Deanawati Insani Wasilah – October 2021

 

Pendahuluan

 

Manusia adalah makhluk sosial, untuk menjadi manusia seutuhnya dibutuhkan sebuah kegiatan komunikasi baik sesama manusia maupun objek di sekitarnya. Detara N. Prastyphylia pada artikel ilmiahnya yang berjudul Catfish: Permainan Identitas dan Muslihat Berkedok Anonimitas, menuliskan hal sebagai berikut,

“Komunikasi adalah kegiatan yang unik, dinamis, dan rumit. Tiap-tiap manusia pasti berkomunikasi dengan sesamanya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Karena komunikasi tidak mungkin bisa terjadi dalam keadaan vakum, suatu kegiatan komunikasi pasti memerlukan perantara sampai batas-batas tertentu” (Thurlow, 2004, hal. 18-19)

Perantara dalam melakukan komunikasi ada berbagai macam, yaitu dapat langsung antar manusia, objek di sekitarnya, melalui teknologi, dan sebagainya. Dalam berkomunikasi tentu membutuhkan sebuah identitas agar lawan komunikasinya dapat lebih mudah untuk mengenalinya.

Identitas itulah yang dibangun oleh seseorang sebagai ciri khas agar orang lain dapat lebih mudah mengenalinya. Hal ini dapat disebut sebagai permainan identitas. Secara keseluruhan permainan identitas dapat diartikan sebagai sebuah citra yang dibangun oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk menjadikannya sebuah objek atau seseorang, yang memiliki ciri khas tertentu sesuai keinginan dan kebutuhannya. Dengan membangun citra ini biasanya seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki tujuan tersendiri agar dapat lebih mudah dikenali oleh orang lain.

Permainan identitas ini selain membangun citra dari dirinya sendiri juga membentuk pola pikir lingkungan di sekitarnya agar sesuai dengan pemikirannya, sehingga tujuan dari orang tersebut membentuk suatu citra akan tercapai.

 

Pada saat seseorang melakukan komunikasi, tanpa sadar orang tersebut melakukan sebuah permainan identitas tergantung dari siapa lawan komunikasinya. Hal ini tidak hanya berlaku untuk manusia saja, namun dapat berlaku pula pada objek lainnya.

 

 

Latar Belakang

 

Eksistensi diri merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Pada dasarnya manusia membutuhkan sebuah keyakinan kalau dirinya dianggap keberadaannya oleh orang lain. Namun banyak yang tidak merasa puas dengan keadaan dirinya sekarang sehingga berusaha untuk menjadi seseorang yang disukai oleh banyak orang. Pada saat itulah mereka mulai membuat citra diri mereka sesuai “standar” yang diterima oleh mayoritas orang dan sesuai dengan apa yang dirinya sendiri inginkan.

Salah satu “standar” yang paling diterima oleh masyarakat adalah artis. Banyak masyarakat yang menirukan kebiasaan maupun gaya dari seorang artis agar orang tersebut memiliki citra yang banyak disukai oleh orang lain. Selain itu para penggemar dari artis tersebut biasanya membentuk sebuah komunitas untuk saling berbagi informasi agar dapat mengetahui tentang idolanya lebih banyak (Hatmi Prawita Achsa. 2015. Representasi Diri dan Identitas Virtual Pelaku Roleplay)

Salah satu artis yang memiliki banyak penggemar adalah artis K-pop. Dengan adanya perkembangan media membuat arus dari budaya Korea ini lebih cepat tersebar. Adanya media televise dan internet menyebabkannya cepat tersebar ke berbagai Negara dan diterima termasuk di Indonesia.

Dengan munculnya artis K-pop ini maka bertambah pula “standar” citra baik yang diinginkan masyarakat. Oleh karena itu para penggemar K-pop ini biasanya akan mencari tahu sebanyak banyaknya tentang artis tersebut dan mencoba menirukannya. Pada tugas kali ini penggemar artis yang akan saya bahas adalah penggemar K-pop.

 

Masalah dan Fenomena

 

Terdapat beberapa penggemar K-pop yang ingin menyerupai idolanya maupun lebih dekat dengan idolanya. Namun terkadang hal tersebut sulit dilakukan di dunia nyata, sehingga mereka beralih ke dunia maya untuk melampiaskannya. Salah satu cara yang mereka lakukan di dunia maya adalah dengan melakukan roleplay.

Roleplay adalah sebuah permainan yang dilakukan oleh fans pada sebuah media sosial, fans akan membuat akun dengan identitas seorang artis dan akan bertingkah laku seakan akan dia adalah artis tersebut di media sosialnya. Selain itu para roleplayer ini juga biasanya berinteraksi dengan sesama roleplayer juga untuk saling bertukar informasi maupun untuk memperdalam karakternya di roleplay itu.

Fans ingin menciptakan kedekatan antara dirinya dengan idola dengan melakukan roleplay. Beberapa fans melakukan roleplay dengan melibatkan dirinya, namun ada juga yang menggunakan figur lain dalam roleplay tersebut. Dengan menggunakan tokoh-tokoh tersebut, fans menciptakan romantisme yang diinginkan dirinya dengan idolanya. Adapun figur yang dipilih tersebut juga merupakan figur yang dianggap ideal dengan fantasinya (artikel Jurnal Apfia Dita 070915101)

Para fans K-pop ini menggunakan media Twitter dalam melakukan roleplaynya. Twitter adalah salah satu media sosial yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu saat ingin membagikan pesan hanya disediakan 140 karakter sehingga pesan yang dibagikan lebih padat dan mudah tersampaikan. Selain itu kemudahan dalam mengakses twitter dan adanya fitur ternding topic juga menjadikan Twitter ini sebagai media yang baik dalam melakukan roleplay karena roleplayer akan mendapatkan banyak informasi dari Twitter.

