Dunia berkembang sangat cepat. Siapa yang tak bisa menyesuaikan diri, pasti akan tertinggal jauh di belakang. Hukum alam ini berlaku di hampir semua aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam hal belajar dan bekerja. 

Kita mestinya berterima kasih banyak kepada teknologi. Berkat kehadiran internet, sekarang orang bisa sekolah, kuliah, dan bahkan mencari uang dengan mudah. 

Namun, penggunaan internet juga mesti dibarengi dengan strategi cerdas agar manfaat yang didapat lebih maksimal. 

Murid yang bosan mengikuti kelas online bisa jadi karena proses belajar mengajarnya tidak fun. Produktivitas karyawan berkurang mungkin saja disebabkan oleh platform online yang dipakainya bekerja tidak efektif.

Familiar dengan kejadian-kejadian semacam ini?

Gamification sebagai Solusi

Kuliah

Lantas, bagaimana agar hal-hal serupa tidak terjadi? Jawabannya adalah eksplorasi. Dan salah satu langkah eksplorasi yang wajib dicoba adalah dengan gamifikasi. Tema ini sebetulnya bukan sesuatu yang baru di bidang pengembangan TI. Gamifikasi (Eng: gamification) merujuk pada penerapan elemen-elemen game (permainan) pada aktivitas non-game.

Gamifikasi terbukti membuat proses bekerja maupun belajar lebih fun, lho. Karena tidak merasa seperti sedang belajar/bekerja, otomatis kita akan lebih produktif. Survei TalentLMS juga membuktikan bahwa lebih dari 80% karyawan merasa lebih engaged dan produktif berkat gamification.

Kahoot! juga bisa jadi contoh brilian betapa bagusnya gamifikasi jika diaplikasikan dalam konteks belajar mengajar peserta didik. Platform game-based learning ini dilengkapi dengan fitur-fitur spesial yang memungkinkan suasana belajar di dalam kelas menjadi lebih seru, hidup, dan menyenangkan. 

Perusahaan clothing raksasa Marks & Spencer pun mengadaptasi gamification dalam strategi marketing-nya. Bagi mereka, teknik ini cukup ampuh untuk menaikkan engagement brand di mata konsumen. Hasilnya, sales meningkat tajam.

Peran Lembaga Pendidikan di Era Digital

Kuliah

IT merupakan salah satu soft skill yang wajib dikuasai di era digital seperti sekarang. Di sini, lembaga pendidikan berperan menyediakan program-program kuliah yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan mahasiswa di bidang teknologi informasi.

BINUS sebagai first world class university menyambut tantangan ini dengan membuka berbagai jurusan kuliah yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan TI; salah satunya adalah Game Application and Technology. 

Dengan menempuh studi di jurusan GAT, mahasiswa akan dibekali dengan keahlian di bidang information technology, dalam hal ini game development. Untuk meningkatkan kualitas lulusan program GAT, BINUS University juga telah meneken kerja sama dengan berbagai perusahaan game terkemuka di dalam dan luar negeri. 

Tentu proses perkuliahan tidak berhenti hanya di pemaparan teori. Untuk mendukung softskill mahasiswa, kampus menyediakan Lab GAT khusus yang diisi dengan sederet fasilitas praktikum high-end seperti komputer spesifikasi canggih dan studio audio-editing.

Belajar Apa di Game Application and Technology?

Kuliah

Jurusan Game Application and Technology ini fokus ke pengaplikasian game art, game design, dan game programming. Namun, di ruang kelas, mahasiswa juga akan belajar banyak tentang pengetahuan-pengetahuan lain di luar expertise-nya yang tak kalah penting, misalnya critical thinking dan komunikasi efektif.

Inilah yang membedakan lulusan BINUS University dari kampus lainnya.  Setiap mahasiswa benar-benar dibekali dengan kemampuan komunikasi dan problem solving yang akan membantunya survive kelak ketika dirinya terjun di industri gaming.

Lulusan GAT bisa jadi apa? Kamu mungkin penasaran dengan prospek karier jurusan ini. Jangan khawatir! Ada banyak peluang karier bergengsi untuk para wisudawan Game Application and Technology BINUS University. Beberapa di antaranya adalah game developer/engineer, game designer, technical artist, game director, game publisher, hingga entrepreneur. Mau jadi pengajar dan memajukan pendidikan Indonesia? Bisa juga!