Pengalaman Arifa Tan: Strategi Kepemimpinan sampai Eksistensi di Tengah Revolusi Digital
Arifa Tan merupakan pendiri sekaligus Group CEO of IDStar Group, perusahaan yang bergerak di bidang layanan IT profesional. Dalam waktu dua tahun, IDStar Group yang ia rintis kini memiliki beberapa anak perusahaan serta lebih dari seratus karyawan. Pencapaian tersebut tidak akan terjadi tanpa strategi kepemimpinan yang baik serta kemampuan berinovasi.
Arifa pun membagikan pengalaman mengenai strategi kepemimpinan yang efisien. Selain itu, ia juga memberikan trik beradaptasi dengan kebutuhan industri di tengah revolusi digital.
Kunci Utama Kepemimpinan: Coaching dan Delegasi
“Banyak orang bilang I don’t have time. Kalau saya malah merasa I have lot of times.” Demikianlah jawaban Arifa Tan ketika ditanya perihal membagi waktu dalam memimpin perusahaan. Alih-alih mengalami kelelahan kerja, ia justru merasa santai namun tetap memegang kendali.
Ketua Ikatan Alumni BINUS ini menyampaikan kunci strateginya, yakni coaching dan delegasi. “Saya punya CEO-CEO yang bisa saya coach. Jadi, saya hanya menduplikatkan kemampuan saya pada setiap orang,” jelasnya.
Menurut wanita yang pernah bercita-cita menjadi tentara ini, coaching adalah bagian tersulit dari kepemimpinan. Seseorang dengan segala pola pikir dan masa lalu yang membentuk dirinya diibaratkan sebagai labirin. Tugasnya adalah membantu mengeluarkan potensi terbaik mereka dari labirin, tetapi tanpa cara telling.
Arifa Tan bisa dikatakan berhasil memberikan coaching pada CEO-CEO yang ia delegasikan. Ia melatih kemampuan mereka di semua level. Karena itu, para CEO jarang membutuhkan bantuannya secara full-time. Ketika terjadi krisis, mereka tentu boleh mengomunikasikannya. Namun, ia memberikan keleluasaan pada para CEO untuk mengatasinya sendiri.
“Salah atau benar, itu pembelajaran. Kalau takut salah, gimana caranya jadi leader,” tegasnya.
Selalu Ada Cara untuk Bangkit dari Kegagalan.
Pengalaman Arifa Tan selama beberapa dekade turut diwarnai oleh kegagalan. Perusahaan pertama yang dirintisnya berupa Software House, tetapi berkali-kali ditutup. Ia juga sempat mencoba peruntungan lainnya, seperti usaha audio di Kemayoran dan restoran.
Pada 2008, ia mendirikan Phintraco Consulting. Sayangnya, sepuluh tahun kemudian, ia harus menjual perusahaan tersebut. Masih di periode yang sama, ia membangun IDStar Group di usianya yang ke-48 tahun.
Arifa Tan tidak keberatan memulai dari nol lagi. Justru pengalaman dan kompetensinya membuatnya yakin untuk berjuang kembali. Meski menghadapi banyak tantangan, pada akhirnya IDStar Group berkembang secara signifikan.
Belajar dari Arifa Tan, selalu ada cara untuk bangkit dari kegagalan. Hal pertama yang ia anjurkan adalah berserah dan percaya pada Tuhan. Kedua, move on dan maafkan diri sendiri atas segala sesuatu yang telah terjadi. “Keep going dan coba untuk melihat bahwa di balik semua kegagalan itu ada rencana lain.”
BINUS Berikan Kesan Mendalam
Arifa Tan menempuh pendidikan sarjana di BINUS, jurusan Manajemen Informatika, tepatnya angkatan 1988. Berkuliah di BINUS rupanya menorehkan kesan mendalam. Pasalnya, pihak kampus sangat suportif dan memahami kondisinya.
Ia mengaku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meski begitu, cicilan biaya kuliahnya kerap mendapat keringanan. Pun kuliah sambil kerja bisa ditoleransi oleh pihak kampus.
Sebagai bentuk respeknya terhadap BINUS, ia sering memberikan bantuan dan dukungan. “Makanya waktu diminta menjadi Ketua IKA BINUS, saya terima. Apa pun yang BINUS butuhkan, pasti saya akan support.”
Berbicara pengalaman kuliah sambil kerja, Arifa Tan sempat menjadi trainer di tempat penjualan komputer. Setelah itu, berlanjut menjadi staf akuntan. Ia juga pernah menekuni profesi programmer dan supervisor. Ia bekerja pada pagi hingga sore hari, kemudian mengikuti kuliah malam. Tidak ada yang terbengkalai; lulus cepat, karier juga meningkat.
Trik Beradaptasi di Tengah Revolusi Digital
Sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia IT selama 30 tahun, Arifa Tan mengamati kalau proses revolusi digital terjadi secara bertahap namun persisten. Salah satu contohnya adalah keberadaan robot-robot yang makin diminati para pegiat industri. Robot-robot tersebut mampu menggantikan pekerjaan manusia secara efisien.
Arifa berpikir bahwa manusia harus berinovasi agar tidak kalah bersaing dengan robot. Upayanya sendiri adalah mengajarkan cara mengoperasikan robot pada para mahasiswa, karena bagaimanapun mesin membutuhkan seorang master.
Terlepas dari perkara robot, perubahan adalah sesuatu yang pasti. Apa pun bentuk revolusi digital yang sedang dihadapi, ada tiga tips yang bisa diterapkan demi mempertahankan eksistensi.
Pertama, latih kekuatan hati. Tetaplah tenang dan kuat dalam menerjang berbagai rintangan.
Kedua, asah kreativitas. Jangan hanya terpaku pada satu cara, melainkan coba berbagai cara berbeda yang inovatif demi mencapai tujuan.
Ketiga, memiliki visi dan mimpi. Kekuatan visi dan mimpi mampu menuntun seseorang dalam melewati masa-masa kemiskinan, kemajuan, bahkan perubahan.
Arifa Tan merupakan sosok inspiratif bagi generasi muda, khususnya Binusian. Tidak heran, ia kerap membagikan pengalaman dan ilmunya pada calon-calon penerus bangsa.
Comments :