Mental pebisnis sudah terbentuk sejak Benny Fajarai duduk di bangku sekolah. Hal itu terbukti dari sifatnya yang selalu optimis meskipun ia gagal kuliah di kedokteran. Benny Fajarai terus melangkah dan mengasah potensi lain dalam dirinya dengan kuliah di BINUS University.

Kegigihan Benny Fajarai pun berbuah manis; semua bisnisnya yang berbasis IT sukses mendapatkan berbagai penghargaan internasional. Bahkan, di usia 25 tahun, Benny Fajarai berhasil meraih prestasi Forbes “30 Under 30”.

Perjalanan Benny Fajarai : dari Sekolah sampai ke Bangku Kuliah

Benny Fajarai

Benny Fajarai adalah putra kelahiran Pontianak pada 27 April 1990. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ibunya pernah bekerja sebagai pengasuh anak-anak, sedangkan ayahnya mencari nafkah dengan menjadi sopir angkutan umum dan penjual pisang goreng. 

Kendati terlahir dari keluarga sederhana, Benny tumbuh sebagai sosok yang penuh empati. Ia juga terbentuk menjadi pemuda cerdas, kreatif, dan pantang menyerah. Semua itu terbukti manakala Benny harus mengurungkan niatnya untuk kuliah lantaran terbentur biaya.

Benny tidak pernah menyerah dalam menggali potensi diri dan mencari cara untuk kuliah. Hingga akhirnya, Benny mendapatkan beasiswa kuliah IT di BINUS University.

Percaya atau tidak, beasiswa BINUS University yang diraih Benny Fajarai berawal dari hobinya main game komputer. Ketika sekolah, Benny memiliki kebiasaan main game komputer selama berjam-jam. Meski kebiasaan tersebut membuat nilai akademiknya merosot, bakat IT Benny justru meningkat. 

Benny yang cepat menyadari potensinya, memutuskan untuk kuliah di BINUS University dengan memanfaatkan beasiswa. Di awal kuliah, Benny mendapatkan banyak rintangan; salah satunya tidak bisa membeli komputer sendiri. Padahal, sebagai anak IT, komputer menjadi kebutuhan utama.

Karena itu, selama beberapa waktu, Benny mengerjakan tugas kuliah di warnet atau meminjam laptop teman. Dari sinilah, Benny bertekad mencari penghasilan tambahan agar bisa meringankan beban orang tua. Ia pun memutuskan bekerja sebagai pengajar di lembaga kursus komputer.

Ketika menjadi pengajar, Benny ditugaskan untuk menyampaikan pelajaran coding. Namun, sebelumnya, Benny mendapatkan pelatihan coding dari lembaga kursus. Karena itulah, ia mampu menguasai ilmu coding lebih cepat daripada teman kuliah sebayanya.

Memulai Bisnis IT Pertama di Bangku Kuliah

Dengan menguasai ilmu coding, Benny mulai mengambil proyek-proyek kecil di bidang IT. Berawal dari sini pula, Benny berhasil membentuk bisnis IT pertamanya. Kala itu, ia merekrut beberapa mahasiswa terpintar di Binus University untuk masuk sebuah grup. Oleh Benny, grup tersebut diberi nama Cactus Project.

Cactus Project menjadi titik awal Benny untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Dari bisnis ini juga, Benny mengasah kemampuan manajemennya, mulai dari manajemen bisnis hingga klien. Hasilnya, Cactus Project berhasil mendapatkan klien perusahaan besar, seperti AC Nielsen dan PT HM Sampoerna Tbk.

Perjalanan Bisnis Benny Fajarai Setelah Lulus Kuliah

Langkah Benny Fajarai membangun bisnis semasa kuliah menemui kendala setelah 2,5 tahun. Ia gagal mempertahankan Cactus Project lantaran berbeda visi dengan teman-temannya. 

Meski begitu, Benny terus mencari cara untuk mewujudkan mimpinya menjadi technopreneur sukses. Karena itu, ia mendirikan Kreavi.com—startup-nya para pelaku industri kreatif. Kreavi.com menyediakan wadah bagi desainer grafis, developer web, videografer, serta profesi IT lainnya untuk membuat portofolio online.

Kreavi.com juga memberikan fasilitas galeri kreasi visual dan komunitas sebagai tempat interaksi dengan sesama pengguna. Hingga tahun 2014, Kreavi memiliki lebih dari 30.000 kreator visual dan desainer. 

Memasuki tahun 2015, Benny Fajarai menjual Kreavi.com untuk merintis bisnis startup yang lebih besar.  Startup itu adalah Qlapa.com—yang idenya didapatkan Benny ketika bepergian ke pasar seni Bali.

