International Student Mobility Awards (IISMA) adalah salah satu program bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program diadakan satu kali dalam setahun dengan target peserta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Melalui IISMA, mahasiswa mendapatkan kesempatan belajar selama satu semester di perguruan tinggi mitra di luar negeri. Namun, mahasiswa yang ingin mengikuti program, harus melewati serangkaian seleksi ketat.

Salah satu mahasiswa beruntung yang mendapatkan program IISMA adalah Fransisca Erica Sudibyo. Ia menjadi peserta IISMA untuk menjalani perkuliahan satu semester di University of Waterloo, Kanada.

Seperti apa perjuangan Fransisca Erica Sudibyo meraih beasiswa tersebut? Apa saja tantangan yang harus ia hadapi? Berikut ini pembahasan lengkapnya.

Binus University
Sumber : Binus

Motivasi Mengikuti Program IISMA

Keinginan untuk menimba ilmu di luar negeri merupakan salah satu motivasi Fransisca Erica Sudibyo untuk mengikuti program IISMA. Selain itu, bagi mahasiswa Teknik sipil ini, program IISMA memberikan banyak keuntungan—mulai dari beasiswa penuh, pengalaman hidup di luar negeri, hingga relasi internasional.

Motivasi kedua yang mendorong Fransisca Erica Sudibyo memilih jalur beasiswa adalah biaya ke luar negeri terbilang mahal. Meski berasal dari keluarga dengan ekonomi cukup, ia memilih untuk mandiri.

Fransisca Erica Sudibyo juga sudah merasa cukup dengan fase hidup saat ini. Ia ingin keluar dari zona nyamannya untuk mencoba hal-hal baru, salah satunya memulai hidup di Kanada.

Setelah diterima dalam program IISMA, motivasi Fransisca Erica Sudibyo untuk berkembang pun makin besar. Ia terpacu meraih semua mimpi, tanpa peduli seberapa kecil pencapaiannya. Bagi mahasiswi semester tujuh ini, mimpi tersebut adalah cara menggali kemampuan dan mengenali diri sendiri.

Tantangan Fransisca Erica Sudibyo Selama Program IISMA

Banyak tantangan yang harus dilewati Fransisca Erica Sudibyo selama menjalani program IISMA. Tantangan pertama, ia mesti membagi waktu 24 jam untuk menjadi produktif.

Tantangan tersebut ia hadapi dengan menggunakan hari Sabtu sebagai waktu istirahat. Saat itu, ia tidak melakukan kegiatan apa pun terkait tugas maupun pekerjaan. Lalu, pada hari Minggu, ia memanfaatkan waktu untuk membuat perencanaan selama satu minggu selanjutnya.

Fransisca Erica Sudibyo juga mengatur waktu malam untuk istirahat. Sementara itu, pekerjaan dan tugas kuliah diselesaikan mulai pagi hingga sore hari. Ia juga memasang timer agar mengingat waktu istirahat. Selain itu, ia mengelompokkan pekerjaan berat menjadi beberapa bagian kecil supaya ringan.

Tantangan kedua, Fransisca Erica Sudibyo harus bersaing dengan temannya di University of Waterloo. Ia berasal dari salah satu universitas ternama di Indonesia. Menurut Fransisca Erica Sudibyo, temannya itu lebih pintar dari dirinya. 

Namun, hal itu tidak membuat Fransisca rendah diri, ia justru terpacu untuk berada di level kemampuan temannya. Kendati banyak yang membandingkan, Fransisca Erica Sudibyo selalu belajar lebih giat. Kerennya, ia selalu dibantu teman sekaligus pesaingnya tersebut dalam belajar.

Tantangan ketiga, Fransisca Erica Sudibyo selalu direndahkan oleh orang-orang di sekitarnya. Meski begitu, ia tidak menyerah untuk menjadi yang terbaik. Sampai suatu hari, ia berhasil mencapai nilai tertinggi dalam mata kuliah tertentu.

Saat itu, teman-temannya masih menganggap Fransisca Erica Sudibyo hanya beruntung. Namun, ia tidak mempermasalahkan omongan tersebut. Justru, Fransisca memilih diam dengan menunjukkan hasil, tanpa harus memperlihatkan perjuangannya.

Tantangan terakhir adalah menghadapi rasa malas untuk mengeksplorasi budaya dan lingkungan di Kanada. Ketika itu, fokus Fransisca Erica Sudibyo terbagi antara keinginan jalan-jalan keliling Kanada atau belajar.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Fransisca Erica Sudibyo selalu mengingat kembali motivasinya ikut IISMA. Ia juga mengingat bahwa kesempatan yang didapatkan menjadi harapan banyak mahasiswa. Namun, dia lah yang terpilih untuk menjalaninya. Karena itu, ia harus melakukannya secara maksimal.

Lalu, apa tipsnya supaya diterima di program IISMA?

Menurut Fransisca Erica Sudibyo, kunci diterima di program IISMA adalah kemauan. Ia tidak pernah menyangka akan terjaring program tersebut. Namun, ia sudah berusaha maksimal dengan mengikuti berbagai aktivitas, termasuk organisasi HIMTES. 

Nah, salah satu poin penilaian IISMA adalah organisasi. Dengan demikian, Fransisca merasa organisasi tersebut memiliki andil besar dalam pencapaiannya.

 

Itulah profil singkat Fransisca Erica Sudibyo—mahasiswa berprestasi asal BINUS UNIVERSITY. Usai lulus IISMA, mahasiswi ini memiliki target untuk lulus dengan ilmu yang cukup dan tesis terbaik untuk membantu penelitian selanjutnya. Ia juga ingin bekerja dahulu sebelum melanjutkan ke jenjang S2.