Oleh: Bayu R. W. Edward S.Ds., M.Ds.

Interior Design School Of Design Binus University

Gambar elaborasi craft dan teknologi pada desain kursi Kokke Easy Chair karya Spectrum Design.

Sudah jelas, teknologi sudah menjadi model gaya hidup manusia modern saat ini dan tidak diragukan lagi nanti di masa depan. Lalu bagaimana teknologi tersebut juga meresap ke sektor desain furnitur? Terutama untuk negara industri mebel berbasis material alam seperti Indonesia.

Jika membayangkan Jerman, atau Tiongkok, Jepang, dan negara teknologi maju lainnya, dengan mudah kita bisa membayangkan bagaimana teknologi diimplementasikan ke semua sarana dan prasarana berkehidupan. Tapi tentu menjadi sebuah pertanyaan untuk negara-negara yang mengoptimalkan hasil alam dalam berkehidupannya.

Jika digelar, seolah-olah kita akan melihat peta dengan dua kontinen berbeda antara teknologi dan craft atau kerajinan. Meski sudah ada beberapa upaya mengelaborasikan kedua hal tersebut secara pragmatis, misalnya, teknologi print 3 dimensi berfilamen jenis plastic tertentu  sehingga bisa menghasilkan visual ukiran, bahkan anyaman. Bahkan sudah ada 3d printer dengan filamen kayu, sehingga semakin tipis perbedaan antara produk kayu ukir, dengan produk kayu 3d print ukir.

Disini akhirnya kita bisa melihat bahwa titik nilai pada teknologi dan craft / kerajinan tidak dapat diukur dari hasil atau ukuran mana yang lebih efektif atau lebih efisien dalam mewujudkan suatu objek, karena memang keduanya menyasar keluhuran (nilai) yang berbeda. Menilai kerajinan dari segi efektifitas dan efisiensi akan menjadikan suatu produk kerajinan mal-value. Dan sudah jelas akan kalah bersaing dengan nilai guna suatu produk teknologi. Lalu ada dimana nilai suatu craft? Ya, nilainya ada pada ketekunan manusia dalam menjalani prosesnya. Ketekunan inilah yang kemudian menghasilkan karya kerajinan yang bernilai tinggi. Nilai ketekunan. Sedangkan teknologi menekankan pada kegunaan dari suatu produk dan bagaimana agar kegunaan ini dapat menjangkau sebanyak mungkin umat manusia. Artinya elaborasi craft dan teknologi berarti menyebarkan nilai luhur proses ketekunan dari suatu produk guna kepada umat manusia sebanyak-banyaknya.

Jika demikian, bagaimana proporsi dan pemaknaan yang baik dalam konteks elaborasi craft dan teknologi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus terlebih dahulu memahami nilai suatu teknologi dan craft sebagaimana dikatakan diatas. Apabila sudah diketahui nilai-nilai tersebut, maka elaborasi

teknologi dan craft akan menggiring pada terciptanya suatu jenis produk yang lebih bijaksana dan berada pada tataran produk agung, atau mulia, atau dalam bahasa pasar berada pada level high end. Nilai-nilai craft berada pada keluhuran sebuah ketekunan (kemanfaatan, dan menginspirasi), sedangkan nilai teknologi menjadikan gaung kebaikan ini menyebar luas).

Dengan demikian, menerapkan teknologi pada produk berbasis craft, harus diawali dengan kualitas rancangan craftnya terlebih dahulu sebelum dapat dikatakan layak untuk diperbanyak. Pada level pembelajaran, merancang produk berbasis craft atau bermetode craft merupakan pendekatan yang baik untuk melatih pelajar desain dalam mengenali dan memaknai proses ketekunan. Hasilnya, diharapkan para pelajar desain ini mampu dengan leluasa untuk menciptakan dan mengarahkan ekspresi-ekspresi nilai ketekunan tersebut. Di tahap lanjutan, barulah mereka belajar bagaimana mengelaborasikannya dengan teknologi dan menjadikannya dapat menjangkau lebih banyak pengguna.

Secara konkrit, merancang produk yang mengelaborasikan craft dan teknologi berarti diawali dengan menentukan sasaran atau tujuan kegunaan produk, lalu dikerjakan dengan proses yang tekun, dan dapat diperbanyak dalam skala industri.

Bayu Edward

September, 2022