Mengenal dan mendalami budaya Jepang jadi bagian penting dan tidak terpisahkan dalam jurusan Sastra Jepang. Bahkan, Sastra Jepang BINUS UNIVERSITY punya mata kuliah Japanese Work Ethics (Bijinesu Mana-) di semester V perkuliahan. Artinya, mempelajari etika kerja orang Jepang jadi salah satu soft skill yang perlu kamu kuasai selain berbahasa Jepang dengan baik. 

Terlebih, jika kamu berniat bekerja di perusahaan Jepang atau merantau ke Negeri Sakura, bahasa Jepang lancar akan lebih menjanjikan ketika kamu telah memahami bagaimana budaya dan etika kerja orang di sana. Mari simak penjelasannya.

6 Aspek Penting Japanese Work Ethics

Soft Skill

Makin kamu mendalami budaya Jepang, makin kamu memahami seperti apa aturan dan nilai-nilai yang mereka pegang teguh, termasuk dalam lingkungan kerja. Berikut enam aspek penting Japanese Work Ethics untuk mengasah soft skill kamu.

  • Sederhana lambang kebajikan

Ketika mendapatkan pujian atas kesuksesan, orang Jepang memosisikan dirinya seolah “tidak layak” untuk menerima pujian itu. Mereka berpandangan keberhasilan itu adalah buah kerja sama tim. Bagi orang Jepang, menghargai kesederhanaan adalah lambang kebajikan.

Tetap rendah hati dan menjaga keharmonisan dengan rekan kerja penting demi mempertahankan hubungan yang baik. Mereka bukan sengaja “merendahkan” diri sendiri. Justru mereka sedang berkomunikasi dalam rangka menunjukkan rasa hormat kepada orang lain secara bijaksana.

  • Pekerjaan prioritas pertama

Adalah hal umum jika kamu menjumpai bagaimana orang Jepang menempatkan pekerjaan sebagai prioritas utamanya. Kerja lembur atau masuk kerja di hari libur dipandang lazim. Namun, beberapa tahun belakangan nilai tersebut mengalami pergeseran, terutama di kalangan generasi muda.

Mereka mulai menempatkan keluarga atau kehidupan pribadi di atas pekerjaan. Work-life balance menjadi tren yang berkembang akhir-akhir ini. Pemerintah Jepang pun mempromosikan reformasi gaya kerja demi mengurangi “kebiasaan” karyawan perusahaan yang sering kerja lembur. 

  • Proses sama pentingnya dengan hasil

Dalam pertemuan atau rapat di lingkungan kerja, bisa jadi kamu tidak akan banyak berdiskusi. Perbedaan pendapat dalam rapat dipandang sebagai sesuatu yang tidak efisien dan berisiko “mengganggu” keharmonisan tim. Namun, setiap divisi harus berbagi informasi seperti apa situasi terkini proyek yang tengah dijalani. 

Konsep HoRenSo alias lapor (hokoku), komunikasi (renraku), dan konsultasi (sodan) wajib kamu kuasai. HoRenSo membuat informasi tiap bagian tersampaikan dengan baik dalam tim atau perusahaan. Hal ini jadi landasan pengambilan keputusan sebagai tim sekaligus dianggap mampu meningkatkan performa bisnis.

  • Menghormati klien dan senior 

Merupakan sebuah kewajaran ketika kamu melihat bagaimana orang Jepang menunjukkan rasa hormat kepada klien dan senior. Sekalipun atasan atau klien melakukan hal yang tidak tepat, kamu tidak bisa mengungkapkan rasa tidak setuju secara langsung. 

Bersikap merendah adalah kunci. Tak ada salahnya untuk merendahkan diri lebih dulu di hadapan klien atau senior. Kemudian, berusahalah memberi tahu klien atau atasan secara perlahan mengenai kesalahan yang dimaksud.

  • Tatemae dan reigi

Tatemae (fasad) merujuk pada sikap tidak menunjukkan perasaan tidak nyaman atau marah kepada orang lain. Sementara itu, reigi (kesopanan) mewakili tata krama sosial yang perlu dikuasai seseorang guna menghormati orang lain. Keduanya menggenapi nilai-nilai penting yang dianut orang Jepang, yaitu bersikap rendah hati, mengutamakan keharmonisan, bekerja sama, dan saling menghormati. 

Contoh, kamu ingin menolak permintaan klien. Alih-alih berkata tidak, kamu bisa merespons dengan, “Saya akan mendiskusikannya dengan atasan dulu.” Dalam situasi tersebut, “tidak” adalah respons kamu sebenarnya. Namun, tatemae kamu adalah ingin mendiskusikan dengan atasan. Kebohongan putih ini dilakukan demi menjaga perasaan dan menghormati klien.

  • Tepat waktu adalah kunci terpenting

Kamu tahu kan bahwa jadwal kereta di Jepang selalu tepat waktu? Hal itu menegaskan bagaimana orang Jepang sangat menghargai ketepatan waktu, terutama terkait urusan bisnis. Hampir semua kegiatan di Jepang berlangsung sesuai jadwal, mulai dari waktu operasional toko, jadwal meeting, sampai deadline pekerjaan.

Terlambat beberapa menit saja bisa membuatmu kehilangan kepercayaan, pertemuan bisnis yang tidak lancar, atau pemotongan gaji. Jadi, pastikan kamu selalu menepati waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan.

 

Jika dibayangkan, boleh jadi Japanese work ethics terasa abstrak bagi kamu. Namun, Sastra Jepang BINUS UNIVERSITY akan mengarahkanmu untuk mengikuti program Enrichment dengan magang di perusahaan Jepang atau study abroad ke Jepang. Jadikan kesempatan ini untuk mengasah soft skill kamu terkait pemahaman dan penguasaan etika kerja orang Jepang. 

Bahasa Jepang lancar, keterampilan memadai, karier masa depan kamu sebagai lulusan Sastra Jepang bakal terbentang cerah!