Kegiatan magang di BINUS UNIVERSITY mendapat porsi khusus sebagai bagian dari Program (2+1)+1. Program tersebut dilakukan dengan tujuan mempersiapkan 2 dari 3 lulusan BINUS untuk bekerja di perusahaan global maupun berprofesi sebagai entrepreneur. 

Dengan mengikuti magang di perusahaan, Binusian bisa merasakan sendiri bagaimana suasana kerja sebenarnya. Bagaimanapun mengikuti kelas perkuliahan belum bisa memberi gambaran utuh mengenai dunia kerja. Kamu perlu terjun langsung ke lapangan untuk melihat, merasakan, dan meresapi sendiri seperti apa rasanya bekerja.

Paling tidak, kamu tidak akan terkejut dan lebih mudah beradaptasi dengan rutinitas harian pekerja kelak. Dengan mudah menyesuaikan diri, kamu pun bisa fokus membangun kinerja berkualitas. Tentu pengalaman magang itu bakal jadi nilai plus fresh graduate di mata perusahaan.

Magang 10 Bulan yang Kaya Ilmu

Pengalaman

Hal tersebut diamini oleh Adrian Dharmawan, Binusian dari program studi Business Development yang sempat magang selama hampir 10 bulan di PT Indomarco Prismatama. Di perusahaan tersebut ia ditempatkan di divisi Operation Indogrosir. “Selama bulan Februari hingga Desember 2019, saya belajar banyak soal operasional toko Indogrosir, lengkap dari awal hingga akhir semua proses di dalamnya,” ujar Adrian membuka percakapan.

Apalagi, ia pun melalui proses rekrutmen serupa dengan rekrut karyawan. “Proses perekrutan internship sama persis dengan proses rekrut karyawan. Di perusahaan itu, kamu bisa langsung lanjut sebagai karyawan dalam periode yang telah ditetapkan,” jelas Adrian lagi. 

Misalnya, bulan Desember lalu periode magang kamu berakhir. Maka, bulan April kamu bisa masuk lagi sebagai karyawan perusahaan, tetapi dengan status Management Development Program alias MDP. Jika memang performa kamu selama magang dinilai menjanjikan, kamu bisa lho langsung ditawari jadi karyawan begitu magang selesai. 

Poin itu menjelaskan bahwa magang itu sesuatu yang serius, bukan untuk main-main. Bahkan, Adrian diberi tanggung jawab pekerjaan sebagaimana karyawan baru. “Selama magang saya diminta mempelajari hal-hal yang berhubungan erat dengan operasional toko, cara menghadapi konsumen, sampai mengontak tim MD Head Office terkait pemesanan barang,” tutur Adrian.

Boleh dibilang segala sesuatu terkait operasional toko menjadi ilmu sekaligus keterampilan teknis yang didapatkan Adrian selama magang di sana. Sebut saja, bagaimana cara handle tim, memroses barang dagangan sejak diterima di gudang sampai dibeli konsumen, memroses barang retur serta pemusnahan barang yang tidak bisa diretur, hingga bagaimana menangani pemesanan barang secara manual maupun pesanan khusus. 

Hal-hal teknis seperti ini jelas tidak akan kamu temui dalam mata kuliah mana pun. Jika ada pun hanya secara teori saja tanpa bayangan bagaimana praktik nyatanya, bukan?

Belajar komunikasi dan adaptasi

Pengalaman

Dari sekian banyak pengalaman magang yang Adrian miliki, ia justru menghadapi kesulitan saat harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Salah satunya soal cara berkomunikasi. 

“Indogrosir mirip supermarket ya, karyawan yang bekerja di sana berbeda dari usia dan latar belakang pendidikan. Maka, pola pikir dan perilaku saya pun terlihat berbeda dengan mereka. Jadi, saya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut,” jelas Adrian lagi. 

Ia mengenang, miskomunikasi kerap terjadi antara dirinya dan rekan kerja lain. “Biasa bicara dengan teman sepantar, tahu-tahu jadi sering bertemu rekan kerja yang lebih senior. Jadi, ya cukup sering ada perbedaan gaya komunikasi antara saya dan mereka,” cerita Adrian.

Namun, ia mengaku perjuangannya beradaptasi membuahkan hasil manis. Hal ini terbukti dari banyaknya ilmu yang ia dapat dari para manajer maupun supervisor. “Ketika saya punya pertanyaan, mereka tidak segan menjawabnya. Bahkan, saat saya membuat kesalahan fatal, mereka mau membantu dan berpikir bersama bagaimana cara menyelesaikan masalah itu,” kenang Adrian.

Dengan bangga Adrian mengakui, banyak sekali ilmu yang ia dapat setelah menuntaskan program magang tersebut, baik dari segi teknis maupun softskill. 

“Keterampilan teknis jelas bertambah, saya jadi tahu bagaimana pesan barang sesuai kebutuhan toko sampai proses pemusnahan item yang tidak terjual. Sementara, softskill saya pun terasah, terutama dalam hal komunikasi, kepemimpinan, dan kerja tim,” tutup Adrian mengakhiri percakapan.

Dari kacamata Adrian, ketiga softskill tersebut jadi kunci penting yang harus dimiliki Binusian agar bisa bekerja sama dengan rekan kerja di mana pun mereka berada. Pengalaman Adrian memberi kita gambaran bagaimana magang bisa membantu menumbuhkan kompetensi yang penting untuk bekal masa depan. 

Jadi, siap untuk magang di perusahaan sekarang?