Covid-19 tengah menjadi permasalahan di dunia internasional, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan juga berimbas pada semua sektor terutama ekonomi. Hal ini diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri. Pandemi Covid-19 akan berdampak buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun ini, karena terjadi bersamaan dengan menurunnya harga komoditas dan gejolak pasar keuangan.

Namun, semuanya harus diatur dalam kesepakatan bersama yang harus ditaati dengan hati-hati. Selain itu, Perdagangan Internasional menjadi pendorong utama dalam kebutuhan valuta asing. Oleh karena itu, suatu negara harus dapat meningkatkan surplus ekspornya ke negara lain. Akan lebih baik jika suatu negara dapat meminimalkan sumber daya, tetapi menghasilkan lebih banyak keuntungan. Ini menunjukkan bahwa suatu negara harus meningkatkan ekspor sebanyak mungkin. Pada saat yang sama, negara harus bisa membatasi impor. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), China masih menjadi mitra utama perdagangan IndonesiaMelambatnya pertumbuhan ekonomi akan berkaitan langsung dengan turunnya pendapatan domestik bruto (PDB). Perdagangan Internasional mencakup seluruh proses transaksi ekonomi yang melintasi batas wilayah dan diatur dalam mekanisme Hukum Internasional. Proses perdagangan melibatkan individu, kelompok dan pemerintah. Masing-masing pihak dapat bekerja sama dalam proses ekspor-impor dengan kebijakan tertentu.

Kondisi Covid-19 terhadap perekonomian global ini menyebabkan ketidakpastian yang sangat tinggi dan menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan banyak mata uang dunia, serta memicu pembalikan modal kepada aset keuangan yang dianggap aman. Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan juga melemahnya keyakinan dari para pelaku ekonomi. