JAKARTA – Indonesia sebenarnya tidak perlu panik menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada 2015 mendatang. Sebab, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik dapat menjadi modal utama menghadapi persaingan regional tersebut. Namun, bagaimana dengan pasar tenaga kerja Indonesia dan kompetensi sarjana kita?

Menurut Rektor Binus University Prof. Harjanto Prabowo, pertumbuhan ekonomi mendorong terbukanya keran usaha. Ini berarti, pasar tenaga kerja di Tanah Air juga terbuka lebih lebar dibandingkan negara tetangga yang pertumbuhan ekonominya minim. Artinya, ada lebih banyak lapangan kerja untuk para lulusan perguruan tinggi Indonesia.

“Nah, dengan adanya AEC, kebutuhan tenaga kerja akan dobel, yakni untuk lokal Indonesia dan regional ASEAN. Tetapi, semua orang akan punya kesempatan yang sama untuk memenuhi lowongan pekerjaan di pasar tenaga kerja Indonesia maupun ASEAN,” urai Harjanto, ketika berbincang dengan Okezone, Selasa (3/12/2013).

Pertanyaannya kemudian, kata Harjanto, adalah apakah tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi Indonesia mampu bersaing dan punya kompetensi mengisi pasar tenaga kerja itu? Jawabannya, imbuh Harjanto, adalah relatif. Hal ini mengacu pada ukuran di lapangan yakni kesesuaian kompetensi sarjana Indonesia dengan yang dibutuhkan pasar.

“Meski begitu, kita harus sadar bahwa tidak semua lembaga pendidikan di Indonesia memiliki kualifikasi untuk menghadapi persaingan kompetensi di AEC 2015 itu,” imbuhnya.

Harjanto menilai, selama kurang dari dua tahun hingga penerapan AEC 2015 ini Indonesia harus bekerja keras mempersiapkan diri. Pasalnya, jika melihat statistik, sektor ekonomi terus bertumbuh. Dan pertumbuhan ini juga meningkatkan kebutuhan tenaga kerja. Namun nyatanya, kita kian banyak menemui pengangguran terdidik di Indonesia. Di lain sisi, industri kerap menyatakan butuh tenaga kerja.

“Ini anomali. Mengapa ini bisa terjadi? Karena itulah, jika melihat angka, kita harus kerja keras menyiapkan kompetensi sarjana Indonesia menghadapi AEC 2015,” ujar Harjanto.

Nakhoda Binus University untuk ketiga kalinya itu menguraikan, tugas pemerintah, dunia bisnis dan stakeholder pendidikan untuk mengejar kompetensi lulusan yang dibutuhkan pasar ASEAN makin berat karena kompetensinya juga makin tinggi.

Sinergi ketiga sektor itu juga dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang sudah dimiliki Indonesia. Kemudian, bersama-sama menentukan strategi dan mengarahkan siapa saja lulusan yang dipersiapkan untuk mengisi pasar tenaga kerja lokal Indonesia dan pasar tenaga kerja regional ASEAN.

Sebab, pasar tenaga kerja dalam kerangka AEC 2015 tidaklah membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras maupun latar belakang mereka. Pembeda satu tenaga kerja dengan tenaga kerja lainnya adalah kompetensi yang mereka miliki.

“Saya yakin anak-anak muda Indonesia kalau ditantang pasti mau dan bisa, asalkan tetap diarahkan,” tuturnya. (rfa)

Menantang Sarjana RI di Komunitas ASEAN

Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2013/12/03/373/906310/menantang-sarjana-ri-di-komunitas-asean