Twitter bukan lagi hal asing bagi masyarakat apalagi pada zaman globalisasi sekarang ini. Twitter saat ini digunakan sebagai alat komunikasi, dan merambat menjadi portal berita yang cukup update. Hal ini terbukti dengan ditemukannya akun twitter Detikcom, dan yang lainnya. Twitter yang semula hanya menjadi situs Jejaring sosial, sekarang fungsinya bertambah, yaitu menjadi ajang bermain skala besar (Afriyuli Safitri. 2014. Roleplayer di Twitter mempengaruhi Kepribadian dan Interaksi Sosial)

 

Sebenarnya di Twitter terdapat roleplayer artis lainnya selain artis korea, namun roleplayer terbanyak yaitu roleplayer artis korea yang dilakukan oleh penggemarnya. Berikut merupakan contoh akun – akun roleplayer yang ada di twiter, dan isinya kebanyakan roleplayer artis korea.

Pada permainan roleplay ini tidak menutup kemungkinan untuk seseorang mengambil lebih dari satu peran sekaligus, jadi terdapat satu orang yang memainkan peran artis lebih dari satu. Selain itu mereka tidak harus terikat pada gender, jadi mereka bisa memilih untuk menjadi laki – laki maupun perempuan.

Gambar I: Akun roleplayer pada Twitter (Sumber: https://supergenerationgrup.wordpress.com/roleplayers-k-pop-of- twitterdunia-fake-rp/. Akses 4 September 2017)

Menurut beberapa orang yang sudah maupun sedang menjadi roleplayer, alasan mereka melakukan hal ini karena hal ini menyenangkan, mereka dapat bebas berekspresi, dengan

 

menjadi roleplayer seseorang dapat bebas melakukan apapun, mulai dari membuat tulisan, mencari pasangan roleplayer, membuat kicauan di Twitter, dan lain sebagainya tanpa diketahui siapa identitas aslinya. Selain itu karena mereka sedang berpura pura menjadi artis, mereka juga jadi seperti merasakan bagamana kehidupan seorang artis, karena apa yang mereka bahas adalah seputar dunia artis, mulai dari jadwal sampai kehidupan pribadi dengan dikemas seakan – akan itu adalah kehidupan mereka.

Untuk menjadi seorang roleplayer tidak ada ketentuan khusus, seseorang tinggal membuat akun dengan identitas sesuai artis yang dia inginkan, kemudian mem-follow akun – akun roleplayer lainnya agar terjadi pertemanan yang terlihat seperti pertemanan artis, selain itu juga agar informasi mengenai artis tersebut semakin banyak. Namun terdapat satu peraturan khusus untuk para roleplayer ini yaitu mereka tidak boleh membicarakan tentang identitas asli mereka di timeline Twitter atau bagian apapun dari Twitter yang dapat diakses publik.

Berikut merupakan contoh profil Twitter dari seorang roleplayer,

 

Gambar II: Profil roleplayer pada Twitter (Sumber: https://supergenerationgrup.wordpress.com/roleplayers-k-pop-of- twitterdunia-fake-rp/. Akses 4 September 2017)

Kesimpulan

 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang roleplayer melakukan permainan identitas di media sosial Twitter. Mereka membangun citra seolah – olah mereka adalah artis tersebut dan menggiring para roleplayer dan pengguna Twitter lain untuk memiliki keyakinan bahwa mereka adalah orang yang seperti itu. Dan ditambah dengan adanya peraturan tidak boleh memperlihatkan identitas asli di akun Twitter tersebut maka para roleplayer akan semakin bebas untuk berekspresi sesuai keinginannya karena tidak akan ada yang mengetahui siapa identitas dia yang sebenarnya. Permainan roleplay selain untuk mencari tahu informasi tentang artis maupun sebagai pembuktian bahwa seseorang adalah fans dari seorang artis dapat juga sebagai bentuk pemuasan diri ataupun pelengkap akan suatu hal yang tidak dapat dilakukan seseorang di dunia nyata.

 

Daftar Pustaka

 

Hatmi Prawita Achsa. M. Arif Affandi – Representasi Diri dan Identitas Virtual Pelaku Roleplay dalam Dunia Maya (‘Permainan Peran’ Hallyu Star Idol K-Pop dengan Media Twitter). 2015

 

Afriyuli Safitri – Roleplayer di Twitter Mempengaruhi Kepribadian dan Interaksi. 2014

 

http://www.plasticdeath.com/2014/10/catfish.html . Akses 4 September 2017.

 

https://supergenerationgrup.wordpress.com/roleplayers-k-pop-of-twitterdunia-fake- rp/html . Akses 4 September 2017.

 

http://www.kompasiana.com/komunikasi/identitas-di-dunia-maya-sebagai-bentuk- pemuasan-diri_552fb71c6ea834b3238b45d0 . Akses 10 September 2017.