Nonton bareng film dokumenter karya tim Ekspedisi Cincin Api digelar di BINUS UNIVERSITY, Kamis (26/4). Sedikitnya 500 siswa dari berbagai sekolah menengah atas di Jakarta memenuhi Auditorium, tempat berlangsungnya acara.

Lanskap pemandangan sekitar Danau Toba menjadi suguhan pembuka film. Film dokumenter berjudul Toba Mengubah Dunia cukup membuat peserta terhenyak mengetahui fakta-fakta yang dibeberkan jika di balik keindahan alam Indonesia, ternyata berada di posisi potensi bencana. “Ini membuka mata Saya,” tutur Rahmi, salah seorang siswa.

Dalam film tersebut, tim Ekspedisi Cincin Api Kompas menelusuri jejak letusan Gunung Toba yang terjadi sekitar 75 ribu tahun silam. Letusan Toba menyebabkan bumi memasuki musim dingin selama enam tahun, dan hanya menyisakan 15 ribu manusia. Saat itulah Toba mengubah dunia.

“Indonesia merupakan Zamrud Khatulistiwa, sangat indah sekali. Tapi di balik kekayaan alam itu tersimpan potensi bencana terutama gunung api, gempa, dan tsunami. Inilah yang melatarbelakangi kompas sejak 2011 menyambangi daerah-daerah di Indonesia untuk menelisik lebih jauh,” ujar Ahmad Arif (Ketua Tim Ekspedisi), saat talkshow usai pemutaran film.

Tim Ekspedisi Cincin Api telah merampungkan delapan laporan yang terbit sejak September 2011. Dari sisi teknis pembuatan film, Kristianto menjelaskan ada produk jurnalistik berupa foto 360 derajat. Ini merupakan kali pertama di Indonesia yang menggunakan produk jurnalistik foto 360 derajat. Tujuannya, ujar anggota tim, Kristianto Pramono, adalah agar pembaca bisa merasakan situasi di lokasi.

Selain memutar film dokumenter dan menggelar talkshow, tim Ekspedisi Cincin Api memamerkan beberapa karya fotografi hasil perjalanan. Sebut saja, karya Iwan Setiawan yang menampilkan potret lanskap keindahan kaldera Gunung Rinjani, Danau Segara Anak, dan Gunung Anakan Baru Jari, yang menjadi daya tarik wisata di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Ada pula Agus Susanto yang membidik hamparan pemandangan kawah Gunung Tambora dengan diameter kurang lebih tujuh kilometer. Kawah ini dipagari tebing curam sedalam 1.200 meter di Kabupaten Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Foto-foto ini bersama belasan jepretan lainnya menjadi saksi perjalanan tim Ekspedisi Cincin Api dan dipamerkan di area Food Court Kampus Anggrek.(YD)