Oleh Nais Ambarsari

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bahasa daerah pada dasarnya merupakan bahasa pertama (bahasa ibu). Eksistensi bahasa daerah tidak dapat dilepaskan dari penutur bahasa daerah tersebut. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh masyarakat dan juga sebagai sarana interaksi.

Penggunaan bahasa daerah pada remaja mulai memudar dan bahkan tidak dianggap penting. Ancaman kepunahan bahasa daerah perlu mendapat perhatian, sebab kepunahan bahasa sama dengan kepunahan peradaban manusia yang menggunakan. Tidak hanya bahasa daerah di Indonesia saja yang terancam punah. Saat ini ada sekitar 6.000 bahasa yang masih di gunakan semua dunia, namun menurut Unesco badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya sekitar setengah dari jumlah tersebut terancam punah pada akhir abad.

Menurut data Kemendikbudristek, sebanyak 11 bahasa daerah telah punah yakni bahasa Tandia (Papua Barat), Mawes (Papua), Ternateno (Maluku Utara), Kajeli/Kayeli (Maluku), Piru (Maluku), Moksela (Maluku), Palumata (Maluku), Hukumina (Maluku), Hoti (Maluku), Serua (Maluku), Nila (Maluku). Sedikit berbeda, menurut data Lembaga Riset Bahasa, Ethnologue, yang dikutip dataindonesia.id, Jumat (8/9/2023), hanya 704 bahasa yang masih digunakan oleh masyarakat Indonesia, sedangkan sisanya atau 14 bahasa daerah sudah punah lantaran tak lagi dipakai.

Dihimpun dari berbagai sumber, 14 bahasa yang punah itu yakni 10 bahasa dari Maluku Tengah, yakni bahasa Hoti, Hukumina, Hulung, Serua, Te’un, Palumata, Loun, Moksela, Naka’ela, dan Nila. Dua bahasa dari Maluku Utara, yakni Ternateno dan Ibu. Serta dua bahasa dari Papua, yakni Saponi dan Mapia. Sementara itu, mayoritas atau sejumlah 436 bahasa daerah di Indonesia dikategorikan terancam punah. Pasalnya, anak-anak di wilayah setempat tidak lagi terbiasa mempelajari maupun menggunakan bahasa daerah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Negara Indonesia dalam kancah internasional dikenal dengan negara yang memilki julukan sebagai kepulauan sebab Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang membentang dibelahan bumi Indonesia. Hal ini yang membuat Indonesia terdiri dari beragam suku,adat istiadat,agama ,ras kebudayan dan beragam bahasa  daerah masing –masing .Dalam beragam bahasa tersebut memilki sebuah perbedaan meliputi gaya penuturan bahasa (Logat ) contoh “be’en ”dalam bahasa Madura dari daerah pemekasaan dengan makna yang sama dengan bahasa daerah dari kepulauan sumenep (pulau Gilih rajeh) yang mengatakan kata “ be’en ” dengan kata “ be ‘na ”.

Sebagai fakta empiris membuktikan bahwa bahasa daerah masih banyak penuturan diperdesaan dan mulai mengasingkan diri di daerah perkotaan .Dalam hal ini bukan bahasa itu sendiri yang mengasingkan diri akan tetapi maraknya generasi penerus yang mulai engan mengasumsi bahasa berbasis daerah sebagai bahasa daerah mereka masing –masing dan kemungkinan besar akan memudar di daerah perkotaan yang dapat menyebakan punahnya bahasa daerah .

Kita harus bisa mengubah pola pikir mereka terhadap bahasa daerah salah satunya adalah dengan peran orang tua, sebelum orang tua tersebut memberikan pemahaman tentang bahasa daerah dan mengajarkan pada anak-anak  mereka, orang tua harus memiliki tekad dan kemauan untuk melestarikan bahasa daerah tersebut sebagai usaha melestarikan bahasa daerah. Sering kali penutur asli atau pengguna bahasa ibu (bahasa daerah) menganggap menurunkan bahasa daerah ke generasi berikutnya kurang penting, lebih penting mendorong anak-anaknya mempelajari bahasa asing, lambat laun generasi penerus akan tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri.

Di situlah pentingnya peran orang tua dalam melestarikan bahasa daerah yang di zaman ini mulai hilang di kehidupan bermasyarakat, orang tua tidak perlu khawatir anaknya akan gagap berbahasa Indonesia dikarenakan sejak dini dibiasakan menggunakan bahasa daerah, karena lambat laun anak akan cepat belajar berbahasa Indonesia di lingkungan sekolah karena di sekolah selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Referensi

Pratama, Ega Dany. 28 Januari 2023. https://www.kompasiana.com/egadanypratama1456/63d4d6bc4addee09b503ff42/peran-orang-tua-dalam-melestarikan-bahasa-daerah. Diakses tanggal 12 April 2024

Lestari, Siti Nur Ayu. 31 Maret 2022. https://kumparan.com/ayu-lestari-1648628615858954687/penggunaan-bahasa-daerah-yang-terancam-punah-di-kalangan-remaja-1xmjwiFSf0C. Diakses tanggal 12 April 2024