Penulis : Mila Andria Savitri

Definisi bahagia

Apa itu bahagia? Ada beberapa definisi tentang bahagia. Bahagia, menurut KBBI online adalah :1) keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): — dunia akhirat; hidup penuh; 2) beruntung; berbahagia: saya betul-betul merasa — karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga. Sedangkan menurut Oxford Dictionary, bahagia [happiness] memiliki definisi : kebahagiaan – suka – suka cita – selamat – kesuka-riaan – kegirangan – untung – keceriaan

Beberapa ahli bahkan memiliki definisi tentang kebahagiaan menurut masing-masing, antara lain :

  1. Aristoteles, filsuf Yunani ini memetakan definisi bahagia ke dalam dua hal, yaitu : 1) Hedonia : rasa bahagia yang berakar dari hal menyenangkan. Umumnya, berkaitan dengan perasaan yang muncul saat melakukan hal disukai, menyayangi diri sendiri, mewujudkan impian, dan merasa puas ; dan 2) Eudaimonia : berakar dari pencarian tentang makna hidup. Komponen penting dalam hal ini adalah perasaan memiliki tujuan hidup dan nilai. Oleh sebab itu, kaitannya sangat erat dengan pemenuhan tanggung jawab, perhatian terhadap kesejahteraan untuk orang lain, dan menjalani hidup sesuai idealisme.
  2. Martin Seligman, ikenal sebagai bapak positive psychology, menyebutkan ada 3 jenis kebahagiaan, yaitu : pemberian rasa nyaman; perwujudan kekuatan dan kebajikan; serta makna dan tujuan hidup.
  3. Walter A, Pitkin, penulis buku The Psychology of Happiness, membedakan rasa bahagia dengan emosi yang menyertai seperti puas dan nyaman Menurutnya, bahagia bukan hanya buah dari peluang atau keberuntungan, berkaitan dengan kesehatan fisik atau panjang umur saja melainkan juga melalui menjalani hidup yang bermakna.
  4. Meik Wiking, penulis buku The Little Book of Hygge : Danish Secret to Happy Living, berpendapat bahwa arti kebahagiaan bukan hanya bersumber dari uang dan ada law of diminishing re Artinya kebahagiaan setinggi apapun pada akhirnya akan menjadi datar. Maka manusia perlu menikmati prosesnya, bukan hasil akhirnya.
  5. Ed Diener, seorang pakar yang dikenal dengan Dr. Happiness. sosok yang pertama kali menggagas istilah “subjective wellbeing”, yaitu komponen kebahagiaan yang bisa diukur. Menurutnya kebahagiaan mengandung komponen genetic yang begitu kuat, itu sebabnya rasa bahagia bisa berlangsung cukup stabil.

Saat ini wellbeing semakin mendapatkan perhatian, dan hal ini tak lepas dari bidang desain. Pandemi dalam waktu lama, keterbatasan komunikasi langsung, pembatasan kegiatan sosial, berkurangnya kegiatan outdoor, tingginya dampak negative dari sosial media, hal-hal ini begitu banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam dua waktu terakhir ini. Mental health juga semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat. Berdasarkan definisi di atas, rasa bahagia lebih banyak bersifat subyektif. Maka apakah mungkin rasa bahagia itu menjadi objektif? Apakah rasa bahagia bisa digeneralisasi, dan bukan melekat pada tingkat personal? Jika dikaitkan dengan dunia desain, apakah rasa bahagia bisa dikuantifikasi ke dalam aspek-asoek yang berkaitan dengan desain? Aspek-aspek seperti apa yang bisa menjadi, atau minimal mendekati, komponen pengukur kebahagiaan untuk desain?

Indeks Kebahagiaan Berbagai upaya kuantifikasi kebahagiaan mulai bermunculan dalam beberapa tahun ke belakang, misalnya melalui pengukuran happiness index seperti World Happiness Report/ Laporan Kebahagiaan Dunia yang sudah berjalan selama 10 tahun di tangkat global. Penyusunan Laporan Kebahagiaan Dunia pertama dilakukan di Earth Institute di Universitas Columbia, dengan dukungan penelitian Pusat Kinerja Ekonomi di LSE (London School of Economics), dan CIFAR (Institut Kanada untuk Penelitian Lanjutan), Basis utama untuk laporan sejak 2013 adalah SDSN (Sustainable Development Solutions Network) dan CSD (Pusat Pembangunan Berkelanjutan) di Universitas Columbia. World Happiness Report melalui analisis statistic kepada 149 negara selama tiga tahun terakhir juga melakukan pelaporan negara paling bahagia di dunia, dengan memantau kinerja dalam enam kategori tertentu: produk domestik bruto per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan untuk membuat pilihan hidup Anda sendiri. , kemurahan hati masyarakat umum, dan persepsi tingkat korupsi internal dan eksternal. Yang cukup menarik, tujuh negara paling bahagia di dunia untuk tahun 2021 semuanya adalah negara-negara Eropa Utara. Finlandia meraih penghargaan tertinggi — untuk tahun keempat berturut-turut — dengan skor keseluruhan 7,842, diikuti (berurutan) oleh Denmark (7.620), Swiss (7.571), Islandia (7.554), Belanda (7.464), Norwegia (7.392 ), dan Swedia (7.363).

