Menjunjung tinggi uniformitas serta kesatuan dan persatuan antarumat kristiani merupakan salah satu prinsip utama yang dihadirkan oleh Oikumene. Gerakan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno sebagai bentuk tanggapan dari kekuasaan Kaisar Romawi. Di masa modern seperti sekarang, Oikumene menjadi suatu persekutuan bersifat interdenominasi yang berusaha menyatukan seluruh umat kristiani dari berbagai gereja berbeda untuk bisa mencapai satu tujuan yang sama.

Sejarah Oikumene

Gerakan Oikumene
Sumber : Tribun News

 

Secara etimologis, kata Oikumene atau Ecumene berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni oikos yang bermakna “rumah” serta monos yang artinya “satu”. Istilah ini disederhanakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi satu rumah. Lebih jauh lagi, Oikumene diartikan sebagai gerakan “satu rumah”, menyiratkan bahwa seluruh umat kristiani di berbagai belahan dunia sejatinya hidup berdampingan dalam satu rumah yang sama, yaitu rumah Tuhan.

Istilah oikumene sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno dalam cakupan pemerintahan Kekaisaran Romawi. Pada masa itu, kata oikumene merujuk pada dunia yang dianggap sebagai wilayah kekuasaan Katolik Roma. Namun, munculnya berbagai konflik yang memecah gereja-gereja Katolik membuat istilah ini mengalami pergeseran makna.

Salah satu insiden perpecahan gereja yang menjadi cikal-bakal terbentuknya gerakan Oikumene terjadi pada tahun 325 M. Saat itu, pengikut Arius dinyatakan sesat oleh konsili Nicea I sehingga banyak pengikutnya yang dikejar-kejar dan dibunuh secara massal. Peristiwa serupa kembali terjadi beberapa abad kemudian, tepatnya di tahun 1054. Pengakuan iman Nicea memecah gereja Katolik Roma dengan gereja Ortodoks Timur dan menimbulkan pertikaian sengit di antara dua kubu yang berseteru. 

Dengan banyaknya perpecahan yang terjadi, gereja-gereja di seluruh dunia melakukan perundingan untuk menyatukan semua persekutuan gereja bagi umat kristiani. Perundingan ini didasarkan pada doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17: 20-21:

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Jadi, dapat disimpulkan jika gerakan Oikumene adalah perwujudan doa dan harapan Tuhan Yesus sendiri. Gerakan ini sebenarnya sudah ada sejak lama di Eropa, tetapi hanya beberapa gereja yang ikut serta pada masa-masa awal. Baru pada akhir abad ke-19 serta awal abad ke-20, Oikumene mulai menyebar ke berbagai belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia.

Tujuan Utama Gerakan Oikumene

Oikumene merupakan gerakan yang bercita-cita untuk mempersatukan gereja-gereja Kristen di dunia. Dengan kesatuan gereja sebagai visi utamanya, gerakan Oikumene berharap dapat menciptakan gereja Kristen esa yang seluruh anggotanya tertuju pada satu arah dan tujuan yang sama, yakni iman dan kepercayaan terhadap Tuhan.

Saat visi ini berhasil dicapai, umat kristiani di seluruh dunia akan memiliki kekuatan lebih besar untuk bisa menjalankan fungsi gereja sepenuhnya yang terdiri dari koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan kasih), dan marturia (kesaksian). Persatuan umat yang kokoh juga dianggap sebagai salah satu bentuk pengabdian tertinggi kepada Tuhan karena sesuai dengan doa Yesus Kristus yang tertuang dalam Yohanes ayat 20-21.

Perkembangan Gerakan Oikumene Saat Ini

Sejak menjadi gerakan persekutuan gereja di awal abad ke-20, Oikumene terus melakukan berbagai upaya untuk dapat meningkatkan kesatuan dan persatuan antarumat kristiani di seluruh dunia. Gerakan ini bersifat interdenominasi sehingga merangkul seluruh gereja dan lembaga Kristen di bawah keyakinan bahwa Tuhan memperlakukan umat kristiani sebagai satu umat yang sama, tanpa kecuali.  

Meski tidak semua kelompok Kristen memproklamasikan diri sebagai anggota gerakan Oikumene, gerakan ini tetap berperan sebagai agen negosiasi di antara beragam denominasi gereja di berbagai belahan dunia. Pertimbangannya juga kerap digunakan oleh organisasi interdominasi dunia seperti World Council of Churches saat menentukan hukum-hukum spesifik dalam kepercayaan agama Kristen, termasuk pembaptisan, ekaristi, dan kependetaan.

Selain menjadi agen negosiasi antargereja, Persekutuan Oikumene juga menjadi bagian dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya di BINUS UNIVERSITY. Persekutuan Oikumene BINUS menjadi wadah bagi seluruh mahasiswa Kristen interdominasi dengan tujuan menghasilkan lulusan Kristen beriman, terampil, berkarakter, dan mampu mengenal Tuhan secara personal maupun komunal.