karena Efath dan Bimo sama-sama menyukai dunia olahraga. Di waktu bersamaan, industri olahraga di Indonesia masih kurang berkembang. Oleh karena itu, potensi bisnis di sektor ini sangat menjanjikan. 

Sportigo tak ubahnya seperti LinkedIn yang ditujukan secara khusus untuk para atlet. Untuk saat ini, Efath yang menjabat sebagai CTO Sportigo mengatakan kalau lingkupnya masih terbatas hanya atlet futsal dan sepak bola. Melalui aplikasi Sportigo di handphone, seorang atlet bisa memperoleh informasi terkait performanya. 

  • Banyak Tantangan dalam Bisnis Startup Sportigo

Entrepreneur

Dunia olahraga memang bukan hal yang asing di mata Efath. Karena sudah sangat familier dengan sektor yang satu ini, Efath mengetahui permasalahan yang bakal dihadapi dan upaya untuk penyelesaiannya. Oleh karena itu, Efath dan Bimo, yang merupakan CEO Sportigo, mencoba untuk memanfaatkan peluang pengolahan data statistik atlet yang kurang begitu diperhatikan di Indonesia. 

Meski keduanya mengaku punya pemahaman bisnis yang lebih baik di bidang olahraga, bukan berarti mereka menjalankan aktivitas Sportigo dengan lancar. Dalam perjalanannya, ada banyak tantangan yang mereka hadapi. Karena punya passion besar dalam upaya mengembangkan industri olahraga tanah air, keduanya pun  berusaha keras menyelesaikan setiap permasalahan. 

Pada awalnya, mereka menghadapi kendala berkaitan dengan aspek teknis, meliputi produk, pemasaran, dan keuangan. Dalam pengakuannya, Efath mengatakan kalau dia bersama dengan seluruh anggota tim butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan masalah ini, apalagi mereka belajar secara autodidak. 

Ketika permasalahan teknis sudah berhasil mereka atasi, bisnis Sportigo mulai berkembang. Oleh karena itu, jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan makin bertambah. Perkembangan itu menjadi kabar baik dan sekaligus momen kemunculan tantangan baru, yakni dari segi manajemen. 

Karena jumlah SDM yang lebih banyak, Efath mengatakan kalau dirinya punya permasalahan tersendiri dalam mengelolanya. Terlebih lagi, dia merupakan tipikal orang yang terbiasa bekerja sendiri. Tak ayal, ada beberapa proyek bisnis yang terbengkalai dan bahkan salah konsep. 

Seiring dengan berjalannya waktu, Efath bersama dengan seluruh anggota tim Sportigo mampu menyelesaikan permasalahan ini. Dia mengatakan kalau setiap problem memang butuh solusi tersendiri. Namun, hal yang perlu dipastikan bahwa penyelesaian masalah apa pun harus dilakukan secara bersama. 

Ke depan, Efath berharap kalau Sportigo mampu berkembang jadi lebih besar lagi. Tidak hanya dari sisi valuasi, tetapi juga mampu memberikan profit secara ekonomi. Kalau perusahaan mampu meraih profit dan mempunyai keuangan yang sehat, partnership dan investor akan datang dengan sendirinya.  

Terakhir, Efath berpesan kepada para pemuda di Indonesia untuk tidak takut menjalani karier sebagai entrepreneur. Dia mengatakan kalau pengusaha harus berani mengambil risiko untuk bisa memanfaatkan peluang. Tak lupa, dia juga mewanti-wanti agar entrepreneur muda lain tidak mudah patah semangat dan yakin kalau bisnisnya bisa sukses di masa depan.