Kota Bandung sejak dulu dikenal sebagai surga kuliner. Beragam jenis santapan khas hingga jajanan kecil yang menarik dan mengundang selera ada di kota ini. Kota Bandung memiliki banyak variasi kuliner yang berpotensi menarik wisatawan domestik dari berbagai kota. Lebih hebatnya lagi, kita tidak harus pergi kemanapun untuk mendapatkan semua itu karena jajanan-jajanan tersebut akan datang sendiri dengan diiringi “musik jalanan” para Pedagang Makanan Keliling (PMK).

PMK di Kota Bandung saat ini memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:

  • Berdagang makanan keliling merupakan mata pencaharian utamanya
  • PMK pada umumnya tergolong angkatan kerja produktif
  • Tingkat pendidikan umumnya relatif rendah
  • Sebagian besar pendatang dari daerah (terutama dari Garut dan Tasik) dan belum memiliki status kependudukan yang sah di kota
  • Permodalan umumnya lemah dengan omzet penjualan yang relatif rendah

PMK merupakan fenomena yang unik. Apabila Pedagang Kaki Lima (PKL) dipandang mengganggu ketertiban, kebersihan, dan keindahan sebuah kawasan karena skala dan perangkat usahanya cukup besar serta menetap di sebuah lokasi tertentu, PMK memiliki sifat mobile, tidak meninggalkan hal-hal yang mengganggu pemandangan kota – walaupun sifat tersebut tentu memiliki permasalahan lain yang tersendiri. Penetrasi mereka jauh dapat masuk ke pelosok-pelosok perkotaan dibanding pedagang atau perusahaan besar. PMK muncul di perumahan dan permukiman, juga sekolah-sekolah mulai dari TK hingga universitas. PMK selalu berupaya memodifikasi barang dagangannya semenarik mungkin agar dapat digemari.

Para PMK menggunakan perangkat jual sederhana yang menarik. Alih-alih melihatnya sebagai sesuatu yang mengganggu ketertiban, semrawut, tidak higienis dan mengganggu pamandangan, namun jika dilihat dari perspektif yang lain, keberadaan mereka dapat pula dipandang sebagai aset kepariwisataan. Proses yang dijalankan PMK mulai dari memajang, mengolah/ meracik, dan menjajakan merupakan suatu proses yang unik dan menarik. Kejujuran dalam setiap prosesnya menghadirkan suatu unsur eksotisme tersendiri yang tidak dimiliki penjual makanan jenis lain.

Kajian mengenai PMK itu sendiri dapat sangat beragam, yang dapat dicermati dari berbagai perspektif sudut pandang keilmuan, diantaranya aspek ekonomi, sosial, seni, budaya, teknologi, dan tentu saja aspek desain. Betapapun sederhananya kehidupan PMK, disela-sela memenuhi kebutuhan primernya mereka senantiasa mencari peluang untuk memenuhi hasratnya dalam mengungkapkan dan memanfaatkan “keindahan” yang diimplementasikan lewat ciri khas, warna, bentuk, bunyi, proporsi, komposisi, dan lain-lain bergantung pada jenis perangkat jualnya.

Perangkat jual PMK memiliki beberapa prinsip umum yang berlaku pada suatu perangkat jual PMK, baik berupa tanggungan ataupun gerobak, diantaranya:

  1. Mobilitas

Syarat pertama yang harus dimiliki oleh suatu perangkat jual PMK adalah kemampuannya untuk dapat berpindah/ bergerak (moveable) karena sifat PMK-nya itu sendiri yang selalu berpindah tempat.

  1. Praktis dan efisien

Perletakkan peralatan dan bahan makanan harus praktis dan efisien dalam penggunaannya baik ketika berkeliling menjajakan dan meracik ketika ada pembeli.

  1. Ergonomis

Karena beban perangkat jual cukup berat, maka para PMK berusaha menerapkan kaidah ergonomis pada perangkat jualnya secara sederhana, namun tepat guna.

  1. Kebersihan

Kebersihan memang merupakan masalah pada PMK yang paling sering dikaji pada sejumlah penelitian. Para PMK sebenarnya telah memikirkan sejauh pengetahuan mereka mengenai masalah ini.

  1. Ekonomis

Perangkat jual PMK memiliki konstruksi sederhana yang terjangkau.

Struktur desain yang tercermin dalam manifestasi fisik perangkat jual adalah komposisi sederhana yang segera dapat dipertanggungjawabkan logikanya terutama dilihat dari asas manfaatnya yang cenderung mempunyai fungsi ganda (estetik dan non estetik) yang terintegrasi dalam kesatuan struktur fisik desainnya.

– Seruni Kusumawardhani, ST, MDs –