Penyemprotan pestisida harus selalu dilakukan oleh para petani untuk hasil cocok tanamnya untuk menghindari yang hama yang akan memakan hasil berkebunnya. Pestisida berfungsi sebagai penghilang hama pada tumbuhan ataupun tanaman. Walaupun semprotan pestisida ini sangat membantu membasmi hama, dari pestisidanya itu juga memiliki efek samping terhadap para petani. Efek sampingnya itu sendiri adalah banyak dari petani yang jatuh sakit hingga meninggal dunia dikarrenakan pestisida. Dengan adanya isu ini, kedua mahasiswa BINUS University membuat dan megembangkan sebuah alat drone penyemprot pestisida.

Cakra, sebuah drone yang berfungsi sebagai penyemprot pestisida otomatis. Alat ini dibuat oleh Muhammad Farhan Fakhrezi dan Egbert Michael Ganadhi, mahasiswa dari BINUS Unniversity. Kedua ini melakukan pengembangan Cakra dalam rangka skripsi mereka dan dalam proses dalam penyelesaiian prototype mereka. Dasar mereka membuat Cakra ini adalah atas dasar kekhawatiran mereka terhadap petani yang terkena efek samping dari pestisida tersebut sehingga membuat banyak dari petani meninggal.

Drone ini beroperasi dengan adanya GPS Modul yang akan mendeteksi lokasi penyemprotan secara akurat. Cara kerja dari drone ini adalah dengan memasukan lokasi tujuan yang berbasis dengan GPS Modul yang sudah di implementasikan dalam alatnya. Lalu, setelah sampai pada lokasi, drone tersebut akan menyemprot pestisida tersebut kepada hasil tani. Sebelum drone ini kembali, alat ini akan mengecek jika masih ada titik yang belum terkena sempotan pestisidanya. Setelah sudah tersemprot semua, drone ini akan kembali ke tempat semula.

Dengan adanya Cakra, Farhan dan Egbert memiliki harapan bahwa supaya drone ini sebagai salah satu alat yang dapan membuat pertanian Indonesia maju dan untuk alat ini adalah sebagai pioneer untuk pertanian Indonesia, membantu petani mengurangi resiko efek samping yang didapat dari perstisida terhadap petani, dan juga sebagai sebuah alat yang akan memajukan pertanian Indonesia kelak di masa depan nanti.