Peta negara-negara dan tingkat kebahagiaan (sumber : https://worldpopulationreview.com/country-rankings/happiest-countries-in-the-world)

Sedangkan untuk di Indonesia, survey tentang indeks kebahagiaan juga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai ukuran pembangunan yang bersifat subyektif, ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. kajian tentang tingkat kebahagiaan telah dilakukan beberapa kali, yaitu uji coba pada 2012 dan 2013, kemudian survei pengukuran tingkat kebahagiaan pada 2014, 2017, dan 2021. Menurut Kepala BPS Margo Yuwono dalam pengantar Indeks Kebahagiaan 2021, ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu : kepuasan hidup, afeksi, dan eudaimonia (makna hidup). Masing-masing dimensi pendekatan tersebut memilikiaspek kepuasan seperti hal-hal ini :

  1. Dimensi kepuasan hidup mencakup kepuasan terhadap : keharmonisan keluarga, keadaan lingkungan, kondisi keamanan, hubungan sosiaal di lingkungan, kesehatan, ketersediaan waktu luang, rumah dan fasilitas rumah, pekerjaan/ usaha/ kegiatan, pendapatan rumah tangga serta Pendidikan dan keterampilan.
  2. Dimensi perasaan mencakup perasaan : senang/ ruang/ gembira, tidak tertekan dan tidak khawatir/ cemas.
  3. Dimensi makna hidup mencakup : penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, kemandirian, hubungan positif dengan orang lain serta pengembangan diri.

Beranjak dari analisis dan dimensi yang menjadi indicator pengukur kebahagiaan di kedua survei tersebut, dapat kita temukan bahwa hamper semua dimansi atau indikatornya bersifat sosial atau ekonomi dan psikologis. Hanya satu. Yang mengindikasikan kaitan dengan hal yang bersifat fisik, yaitu elemen kepuasan untuk rumah/ fasilitas rumah. Rumah sebagai bagian dari wadah manusia beraktifitas, bertindak sebagai container yang memberikan perlindungan dan kelengkapan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan hidup penghuninya ternyata memegang peranan dalam menciptakan kebahagiaan bagi penghuninya. Tetapi bagaimana dengan container atau wadah lainnya, yang menjadi tempat manusia melakukan aktifitas lainnya? Apakah kantor sebagai wadah manusia bekerja juga dapat memberikan kebahagiaan bagi para pekerjanya? Aapakah sekolah sebagai wadah siswa belajar bermain dan bersosialisasi dapat memberikan kebahagiaan bagi para siswa tersebut?

Kuantifikasi Rasa Bahagia

Kembali ke pertanyaan semula, jika dikaitkan dengan bidang desain, apakah rasa bahagia bisa dikuantifikasi ke dalam aspek-asoek yang berkaitan dengan desain? Aspek-aspek seperti apa yang bisa menjadi, atau minimal mendekati, komponen pengukur kebahagiaan untuk desain?

Bagi banyak desainer, hubungan antara ruang hidup dan kesejahteraan bersifat intuitif. Ruang yang dirancang dengan cermat dan dipersonalisasi membuat penggunanya merasa nyaman, sedangkan ruang yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan stres atau kesedihan. Tapi apa yang sebenarnya terlihat bisa sangat bervariasi: Beberapa orang merasa paling betah di antara rona yang kaya, tekstur yang cukup, dan pencahayaan yang rendah; sementara orang lain lebih menyukai garis yang bersih dan minimalis yang terkena sinar matahari. Dan sementara para ahli telah mencapai titik konsensus tertentu—seperti tanaman hijau dapat meningkatkan suasana hati—topik lain, seperti seberapa penting simetri dalam desain, tidak begitu jelas.

Kabar baiknya adalah bahwa hubungan desain dengan kesehatan mental semakin memingkat minat dan meliputi sumber daya yang semakin besar, yang berarti kita kemungkinan akan melihat banyak wawasan baru di masa depan. Sementara itu, berikut ini lihat bagaimana ruang yang indah memengaruhi otak kita, bagaimana seni dan alam dapat bertindak sebagai alat yang membuat kita merasa baik, dan bagaimana warna dan cahaya dapat memengaruhi emosi kita. Satu hal yang pasti: Di ​​ranah yang terus berkembang ini, ada baiknya tetap berpikiran terbuka tentang bagaimana pilihan desain dapat meningkatkan (atau menghambat) kesejahteraan (wellbeing).

