Tangerang merupakan salah satu kota di Indonesia yang sarat kehidupan modern. Hal ini ditandai dengan tingginya mobilitas masyarakat, gaya hidup instan, dan dominasi penggunaan teknologi komunikasi.

Kendati demikian, masyarakat Tangerang tidak pernah meluputkan budaya nusantara yang telah mengakar di daerahnya. Mereka selalu menjalankan tradisi, ritual tradisional, serta berbagai kesenian lokal.

Berikut ini beberapa budaya unik di Tangerang yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Nusantara

  • Palang Pintu

Tradisi palang pintu pertama kali dilakukan oleh Suku Betawi. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan dalam acara pernikahan, penyambutan tokoh, dan hiburan. Dulu, pelakunya hanya dari kalangan orang kaya. Namun sekarang, berbagai elemen masyarakat ikut melestarikannya.

Rangkaian upacara palang pintu dimulai dari pencak silat, saling berbalas pantun, hingga mengaji. Acara tersebut diiringi alat musik pencak, yakni kempu, kemong, gendang pencak, gendang dua set, dan kecrek.

  • Maulid Nabi Muhammad SAW di Sungai Cisadane

Hampir seluruh nusantara memiliki tradisi sendiri ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah satunya Tangerang; peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan di Sungai Cisadane.

Sepanjang acara, masyarakat duduk melingkar di tepi Sungai Cisadane untuk memanjatkan doa. Tepat di hadapan mereka terdapat sesajen berupa kembang, aneka buah, dan kue tradisional. 

  • Sedekah Bumi

Siapa sangka, kota modern seperti Tangerang masih mempertahankan budaya sedekah bumi yang sarat kearifan lokal. Upacara ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Mahakuasa atas rejeki melimpah berupa hasil panen. Pelaku upacara biasanya berasal dari kalangan nelayan dan petani.

Upacara sedekah bumi diawali dengan acara berdoa bersama. Kemudian, di akhir acara, masyarakat menampilkan berbagai kesenian lokal. Selain itu, sedekah bumi dilengkapi acara makan bersama.

  • Upacara Seba

Apakah kamu pernah bertemu Suku Badui? Kelompok etnik ini berasal dari wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Mereka kerap mengisolasi diri dari kehidupan modern. 

Karena itu, dalam hal melestarikan budaya tradisional, Suku Badui tergolong paling eksis. Salah satu budayanya adalah upacara seba. Tradisi ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah di ladang huma.

Upacara seba dimulai dari aksi jalan kaki ratusan kilometer oleh Suku Badui. Mereka melintasi berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Banten, termasuk Tangerang. Puncaknya, upacara seba dilaksanakan di Pendopo Gubernur Banten.

  • Keramas di Sungai Cisadane

Tradisi keramas sudah dilakukan sejak era 90-an di Sungai Cisadane. Biasanya, keramas dilaksanakan menjelang bulan Ramadan. Tujuan ritual ini, yakni untuk membersihkan diri dalam rangka menyambut bulan suci.

Selama acara keramas berlangsung, warga menggunakan merang sebagai pengganti sabun dan sampo. Merang merupakan batang padi yang dibakar, lalu direndam. Biasanya, benda ini dipakai orang-orang zaman dulu ketika belum ada sabun maupun sampo.

  • Jalan Sarungan

Komitmen masyarakat Tangerang dalam melestarikan budaya ditunjukkan melalui pertunjukan “jalan sarungan”. Artinya, masyarakat yang mengikuti aktivitas ini harus berjalan sesuai rute dengan memakai sarung.

Rute “jalan sarungan” dimulai dari Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Daan Mogot dan Jembatan Berendeng. Selanjutnya, peserta “jalan sarungan” menuju kawasan Benteng Jaya dan berakhir di Masjid Raya Al-Azhom.

  • Peh Cun

Peh cun merupakan tradisi balap perahu di Sungai Cisadane. Konon, tradisi tersebut sudah ada sejak abad ke-19. Kisahnya berawal dari sumbangan perahu naga dari Kapitan Oey Khe Tay untuk Kelenteng Boen Tek Bio. 

Kemudian, perahu naga tersebut digunakan untuk mengikuti lomba. Alhasil, Kelenteng Boen Tek Bio berhasil menjadi juara balap perahu naga. Sampai sekarang, moda transportasi tersebut disimpan oleh keturunan pemimpin Kelenteng Boen Tek Bio. 

Berawal dari balap perahu naga itulah, keturunan pemimpin Kelenteng Boen Tek Bio melestarikan peh cun. Acaranya dimulai dari tengah malam hingga siang di hari berikutnya. 

Itulah tujuh budaya nusantara khas Tangerang paling unik. Salah satu jurusan di BINUS UNIVERSITY yang mewajibkan mahasiswanya mempelajari budaya adalah Jurusan Film. Pasalnya, isu budaya merupakan penggerak cerita dalam pembuatan film bernilai estetik.