Jakarta, 21 Juli 2020 – Era kenormalan baru akibat pandemi ini, tentunya juga mendatangkan berbagai tantangan bagi para pimpinan dan organisasinya. Salah satu dampak paling parah dari pandemi ini adalah tutupnya perusahaan-perusahaan di Indonesia akibat tidak kuat menanggung beban ekstra yang timbul akibat pandemi ini. Saat ini, kebijakan distancing masih dianjurkan, tetapi kegiatan perekonomian sudah didorong untuk mulai berjalan kembali. Meski begitu, terdapat banyak hal baru yang harus diterapkan karena pandemi COVID-19 ini sendiri masih belum teratasi sepenuhnya. Penyesuaian terhadap hal-hal baru tersebut disebut juga new normal. Protokol new normal ini, berfokus pada protokol untuk menjaga kesehatan dan keamanan para tenaga kerja. Namun tidak hanya terbatas pada itu, new normal juga dapat diaplikasikan dalam kegiatan operasional perusahaan lainnya.

Dalam menjalankan hal yang baru ini, dibutuhkan edukasi dari para praktisi yang sudah berpengalaman agar transisi menuju kenormalan baru dapat berjalan dengan baik. BINUS UNIVERSITY dalam mewujudkan visinya untuk membina dan memberdayakan Indonesia, berinisiatif untuk menyelenggarakan acara studium generale yang bertujuan untuk memberikan pemaparan dan edukasi terkait leadership dan bagaimana bisnis dapat menghadapi era new normal. Dalam studium generale ini, BINUS UNIVERSITY menghadirkan Tan Wijaya sebagai pembicara. Tan Wijaya merupakan President Director PT IBM Indonesia. Tan Wijaya juga merupakan alumni dari Program Studi S1 Computer Science, BINUS UNIVERSITY.

Acara ini dipandu oleh Bapak Haris Suhendra dan dimoderatori oleh Dr. Meyliana, S.Kom., M.M. selaku Vice Rector Global Employability and Entrepreneurship BINUS UNIVERSITY. Pemaparan diawali oleh Bapak Tan Wijaya dengan perkenalan perusahaan IBM sendiri. Secara singkat, IBM merupakan perusahaan di bidang teknologi informasi yang sudah berdiri selama lebih dari 100 tahun, beroperasi di 170 negara, melayani berbagai sektor-sektor besar seperti cyber security, membuka jalan untuk masa depan (enabling the future), menghubungkan pasar finansial global, serta membangun banyak kerja sama (joint ventures). IBM yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 70 tahun ini, juga memiliki banyak kontribusi terhadap Indonesia. Beberapa kontribusi IBM kepada Indonesia antara lain, mendukung restorasi Candi Borobudur pada tahun 1976 dan membantu BNPB dalam memonitor dan melacak distribusi alat kesehatan dengan menggunakan cloud-based application di sepanjang tahun 2020 ini.

Kemudian, Bapak Tan Wijaya melanjutkan pemaparannya dengan menjelaskan bagaimana IBM bertahan selama lebih dari 100 tahun dengan terus bertransformasi dan berubah seiring dengan kemajuan zaman. Setelah itu, pemaparan berlanjut pada penerapan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI), machine learning, dan deep learning. Dari ketiganya, AI merupakan teknologi utama untuk mendukung kinerja sumber daya manusia di era new normal. Selain pemaparan mengenai teknologi utama di masa kini dan mendatang, Tan Wijaya juga menyampaikan rekomendasinya bagi perusahaan-perusahaan dalam menghadapi new normal, yaitu meningkatkan ketahanan IT dan keberlanjutan bisnis, menyikapi resiko cyber security dengan baik, mempercepat efisiensi dan kelincahan (agility) dengan cloud, mengurangi biaya

operasional dan menjaga keberlanjutan supply chain, memberdayakan tenaga kerja berjarak jauh atau remote, dan mengikutsertakan konsumen dan customer secara virtual.

Para peserta pun menjadi antusias dalam menyampaikan berbagai pertanyaan dari pemaparan yang sudah disampaikan oleh Tan Wijaya. Dengan berbagai pemaparan dari Tan Wijaya ini, diharapkan para generasi muda dapat lebih mempersiapkan keahliannya untuk menghadapi era new normal. Para generasi muda ini juga diharapkan dapat memahami mengenai teknologi-teknologi yang akan dapat mendukung kinerjanya di masa kini maupun di masa mendatang, salah satunya teknologi AI. Dalam closing remark-nya setelah melakukan tanya jawab dengan para peserta, Tan Wijaya menyampaikan pesannya bagi para generasi muda dalam menghadapi era baru ini.

“Kita harus mempersiapkan dari segi skill kita yang saya sebut dengan team-based skills. Jadi tidak hanya spesifik di IT, tapi kita juga harus menguasai tentang bisnis, tentang marketing. Jadi ini tuntutan yang terjadi di saat ini, itu nomor satu.Yang kedua adalah, zaman pandemi seperti ini, kita harus benar-benar tahu tentang customer kita. Siapa yang mengerti customer dengan insight yang lebih baik, ini yang akan memenangkan persaingan” Ujar Tan Wijaya.