Keindahan atau kecantikan mungkin selalu di mata yang melihatnya, tetapi cara kita memikirkan dan mendefinisikannya telah berubah secara mendasar dalam beberapa tahun terakhir. Neuroestetika—studi tentang bagaimana pikiran memproses dan merespons keindahan dan seni—tidak diperkenalkan hingga tahun 2002. Pada tahun-tahun berikutnya, telah terjadi perubahan besar dalam cara kita mendekati subjek. “Kecantikan [secara tradisional dianggap sebagai] penilaian individu terhadap pola visual,” kata arsitek yang berbasis di Denver, Donald H. Ruggles, penulis Beauty, Neuroscience & Architecture: Timeless Patterns and They Impact on Our Well-Being. Sekarang semakin banyak yang sadar bahwa kecantikan berasal dari respons intuitif dan emosional di otak kuno manusia sebagai pengenalan pola yang memiliki potensi untuk kesenangan. Jadi mungkin bisa disimpulkan sementara bahwa ada ‘kesepakatan mendasar’ yang menjadi naluri manusia tentang keindahan dan kenyamanan yang memang sudah melekat dan terbawa pada otak atau jiwa manusia.

Apa artinya itu untuk desain interior? “Jika Anda mengenali geometri dan warna suatu pola, maka otak kuno memulai siklus emosi-ke-perasaan yang menghasilkan rasa sejahtera. Ini berlaku untuk semua seni visual, termasuk desain interior dan arsitektur. Jika pola suatu ruang mudah dipahami, maka otak kuno memberi sinyal bahwa itu bebas stres dan dapat didekati. Hasilnya adalah peningkatan koherensi gelombang otak—keadaan fisiologis yang sangat mirip dengan sesi meditasi.” Kata Ruggles. Secara refleks manusia mencari pola yang stabil seperti sembilan kotak pada elemen visual yang dilihatnya, jika ditemukan maka otak kita mengalami pengenalan yang diterjemahkan menjadi perasaan tenang—dan ketika kita tidak menemukannya, kita merasa stres.Tetapi tidak selamanya itu disepakati, karena terkadang sebuah akses asimetris juga bisa membawa kejutan yang menyenangkan. Terkadang sifat atau karakter manusia juga menentukan perbedaan selera dan preferensi, misalnya antara introvert dan ekstrovert.

Untuk menciptakan perlindungan bagi semua tipe kepribadian, desainer yang berbasis di Cleveland, Laura Mineff, menciptakan Metode Desain Universal, sebuah proses untuk menilai elemen desain individu—seperti pencahayaan, warna, tekstur, suara, pipa ledeng, furnitur, lemari, pintu masuk, dan tata letak. —untuk memastikan bahwa interior akan sesuai dengan kebutuhan unik penghuni. Setiap aspek atmosfer dapat didefinisikan ulang dengan cara yang dapat menciptakan kehidupan yang menyenangkan. Upaya penyesuaian jenis material dan pola pada elemen interior seperti dinding, lantai serta plafon, pengurangan dinding atau menambah elemen geometris organis atau furnitur pada ruang juga dapat dilakukan untuk meminimalisir potensi perasaan cemas, takut atau ketidaknyamanan lainnya.

Dari riset juga dtemukan bukti bahwa tanaman hijau dan alam bebas dapat meningkatkan kesehatan mental. Menghabiskan waktu di lingkungan alami dapat meningkatkan mood, meningkatkan fokus, dan melawan stres. Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology menemukan bahwa orang yang bekerja di kantor dengan tanaman merasa lebih baik dan lebih produktif, dan tahun 2008 Studi Universitas Michigan menemukan bahwa hanya dengan melihat gambar pemandangan alam meningkatkan memori. Temuan ini memperkuat filosofi di balik desain biofilik. Selain alam, Bahan alami seperti kayu menawarkan lingkungan yang lebih tenang sekaligus menyerap kebisingan. Permukaan yang melengkung lembut dan kontinu, terinspirasi oleh bentuk-bentuk alami, juga dapat menanamkan rasa damai. Sebuah studi tahun 2014 dari University of Toronto Scarborough, misalnya, menunjukkan bahwa cahaya terang dapat menyebabkan orang merasakan emosi (baik positif maupun negatif) lebih intens. Di sisi lain, cahaya yang tidak mencukupi di rumah dikaitkan dengan depresi.

