Mengusung moto “People, Innovation, Excellent”, Universitas Bina Nusantara atau dikenal dengan Binus University bertekad sejajar dengan perguruan tinggi ternama di Indonesia. Langkah itu tak mudah bagi universitas yang telah berusia lebih dari 30 tahun itu.

Sebagai perguruan tinggi swasta, Binus menyadari salah satu jalan mencapai target itu yaitu fokus pada kualitas universitas. Rektor Binus, Prof Harjanto Prabowo, mengatakan daya saing lulusan serta inovasi yang digulirkan universitas menjadi kunci. “Dengan meletakkan pasaran daya saing lulusan kita itu, bisa bersaingnya di tingkat global. Dan mengambil alternatif menjadi enterpreneur,” ujar Harjanto kepada VIVAnews Juli 2014 lalu.

Menurut Harjanto, langkah membentuk wirausaha kreatif itu merupakan salah satu strategi meningkatkan daya saing lulusan. Binus menargetkan satu dari tiga lulusannya bisa bekerja di perusahaan global atau menjadi wirausaha kreatif.

Harjanto mengatakan dengan menerapkan strategi keahlian dan daya saing mahasiswa itu, bisa mendorong kualitas universitas. Terbukti, dari profil lulusan Binus sejauh ini yang telah mencapai lebih dari 80 ribu lulusan, 44 persen bekerja di perusahaan global dan berwirausaha.

“Di tingkat mahasiwa kita pilah, mana yang untuk pengembangan riset. Kami juga kembangkan enterpreneur. Kami tidak ingin dari mahasiswa yang 30.000 banyaknya, hanya menambah pengangguran. Makanya kami pilah-pilah, mana yang masuk ke global, mana yang enterpreneur, mana kerja di (instansi) nasional,” lanjut Harjanto.

Dengan target melahirkan lulusan yang siap bekerja di perusahaan global, Binus menerapkan standar internasonal. Tiap perkuliahan terdapat pengantar bahasa Inggris. Dosen dan buku referensi yang digunakan juga berbahasa asing. Binus juga menerapkan rencana bisnis bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha.

Tiap tahun, Binus menggelar studi banding ke berbagai kampus luar negeri yang menjadi mitra. Mahasiswa jurusan Internasional Bisnis Binus, Vinsen Karya Surya, mengatakan biasanya untuk jurusan bisnis, studi banding ke Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

“Juga ada pertukaran pelajar dengan negara luar. Setiap semester, ada mahasiswa asing yang belajar di sini,” ujar Vinsen. Selain daya saing lulusan, guna meningkatkan reputasi universitas, Binus juga fokus menciptakan inovasi yang berguna bagi masyarkat dan pemerintah. Ini setidaknya memenuhi visi pengabdian masyarakat.

“Bagaimana kampus ini menghasilkan pengetahuan dan produk-produk inovasi untuk masyarakat. Baik masyarakat bisnis, masyarakat sosial maupun pemerintahan,” kata Harjanto.

Riset

Sesuai dengan moto universitas, Harjanto mengatakan Binus tak hanya mengajarkan pengetahuan saja tapi juga mengembangkan inovasi. Inovasi yang digulirkan harus bisa bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami juga perlu membantu pemerintah. Lulusan-lulusan yang dianggap baik ini, menjadi daya saing. Buat apa kami diberikan penghargaan bagus-bagus, tetapi lulusannya tak ada daya saing,” ujar Harjanto.

Lulusan yang berdaya saing tentu hanya bisa dihasilkan dengan kualitas dosen yang mumpuni. Harjanto mengatakan, setiap dosen di Binus tidak hanya dibebankan tanggungjawab mengajar saja.

Dosen ditargetkan menelurkan riset dan mempublikasikannya. Binus memaksa dosen untuk melakukan riset. “Tetapi kami dukung dengan fasilitas dan dana,” ujar Harjanto.

Binus beruntung tumbuh dari sekolah tinggi berbasis teknologi informasi, yang kini menjadi salah satu standar pemeringkatan universitas di tingkatan global. Sampai hari ini Binus menerapkan teknologi informasi sebagai DNA.

“Apapun program studinya, teknologi informasi itu menjadi warna,” kata Harjanto. Saat ini Binus memiliki 5 pilar program unggulan dengan warna teknologi informasi. Kelimanya adalah teknologi informatika, informasi sistem, bisnis informasi, kreatif dan desain dan komunikasi.

Kelima program itu, lanjut Harjanto, telah menjadi unggulan. Berbeda beberapa tahun lalu yang lebih kuat di program teknologi informasi saja. “Sekarang kelima ini kami kuat. Artinya Binus bukan tidak ingin lagi disebut kampus IT, tapi memang IT itu DNA kami. Sejak 4 tahun terakhir ini, kami cukup kuat dengan lima program unggulan tersebut,” ujar Harjanto.

