Ketika kuliah, beberapa mahasiswa hanya berfokus pada ilmu akademik, tidak aktif di kegiatan kampus, atau hanya kuliah lalu pulang ke rumah. Beberapa lainnya memilih untuk mengembangkan ilmu dan koneksi yang lebih luas lagi, berusaha lebih unggul dari yang lain, dan mencari banyak pengalaman.

Seperti Rayhan Shidqi Jafarjan, mahasiswa School of Computer Sciences yang tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terpilih untuk mengikuti seleksi sebagai mahasiswa berprestasi di kampusnya, BINUS UNIVERSITY. 

Pengalaman tak terlupakan ini bermula ketika ia Rayhan mendapatkan email yang memberitahukan bahwa dirinya terpilih untuk mengikuti seleksi mapres jurusan. Ia lalu diminta untuk menulis esai dan membuat video yang berisi ide yang berguna untuk perkembangan masyarakat Indonesia.

Merasa Senang karena Usaha dan Prestasinya Mendapat Apresiasi

Mahasiswa

Kabar baik ini tentu membuat Rayhan sangat senang. Pasalnya, ia merasa bahwa kampusnya memberikan apresiasi terhadap usaha dan prestasi yang ia dan kandidat lain miliki. Lalu, apa persiapan yang ia lakukan?

 Tidak hanya membuat video tentang pengenalan diri, Rayhan juga berusaha menciptakan ide menarik yang bisa diimplementasikan dan membantu mengembangkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa Informatika, ia lantas mengusulkan ide membuat aplikasi P2P Lending bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah atau kurang mampu untuk meningkatkan inklusi finansial di Indonesia. 

Ide tersebut lalu ia kembangkan dalam sebuah esai dan video dengan durasi yang terbilang singkat. Sangat menantang, tentu saja, dan bagi Rayhan penulisan esai menjadi yang tersulit. Rayhan diharuskan menulis ide menjadi sesuatu yang gamblang dan memungkinkan untuk direalisasikan. Meski begitu, ia tak menyerah untuk menulis esai tersebut, kebetulan topik yang dipilihnya juga merupakan gabungan dari dua hal yang sangat ia gemari, yaitu makroekonomi dan software engineering.

Punya Jadwal Harian yang Jelas

Sebagai kandidat mahasiswa berprestasi, tentu Rayhan dituntut harus memiliki manajemen waktu yang tepat. Agar semua aktivitasnya, baik akademik maupun non-akademik bisa berjalan lancar, Rayhan pun berusaha untuk memiliki jadwal harian yang jelas. Meski begitu, terkadang ia mengaku bahwa dirinya pun pernah kewalahan.

Tak heran, banyak sekali kegiatan yang harus ia jalani, seperti lomba, latihan, kuliah, dan magang. Namun, Rayhan mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena ia tidak memiliki kendali akan semua aktivitas tersebut. Menurutnya, dengan memiliki jadwal harian yang jelas, ia merasa jauh lebih tertata dan tidak mudah merasa tertekan karena aktivitas yang padat, menumpuk, dan sudah pasti sangat melelahkan. 

Hal penting bagi Rayhan dalam manajemen waktu adalah berteman baik dengan banyak orang. Ia mengatakan bahwa salah satu faktor terbesar yang membantunya bisa survive di dunia kuliah adalah teman. Mahasiswa School of Computer Sciences ini memiliki banyak teman dekat yang mau membantu bila ia tertinggal materi kuliah karena lomba dan mengerjakan berbagai tugas dan proyek dari dosen. 

Menariknya, Rayhan juga menyebutkan Teknik Podomoro sebagai strateginya. Singkatnya, teknik tersebut mengharuskan seseorang bekerja dalam iterasi 50/10, 50 menit konsentrasi menyelesaikan sebuah tugas dan 10 menit beristirahat. Sebagai tipikal mahasiswa yang sering menunda pekerjaan, Rayhan menyadari bahwa sebuah pekerjaan bisa diselesaikan jauh lebih cepat jika ia memberikan konsentrasi penuh untuk menyelesaikannya. 

Rayhan mengaku, dengan menerapkan teknik tersebut, ia bisa menyelesaikan lebih banyak tugas dalam waktu yang lebih singkat. Ia pun merasa memiliki lebih banyak waktu untuk berekreasi dan melepas stres.

Punya Banyak Harapan

Siapa sangka, Rayhan ternyata memiliki mimpi yang begitu menakjubkan. Ia mengaku masih banyak hal yang ingin dipenuhi sebelum usianya genap 30 tahun, seperti melanjutkan studi S2 di luar negeri dan bisa bekerja untuk big-tech company di Silicon Valley, Amerika Serikat. Sederhananya, ia berharap prestasi yang sudah berhasil dicapainya sejauh ini bisa menjadi dorongan dan motivasi yang lebih besar lagi untuk mencapai kesuksesan di masa depan.

Tidak hanya untuk diri sendiri, Sebagai kandidat mapres, Rayhan juga memiliki harapan pada semua Binusian untuk terus bekerja keras dalam meraih hal besar di kehidupan. “This might sound cliche, but it’s true that there’s no shortcut to success. Ada kalanya teman-teman mungkin merasa sedih atau kesal karena kerja keras yang diberikan tidak memberikan hasil yang maksimal. Hal ini wajar terjadi, karena tak sekali, kesuksesan memerlukan ketekunan yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Remember that the fire that melts a butter is the same fire that hardens the steel, hardwork always pays off.” Ungkapnya.