BINUSIAN Buktikan Kursi Roda Berbasis Pikiran Bukan Hanya Ada di Film
indopos.co.id – BINUS UNIVERSITY pantas berbangga karena dua mahasiswanya berhasil mengembangkan penemuan kursi roda yang digerakkan dengan frekuensi gelombang otak. Alat ini dikembangkan oleh Mahasiswa/i semester 7 jurusan Teknik Informatika, Jennifer Santoso (21) dan Ivan Halim Parmonangan (21).
Menurut Dr. Widodo Budiharto, S.Si, M.Kom selaku Lecturer Specialist – S3 School of Computer Science BINUS UNIVERSITY yang juga sebagai dosen pembimbing mereka menekankan bahwa teknologi berbasis pikiran saat ini sudah bukan lagi merupakan tontonan film belaka.
“Bukan khayalan, bukan fiksi. Dan sampai nanti kedepan, teknologi electroencephalograph (EEG) ini berbasis kendali pikiran akan menjadi tren.”, ucap Dr. Widodo Budiharto, Senin (22/2).
Beliau kemudian melanjutkan bahwa kursi roda berbasis pikiran sebelumnya sudah pernah dikembangkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) namun lebih rumit. “Kita kelebihannya adalah ada metode baru yang optimal sehingga arsitekturnya simple dan mudah digunakan”, tegas beliau.
Alasan Jennifer dan Ivan mengembangkan kursi roda menggunakan kendali pikiran karena menurut mereka banyak pengguna kursi roda yang tangannya patah, cacat seluruh tubuh, lumpuh dari leher ke bawah sehingga kesulitan untuk mendorong kursi roda sendiri. Mereka ingin membuat sistem yang dapat menolong orang lain.
Dari observasi penyandang disabilitas di sekitar mereka, ternyata banyak penyandang disabilitas yang otak dan pikirannya masih sehat. Oleh sebab itu Jennifer dan Ivan mengembangkan kursi roda menggunakan kendali pikiran. Karya ini diberi nama Bina Nusantara Wheelchair (BNW) dan sebelumnya telah meraih Juara II dalam lomba Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) 2015 dalam kategori Sistem Cerdas.
Cara kerja kursi roda ini memakai 2 data, dengan electroencephalograph (EEG) alias sinyal otak untuk disabilitas yang lehernya tidak bisa bergerak dan dengan gyroscope untuk menangkap sensor gerak bagi penderita yang masih bisa menggerakkan leher.
Alat dan aplikasi ini telah dikembangkan Ivan dan Jennifer sejak Februari-Oktober 2015 lalu dan akan dipresentasikan pada International conference on Robotics and Vision yg terindeks Scopus dan ISI, pada bulan Mei 2016 di Tokyo – Jepang. (rmn)
Sumber:
http://www.indopos.co.id/2016/02/binusian-buktikan-kursi-roda-berbasis-pikiran-bukan-hanya-ada-di-film.html
http://www.indopos.co.id/2016/02/binusian-buktikan-kursi-roda-berbasis-pikiran-bukan-hanya-ada-di-film.html
Comments :