Jakarta – Kesulitan berkomunikasi dengan teman tuli mengilhami Aisyah Widya Nur Shadrina dan enam orang temannya di Apple Developer Academy membuat aplikasi bernama Hearo. Dan berangkat dari sana pula, dia akan fokus mengikuti sesi terkait di ajang Worldwide Developer Conference (WWDC) yang berlangsung Juni mendatang.

Kepada detikINET Aisyah menceritakan bagaimana Hearo dikembangkan. Semua bermula pada tugas akhir Apple Developer Academy.

Banyak ide yang telah dikumpulkan Aisyah dan rekan-rekan satu kelompoknya, namun setelah melakukan riset akhirnya diputuskan membuat aplikasi yang membantu komunikasi dengan teman tuli.

“Kami sempat ke Kopi Sunyi di Fatmawati, di sana banyak teman tuli main ke sana. Kami mewawancarai salah satunya, ternyata sulit banget berkomunikasi dengan teman tulis, sebab dalam tim tidak ada yang bisa bahasa isyarat. Jadi ngobrolnya lewat ketikan di laptop, ini makan waktu banget,” ujarnya.

Karena kejadian itu Aisyah dan teman satu tim memikirkan bagaimana caranya untuk membantu tema tuli sekaligus memudahkan mereka sendiri untuk berkomunikasi dengan orang yang tuna rungu. Dari sanalah kemudian lahir Hearo.

“Asal katanya dari hear atau mendengar. Terus kepikiran nama Hearo,” kata perempuan kelahiran Jakarta ini.

Hanya dalam waktu tiga bulan aplikasi Hearo rampung digarap. Ada dua fitur yang dimiliki aplikasi ini.

Pertama Mendengar, fitur ini untuk mentranskrip suara menjadi tulisan. Kedua Mengobrol, fitur ini membantu menerjemahkan bahasa isyarat menjadi suara atau tulisan.

Aisyah mengatakan kalau aplikasi ini masih terus dikembangkan karena kemampuannya masih terbatas dalam menerjemahkan bahasa isyarat. Saat ini, Hearo masih menggunakan object detection yang kurang maksimal mendeteksi bahasa isyarat dengan gerakan.

“Bahasa isyarat di Indonesia menggunakan Pusbisindo kebanyakan (hurufnya) ada gerakan. Jadi belum terlalu akurat karena object detection cuma satu gambar saja,” jelas alumnus Binus University Alam Sutera ini.

Rencananya aplikasi ini akan ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan Vision Framework yang dirilis di WWDC 2020. Hanya saja karena tim Hearo masih sibuk dengan pekerjaan full time mereka sehingga penggarapannya butuh waktu yang lebih lama.

“Ditambah lagi pandemi, mau user testing agak sulit karena kan harus ketemu langsung atau mendatangi event teman tuli,” terang Aisyah.

WWDC 2021

Berkat Hearo, Aisyah beserta dua rekan perempuan satu timnya diundang untuk mengikuti Apple Entrepreneur Camp 2020. Acaranya ini sedianya digelar Maret 2020 di Apple Park, Cupertino, AS, lantaran pandemi akhirnya diselenggarakan secara virtual pada Oktober silam.

Kata Aisyah, Apple Entrepreneur Camp mirip Apple Developer Academy, hanya saja durasinya lebih singat lagi, hanya dua minggu. Hanya saja mereka menerima panduan code-level dari para ahli dan engineer Apple langsung.

“Serunya dari Apple E-Camp ini, ada banyak eksekutif Apple yang sharing ilmu, misalnya bagaimana cara membuat demo yang baik. Kami juga sempat pitching di hadapan mereka. Seru banget!” cerita perempuan berusia 23 tahun ini.

Juni nanti Aisyah akan mengikuti acara tahunan WWDC 2021. Jauh-jauh hari dia sudah mengincar sesi-sesi apa saja yang ingin diikuti, kebanyakan terkait teknologi untuk disabilitas.

“Tahun lalu kan ada Vision Framework, kami memang ingin mengeksplorasi ini dulu sih. Tapi excited aja kalau Apple mengeluarkan tools baru untuk mempermudah kami membuat aplikasi untuk teman-teman yang disabilitas,” kata Aisyah.

DetikINET sempat menanyakan pada sulung dari dua saudara ini kenapa dirinya begitu fokus pada teknologi untuk para disabilitas.

“Selain karena masih mengembangi Hearo, aku ngerasa susahnya sih berinteraksi dengan teman tuli, apa lagi mereka. Makanya pengen bagaimana cara mempermudah atau menghancurkan penghalang kita dan teman-teman disabilitas,” jawabnya.

Sumber : https://inet.detik.com/cyberlife/d-5578541/keren-perempuan-indonesia-ini-bikin-aplikasi-yang-pikat-apple