Siapa tak kenal Agnes Davonar? Dia sudah menelurkan 10 novel dengan 8 diantaranya menjadi best seller. Adapun lima novelnya sudah diangkat ke layar lebar, yaitu Gaby dan Lagunya, Surat Kecil untuk Tuhan, Ayah Mengapa Aku Berbeda, My Blackberry Girlfriends, dan My Last Love.

Yang terbaru, dia tengah menyiapkan film My Idiot Brother, yang disebutnya sebagai cerita favoritnya. Dari semua novel dan filmnya, Agnes memang punya ciri khas, yaitu kisahnya yang mengharu biru, bikin mata bengkak kalau membaca atau menonton filmnya. Tentu aja, semua prestasi itu enggak didapat Agnes dengan mudah. Semua pake kerja keras bertahun-tahun.

Cewek kelahiran 8 Oktober ini mulai menulis sejak tujuh tahun yang lalu, itupun karena ketidaksengajaannya memanfaatkan buletin pada situs pertemanan Friendster yang dulu sedang booming. Melalui situs jejaring sosial tersebut, Agnes menuliskan tulisan-tulisan ringan seputar kehidupannya sehari-hari.

Tulisan-tulisan ringan Agnes ini ternyata cukup mendapat perhatian banyak orang. “Karena itu, saya pun membuat blog. Dari blog itu lah saya mulai menulis berbagai artikel seputar prahara kehidupan saya dan orang-orang sekitar saya,” ungkap Agnes yang pernah berkuliah di Universitas Binus jurusan Sastra Jepang itu.

Apa karena banyak penggemar terus bikin naskah Agnes gampang diterima penerbit? Ternyata enggak juga. “Bila bagi orang lain tulisan saya menarik, bagi penerbit tulisan saya buruk. Tak ada satu pun yang mau menerbitkan karya saya,” singkap Agnes yang juga gemar bermain tenis dan berkeliling dunia ini.

Untungnya, Agnes enggak mudah putus asa. Penolakan itu justru menjadi dorongan bagi Agnes untuk lebih berusaha lagi dan menerbitkan bukunya secara indie. “Karena kebanyakan karya saya bisa didapatkan secara gampang di internet, dan ditambah banyaknya buku yang mulai laris manis, beberapa produsen film menghubungi saya untuk berkerja sama,” tambah Agnes.

Kreativitas Kesedihan

Agnes menulis minimal dua kali dalam sebulan untuk cerpen, dan bila sedang menulis novel, ia biasanya membutuhkan waktu antara satu hingga tiga bulan. Ia selalu menerbitkan tiga sampai empat buku setiap tahunnya dengan berbagai tema seperti buku remaja, dewasa, dan kisah hidup inspiratif. Kegiatan menulis Agnes tentu menyita banyak waktu. Belum lagi berbagai peristiwa enggak enak dalam hidup, semisal patah hati, kehilangan sahabat, dan masalah-masalah lain yang menguras emosinya.

Tapinya namanya juga orang kreatif, kejadiankejadian sedih diubahnya menjadi sebuah cerita bahagia penuh hikmah, persis seperti cerita di novel-novelnya. “Setiap kejadian itu membuat saya melahirkan karya yang baik. Seperti pepatah yang pasti terjadi, kesedihan melahirkan kesenangan dan kesenangan melahirkan kesedihan,” kata Agnes. Betul juga tuh!

Strategi Jitu

Gimana agar kita sukses menjadi penulis? Selain bisa kreatif memanfaatkan segala situasi, memanfaatkan media sosial juga adalah hal yang mutlak. Agnes sendiri memanfaatkan media sosial untuk mempublikasikan karya-karya tulisannya. Selain gratis (atau cukup dengan membayar biaya internet), media sosial juga dapat dikunjungi oleh siapapun dan dimanapun. Agnes seringkali memanfaatkan blognya untuk memilah-milah tulisan yang nantinya akan dijadikan novel dan kemudian diangkat ke layar lebar.

Tulisan yang dipilih adalah yang paling banyak peminatnya. Berbicara tentang peminat berarti juga berbicara tentang pembaca. Menarik pembaca menjadi peminat tentu saja bukanlah hal yang mudah. Menurut Agnes, untuk menarik mereka, seorang penulis harus punya ciri khas. Kalau J.K Rowling memanfaatkan karya fiksi nan imajinatif Harry Potter untuk menarik minat pembaca, maka Agnes menggunakan cerita berdasarkan kisah nyata untuk memikat pembacanya.

Mengatasi Mood

Nah, penulis biasanya suka terbentur masalah mood atau writer’s block. Menurut Agnes, ini masalah biasa. Yang enggak biasa adalah bagaimana cara kita melewati itu agar terbentuk jadwal menulis yang rutin. “Untungnya dalam diri saya ada adik saya yang juga menulis sehingga kami bekerja sama untuk menulis bersama, kami seperti memiliki dua otak dan dua tangan yang saling membantu ketika yang lainnya menjadi buntu. Mungkin itu yang membuat saya produktif dalam berkarya,” tambahnya.

Sekadar informasi, nama Agnes Davonar itu sebenarnya punya makna tersendiri. Davonar, selain nama belakang Agnes, juga nama adiknya. Agnes menambahkan, yang terpenting dari semua itu adalah disiplin yang tinggi. (Aldrin Rocky Sampeliling/Koran Sindo) (Koran SINDO//ade)

Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2014/03/03/373/948999/agnes-davonar-mengolah-kesedihan-jadi-kreativitas

Download : Agnes Davonar, Mengolah Kesedihan Jadi Kreativitas