By Cintiana Ermalia, M.P  

   Kemajuan teknologi dan informasi yang kian melesat berdampak hebat pada setiap aspek dalam tatanan dunia, termasuk cara berkomunikasinya manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu aspek yang mengalami banyak perubahan. Salah satu fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi serta sarana integrasi dan adaptasi digunakan manusia sesuai perkembangan zamannya. Setiap perkembangan zaman tentu melahirkan pola dan gaya hidup baru dalam kehidupan sosial masyarakat.

     Kemajuan teknologi dan informasi yang kian melesat berdampak hebat pada setiap aspek dalam tatanan dunia, termasuk cara berkomunikasinya manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu aspek yang mengalami banyak perubahan. Salah satu fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi serta sarana integrasi dan adaptasi digunakan manusia sesuai perkembangan zamannya. Setiap perkembangan zaman tentu melahirkan pola dan gaya hidup baru dalam kehidupan sosial masyarakat.

Keberagaman Masyarakat, Keberagaman Bahasa

     Di Indonesia, dengan beragamnya budaya, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan untuk menjembatani komunikasi keberagaman kelompok masyarakat. Umumnya masyarakat Indonesia menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertamanya, yakni bahasa daerah dan menggunakan bahasa keduanya, yakni bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa-bahasa tersebut disesuaikan dengan kedudukan dan situasinya masing-masing, bahkan terkadang kedua bahasa tersebut digunakan dalam situasi yang sama.

     Pada bingkai era globalisasi ini, keterbukaan informasi yang kian meluas dan melesat membuat masyarakat dapat mengetahui, memahami, mempelajari, bahkan menggunakan bahasa asing di luar bahasa daerah dan bahasa Indonesia, misalnya bahasa Inggris yang umumnya menjadi bahasa ketiga di Indonesia. Kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional membuat masyarakat dunia dituntut untuk mempelajari dan menggunakannya — salah satu fungsinya untuk sarana berkomunikasi dengan masyarakat dalam negara ataupun yang berbeda negara. Selain bahasa Inggris, bahasa asing yang populer digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bahasa Korea, bahasa Mandarin, bahasa Arab, bahasa Jepang. Bahasa-bahasa tersebut populer di Indonesia karena dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengaruh bidang entertaintment, keperluan akademik, ataupun produk ekonomi dari bangsanya.

     Beragamnya “asupan” pelbagai bahasa di kalangan masyarakat menjadi salah satu faktor meningkatnya intensitas fenomena campur kode di Indonesia. Fenomena campur kode merupakan penggabungan pelbagai satuan bahasa dalam berbicara atau menulis. Hal ini sejalan dengan teori Nababan (dalam Agustinuraida, 2017) yang menyebutkan bahwa campur kode merupakan pencampuran dua atau lebih bahasa ataupun pelbagai ragam bahasa dalam kegiatan berbahasanya. Dalam fenomena campur kode, masyarakat menuliskan atau berbicara dalam kalimat dengan pelbagai bahasa atau ragam bahasa, misalnya “Aku bentaran lagi on the way ka sakola. Tungguin aku sampai aku datang.”

Destruktif atau Kreatif?

     Banyak alasan yang memengaruhi terjadinya fenomena campur kode. Menurut Nababan (dalam Dewantara, 2015), adanya fenomena campur kode dipengaruhi oleh (1) situasi berkomunikasi yang santai antara si penutur dan mitra tutur (2) pembicara atau penutur ingin menunjukkan tingkat pendidikannya atau keterpelajarannya (3) tidak adanya kata-kata atau ekspresi yang tepat dalam bahasa yang sedang digunakan (4) pengidentifikasian anggota atau kelompok tertentu (5) sulitnya dalam menemukan padanan kata atau ekspresi yang sesuai dalam bahasanya (6) keterkaitan hubungan antara bahasa yang digunakan dengan topik yang sedang dibicarakan. Namun, menariknya adalah terjadinya fenomena campur kode kekinian bisa dikatakan lebih banyak dipengaruhi oleh fear of missing out alias fomo (istilah populer di Indonesia) yang berarti “ketakutan tertinggal ‘tren’”. Apalagi, adanya jejaring sosial menambah faktor kekuatan intensitas fenomena campur kode di kalangan masyarakat.

Mungkin banyak yang beranggapan bahwa fenomena campur kode merupakan salah satu kreativitas berbahasa. Beberapa orang beranggapan bahwa campur kode melahirkan banyak variasi berbahasa. Penutur dapat menggunakan banyak bahasa beserta ragamnya dalam tindak berbahasa. Hal itu juga dapat memperkaya kosa kata bahasa lain dan ragam bahasa lainnya. Maka dari itu, campur kode dianggap sebagai kreasi berbahasa.

Namun, di sisi lain, banyak kekhawatiran dari kalangan para ahli, para akademisi, hingga para praktisi bahasa Indonesia khususnya terkait ancaman di balik fenomena campur kode. Adanya fenomena campur kode yang kian meningkat intensitasnya dapat mengganggu pemahaman masyarakat terhadap pesan yang disampaikan dan tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara perlahan. Selain itu, karena terbiasa menggunakan campur kode dalam berbahasa, masyarakat akan lebih kesulitan untuk berbahasa yang baik dan benar pada situasi formal.

Fenomena campur kode yang kian meningkat tajam intensitasnya di kalangan masyarakat Indonesia, terutama remaja harus menjadi perhatian khusus, khususnya untuk lembaga bahasa, para ahli, para akademisi, da para praktisi bahasa Indonesia. Penggiatan dalam memahamkan penggunaan bahasa sesuai dengan konteksnya dan pembiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar perlu ditingkatkan. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud kecintaan dan kebanggan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan pelbagai ragam dan situasinya.

Referensi:

Agustinuraida, I. 2017. Alih Kode dan Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Indonesia oleh
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Galuh Ciamis, (Online),
(https://jurnal.unigal.ac.id/diksatrasia/article/view/583, diakses pada 10 September 2023)

David M., dkk. 2016—2020. Aplikasi Luring KBBI V. Badan Pengembangan Bahasa dan
Perbukuan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Kominfo. 2023. Memenuhi Layanan Digital hingga Pelosok, (Online),
(https://www.kominfo.go.id/, diakses pada 17 September 2023)

Siti Rifa A., dkk. 2021. Wujud dan Faktor Penyebab Alih Kode dan Campur Kode dalam
Interaksi Sosial Pedagang dan Pembeli di Pasar Parungkuda Kabupaten Sukabumi, (Online),
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS, diakses pada 17 September 2023)

 

BINUS @Bandung