Qlapa.com tumbuh menjadi startup paling bergengsi di Indonesia dengan berbagai penghargaan internasional yang diraihnya. Sayangnya, startup tersebut harus ditutup pada 2019. Di titik inilah, Benny Fajarai mengalami kegagalan untuk kedua kalinya.

Namun, sekali lagi, Benny Fajarai tidak pernah menyerah. Bersama tiga orang temannya, Benny membangun bisnis di sektor industri keuangan pada 2018. Bisnis tersebut bernama PT Lifepal Technology Indonesia yang bergerak di bidang informasi dan perlindungan finansial.

Kini, Lifepal yang berbasis teknologi digital telah mendapatkan kepercayaan lebih dari empat juta pengunjung setiap bulannya. Lifepal juga dipercaya lebih dari satu juta pengguna media sosial dan 50-an partner asuransi. Selain itu, marketplace ini menawarkan tidak kurang dari 209 produk.

Semua pencapaian tersebut membawa Lifepal menjadi marketplace asuransi terbesar di Indonesia. Dari sini, Benny Fajarai selalu berharap bisa bermanfaat dan menginspirasi banyak orang untuk sukses secara finansial.

Benny Fajarai Tidak Pernah Mengidolakan Satu Tokoh 

Benny Fajarai suka membaca buku, terlebih saat kuliah. Salah satu bacaan kesukaannya, yakni kisah perjalanan para pebisnis. Kala itu, Benny mempelajari cara mereka meraih sukses. Tokoh sukses yang pernah menarik perhatian Benny, antara lain Steve Jobs dan Richard Brandson. 

Kendati demikian, Benny tidak pernah memiliki satu tokoh idola saja. Ia lebih suka mengambil potongan inspirasi dari tokoh berbeda. Kemudian, ia mempelajari hal-hal baik dari mereka dan membuang sesuatu yang negatif.

Bahkan, di dunia nyata, Benny tidak mempunyai seorang mentor bisnis. Namun, ia suka mengobrol dengan orang yang usianya lebih tua. Benny menganggap orang-orang tersebut memiliki pengalaman hidup lebih banyak daripada dirinya.

Menggali Ilmu dari Orang yang Pernah Gagal 

Menurut Benny Fajarai, kegagalan bukan suatu alasan untuk berhenti membangun mimpi. Ia akan merasa menyesal jika tak mencoba lagi membangun impiannya. Salah satu impian Benny adalah menjadi entrepreneur yang bisnisnya berdampak pada masyarakat. 

Karena itulah, Benny kerap menyempatkan waktu berbincang dengan orang yang punya pengalaman tertentu. Misalnya, Benny sedang mencari solusi dari sebuah masalah, maka ia akan mencari orang yang pernah mengalaminya. Selama 1-2 jam, ia menghabiskan waktu untuk menggali ilmu dari orang tersebut.

Berawal dari kebiasaan tersebut, Benny pun mengambil pelajaran bahwa network sangat penting. Pasalnya, network atau jaringan bisa membawa seseorang kepada sosok yang ia butuhkan. Dalam hal ini, Benny membangun jaringan sejak masih kuliah melalui organisasi.

Aktivis Organisasi yang Lulus dengan IPK 3,85

Kebanyakan orang berpikir, untuk mendapatkan IPK cum laude, mahasiswa harus fokus studi. Terlebih, tanggungan mata kuliah di perguruan tinggi berbasis IT relatif banyak. Ditambah adanya tuntutan lulus cepat, tentu tidak sedikit mahasiswa yang study oriented

Namun, Benny Fajarai memilih untuk menyeimbangkan antara akademik, organisasi, dan pekerjaannya. Terlebih, BINUS University mendukung penuh kegiatan kemahasiswaan. Hal itu dibuktikan dengan adanya 40-an organisasi kemahasiswaan yang berkembang di BINUS.

Menurut Benny, dukungan BINUS University kepada aktivitas kemahasiswaan tersebut harus dipertahankan. Pasalnya, ia merasakan sendiri manfaat mengikuti organisasi pascalulus kuliah. 

Tepat setelah lulus, Benny mendapatkan klien bisnis pertama dengan tender ratusan juta rupiah dari teman organisasinya. Selain relasi bisnis, Benny juga mendapatkan soft skill yang kini menjadi basis utama dalam perjalanan karirnya. 

Pesan Benny Fajarai untuk Generasi Muda: Beranilah Memulai Lebih Awal

Kesuksesan Benny Fajarai saat ini bukan akhir dari perjuangannya. Di depan sana, masih banyak tantangan yang harus ia hadapi.

Karena itu, Benny Fajarai berpesan: untuk generasi masa kini, beranilah memulai proses lebih awal daripada teman sebaya. Sebab di balik proses, pasti kegagalan yang harus dilalui. Jadi, dengan memulai lebih awal, kamu akan belajar dan sukses lebih cepat.