100 Besar Asia

Binus berambisi menjadi universitas terbaik di Indonesia maupun di tingkat internasional. Target ke depan adalah masuk 100 ranking terbaik universitas di Asia. Target ini dicanangkan bisa terwujud sebelum 2020, atau enam tahun lagi.

“Itu memang butuh waktu, karena kami swasta. Kalau perguruan tinggi negeri mungkin lebih cepat karena ada bantuan dari pemerintah. Kami berharap sebelum 2020, yang artinya kami masuk ranking 500 dunia,” kata Harjanto.

Merujuk pada pemeringkatan Webometrics, ranking Binus University di Asia yaitu 495 sedangkan di tingkat perguruan tinggi di Indonesia, Binus menduduki peringkat ke-16. Tapi dari kategori perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia versi Webometrics, Binus menempati ranking 4.

Pemeringkatan Webometric dinilai dari berbagai kategori. Pertama kategori impact, yang merujuk pada jumlah backlink atau link yang didapat oleh sebuah universitas dari pihak ketiga. Data visibilitas link dikumpulkan dari dua provider informasi yang berbeda yaitu Majestic SEO dan ahrefs.

Selanjutnya kategori presence yang merupakan banyaknya jumlah halaman website dan banyaknya file yang treindeks pada mesin pencari Google.

Kategori Openness merupakan jumlah file dokumen Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps, .eps), Microsoft Word (.doc,.docx) and Microsoft Powerpoint (.ppt, .pptx) yang online/open di bawah domain website universitas yang tertangkap oleh mesin pencari (Google Scholar).

Kategori terakhir yaitu Excellence. Katgeori ini mengukur jumlah artikel-artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang bersangkutan yang terindeks di Scimago Institution Ranking dan di Google Scholar. Dari kategori Webometrics itu, Binus terdapat 1561 (impact), 1871 (presence), 52 (openness) dan 5515 (excellence).

Sedangkan dari pemeringkatan versi 4ICU, Binus meraih peringkat 2 perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Sedangkan untuk kategori perguruan tinggi di Indonesia terbaik, Binus menduduki peringkat 11.

Untuk diketahui 4ICU merupakan search engine dan direktori yang melakukan penilaian berdasarkan kepopuleran situs  yang dimiliki oleh 11.307 perguruan tinggi di seluruh dunia yang telah terakreditasi di seluruh dunia. Pemeringkatan 4ICU.org, didasarkan pada algoritme 5 metrik dari Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic SEO Refereting Domian, Majestic SEO Citation Flow dan Majestic SEO Trust Flow.

Sementara untuk pemeringkatan nasional yang dikeluarkan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Binus mendapatkan nilai B sesuai Surat Keputusan 014/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2014 yang dikeluarkan 16 Januari 2014.  Dengan akreditasi Dikti itu, Binus termasuk dalam perguruan tinggi kelompok utama, yang artinya mendapatkan dana hibah penelitian lebih besar dari pemerintah.

“Sekarang kami bersyukur, karena Binus masuk dalam kelompok utama. Yang tinggi hibahnya, itu kelompok Mandiri. Kelompok utama ini dalam hal dana didukung dengan baik, baik itu dari Pemerintah, pihak swasta atau perusahaan-perusahaan. Termasuk publikasinya juga difasilitasi, misalnya ada seminar ke luar negeri dan lainnya,” kata Harjanto.

Tak Boleh Demonstrasi

Terkait kehidupan di kampus, mahasiswa Jurusan Marketing Komunikasi Binus, Fiegy Haris Putra, mengatakan proses perkuliahan lebih banyak praktik dibanding teori.

Sementara terkait biaya kuliah, ia mengakui Binus memberikan keleluasaan. Biaya kuliah bisa dicicil, baik uang gedung maupun uang semesteran.

“Biaya kuliah saya, satu semester total sekitar Rp 6 juta. Biaya awal masuk habis sekitar Rp 20 juta. Pembayaran bisa dicicil tapi maksimal hanya tiga kali cicilan,” ujar Fiegy.

Mahasiswa pun difasilitasi berbagai unit kegiatan, di antaranya himpunan jurusan, Binus TV maupun Bvoice. Sayangnya, ia menilai, di kampus Binus masih minus dalam kebebasan mahasiwa. “Kampus ini sebenarnya tidak demokratis. Jadi mahasiswanya tidak boleh demonstrasi. Kalau demonstrasi, bisa di-drop out,” katanya. (ren)

Sumber :

http://m.news.viva.co.id/news/read/527411-universitas-bina-nusantara