Penerapan elemen cahaya alami dan vegetasi pada ruang personal (sumber : https://www.harpersbazaararabia.com/culture/interiors/homes/interior-design-tips-to-make-you-feel-happier)

 Banyak desainer sudah menaruh banyak perhatian pada cahaya. “Seiring dengan warna, tata letak, dan kain, cahaya dapat memengaruhi [bagaimana perasaan kita],” kata Albert. “Perubahan kecil pada elemen ini dapat secara signifikan meningkatkan tingkat kenyamanan. Cahaya alami, khususnya, sangat penting, dan sangat memengaruhi kualitas ruang apa pun. Tetapi selain volume dan kecerahan cahaya, warna cahaya juga perlu dipertimbangkan karena dapat menimubulkan efek yang nyata pada kesehatan. menurut sebuah studi 2016 yang dilakukan oleh para peneliti di Cornell dan University of California Irvine dalam kemitraan dengan Microsoft. Namun, cahaya biru dapat mengacaukan ritme sirkadian dengan menekan melatonin, yang dapat menyebabkan gangguan tidur; lampu merah dengan panjang gelombang yang lebih panjang mungkin memiliki efek sebaliknya, membantu Anda tertidur lebih mudah—dan kita semua tahu bagaimana tidur yang cukup (atau tidak) memengaruhi suasana hati.

Penerapan color coding dan harmonisasi pemilihan material, pola serta tekstur pada ruang personal (sumber: https://businessofhome.com/boh/article/can-you-design-happiness)

Sebuah meta-analisis 2016 dari 40 studi yang diterbitkan dalam Environment-Behaviour Proceedings Journal menemukan bahwa warna di ruang kerja dapat memiliki efek signifikan pada temperamen dan kinerja, dengan hubungan positif antara hijau dan perasaan segar dan tenang. Sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan dalam International Journal of Accounting Research melaporkan bahwa warna hijau yang sejuk, biru, telah dikaitkan dengan kesejahteraan dan fokus; Namun, penelitian lain menunjukkan itu mungkin membuat beberapa orang merasa mengantuk atau sedih. Mungkin tidak mengherankan bahwa merah, menurut sebuah studi 2018 yang diterbitkan di Frontiers in Psychology, dikaitkan dengan tingkat kegembiraan, stimulasi, dan daya saing yang lebih tinggi, dengan agresi dan rentang perhatian yang rendah menjadi potensi kerugian. Kuning juga dianggap memberi energi dan ceria—meskipun, bersama dengan ungu, ternyata juga memiliki efek yang agak mengganggu. Warna juga dapat memiliki hubungan simbiosis dengan suasana hati: Dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Color Research & Application, peserta yang bahagia dan santai lebih cenderung tertarik pada warna-warna terang, termasuk kuning atau kuning-hijau. Berdasarkan penelitian ilmiah, bentuk memiliki dampak yang signifikan terhadap emosi manusia. Bentuk bulat khususnya menimbulkan emosi positif seperti mudah didekati dan ramah, sementara benda bulat mengomunikasikan keseimbangan, yang dapat membantu kita merasa nyaman dengan lingkungan kita – dan sangat baik untuk orang yang memiliki kecemasan.

Penerapan bentuk lengkung pada ruang personal (sumber : https://www.harpersbazaararabia.com/culture/interiors/homes/interior-design-tips-to-make-you-feel-happier)

Dari penjelasan di atas, dapat diambil simpulan bahwa dalam upaya untuk mengkuantifikasikan rasa bahagia yang sangat subjektif, maka perasaan-perasaan pengguna yang timbul melalui rangkaian percobaan para ahli, akan diarahkan menjadi implementasi hal-hal yang bersifat visual maupun non visual, untuk menjawab atau memenuhi beberapa aspek kebutuhan manusia, seperti kenyamanan dan keindahan. Kenyamanan mencakup pemenuhan kebutuhan akan thermal seperti suhu dan kelembaban; visual seperti warna, pola, tekstur, bentuk; terpenuhinya kebutuhan pencahayaan alami; menghindari kebisingan serta implementasi unsur alam pada perancangan ruang. Sedangkan untuk keindahan, yang akan sangat berkaitan erat dengan elemen visual serta pemenuhan beberapa prinsip desain seperti keseimbangaan, harmoni, focal point, irama dan sebagainya. Walaupun kebahagiaan timbul berdasarkan persepsi personal, namun ada hal-hal mendasar yang sudah disepakati secara umum karena tercetak pada struktur otak manusia.

Referensi
https://businessofhome.com/boh/article/ca’n-you-design-happiness
https://deleonrealty.com/2021/how-architecture-and-interior-design-impact-our-happiness/
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bahagia
https://worldhappiness.report/ed/2022/
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/happiest-countries-in-the-world
https://www.harpersbazaararabia.com/culture/interiors/homes/interior-design-tips-to-make-you-feel-happier
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/14/065000982/-kabar-data-indeks-kebahagiaan-2021-indonesia-naik-ini-indikator-yang?page=all
https://www.sehatq.com/artikel/apa-sebenarnya-definisi-bahagia-menurut-para-ahli