Sudah Era Revolusi Industri 4.0, Awas Jangan Salah Pilih Program Studi!
KOMPAS.com – Seperti halnya pembaca berita pada umumnya, seorang pria di salah satu televisi di China, Xinhua News Agency tampil begitu rapi dengan setelas kemeja, jas, dan dasinya. Tak hanya itu, suara yang tegas serta wajah, mimik dan pergerakannya yang ekspresif juga menjadi identitas tersendiri bagi pria tersebut. Namun uniknya, melansir Kompas.com, Jumat (9/11/2018), pembaca berita tersebut bukanlah seorang manusia seperti yang banyak orang kira, melainkan sebuah sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ya, kini kecerdasan buatan sudah bisa dimanfaatkan secara langsung untuk mempekerjakan sebuah sistem sebagai pembaca berita. Dunia memang tengah memasuki era revolusi industri 4.0. Era di mana terjadinya disruptif teknologi. Melalui disrupsi tersebut, hadirlah berbagai teknologi canggih yang memiliki peran besar dalam kehidupan manusia pada masa mendatang, seperti internet seluler berkecepatan tinggi, kecerdasan buatan, maha data, dan teknologi cloud. Selain memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan manusia, teknologi-teknologi tersebut juga merupakan ujung tombak banyak perusahaan untuk mengubah pola kerja mereka.
Pernyataan di atas bukan hanya isapan jempol belaka. World Economic Forum (WEF) pada 2018 bahkan menyebutkan banyak perusahaan yang akan melakukan investasi besar-besaran untuk mengembangkan teknologi tersebut pada periode 2018 hingga 2022. Akibatnya, WEF memprediksi akan ada sekitar 75 juta peran pekerjaan saat ini yang tergantikan dengan mesin dan algoritma. Sementara itu, 133 juta peran pekerjaan baru diprediksi akan hadir pada periode tersebut. Melalui laman resminya, WEF menyebutkan pekerjaan, seperti Analis Data, Pengembang Perangkat Lunak, Pengembang Aplikasi, E-commerce, dan Media Sosial Spesialis akan tumbuh subur. Ini artinya, pekerjaan yang secara langsung bersentuhan dengan penggunaan teknologi dan data akan mengalami peningkatan secara signifikan.
Menggapai peluang
Beberapa faktor di atas tentu dapat menjadi pertimbangan banyak orang saat ini untuk menentukan pilihan karir di masa depan, salah satunya dengan memilih program studi yang tepat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Sementara itu, perguruan tinggi selaku lembaga pendidikan juga memiliki peran besar dalam menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dalam hal ini, lembaga pendidikan wajib memfasilitasi mahasiswa dan memberikan pendidikan berkualitas untuk bisa berkompetisi secara global. Sistem pembelajaran yang tepat sasaran dan sesuai kebutuhan adalah beberapa contoh fasilitas yang bisa ditawarkan oleh perguruan tinggi. Terkait dengan fasilitas tersebut, salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia,
Bina Nusantara ( Binus) memiliki program tersendiri yang didesain untuk menyiapkan lulusannya siap berkompetisi setelah lulus. Marketing Director Binus Group Judi Arto menyebutkan, ada program enrichment atau pengayaan selama satu tahun untuk menjadikan para lulusan siap dalam berkarir pasca lulus. “Untuk jenjang S1 di Binus, mahasiswa akan mengikuti kegiatan perkuliahan selama empat tahun. Tiga tahun pertama dilakukan di kampus, sedangkan satu tahun terakhir mahasiswa wajib mengikuti progam enrichment di luar kampus,” ujar Judi melalui sambungan telepon dengan Kompas.com, Kamis (13/6/2019). Judi menambahkan, ada lima opsi progam enrichment yang bisa mahasiswa pilih, di antaranya internship atau magang, mengembangkan start-up, riset, community development, dan study abroad. “Progam enrichment yang dipilih paling banyak untuk saat ini adalah magang atau internship di sebuah perusahaan,” jelas Judi. Adapun perusahaan yang menjadi favorit mahasiswa untuk melakukan magang adalah perusahaan startup, seperti Tokopedia, Gojek, dan Grab. Fenomena ini terkait pula dengan disrupsi teknologi yang sedang terjadi dan behavior generasi milenial yang cenderung menyukai tantangan serta jam kerja yang lebih fleksibel.
Pilihan program studi
Sebagai informasi, Binus memiliki program S1 Reguler, S1 Internasional, S1 Online, S2 Reguler, dan S3 Reguler. Selain itu, Binus juga telah hadir di kota Bandung dan Malang. “Untuk progam S1 sendiri, setiap tahunnya ada sekitar 11.000 mahasiswa baru. Namun, jumlah mahasiswa baru yang paling banyak ada di program S1 Reguler dengan total 8.000 orang per tahunnya,” ujar Judi. Di Binus sendiri, tambahnya, program studi yang terkait teknologi (Teknik Informatika, Sistem Informasi) masih menjadi unggulan. Kemudian, unggulan kedua ditempati oleh program studi yang berhubungan dengan bisnis (Manajemen, Business Creation, International Business Management, International Marketing, Business Management). Sementara itu, posisi selanjutnya ada progam studi yang berkaitan dengan desain dan seni kreatif (Desain Komunikasi Visual – Animasi, Desain Komunikasi Visual – Creative Advertising, Desain Komunikasi Visual – New Media dan Desain Interior).
Selanjutnya, program studi Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional menyusul di urutan keempat dan kelima. “Kelima jenis program studi tersebut bahkan menyumbang sekitar 60 persen dari total mahasiswa baru di Binus. Tak hanya itu, saat ini ada program studi yang juga sedang naik daun, yakni Cyber Security, Game Application, dan Mobile Application,” jelas Judi lagi. Ketiga program studi tersebut merupakan gambaran dari fenomena era revolusi industri 4.0 yang sedang gencar-gencarnya berkembang. Diharapkan, dengan berbagai program studi tersebut serta program enrichment yang disediakan Binus, bisa melahirkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Tak hanya itu, mereka juga menciptakan peluang untuk menjadi entrepreneur andal yang siap memajukan Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Sudah Era Revolusi Industri 4.0, Awas Jangan Salah Pilih Program Studi!”, https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/19/08550051/sudah-era-revolusi-industri-4.0-awas-jangan-salah-pilih-program-studi-.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Mikhael Gewati
Comments :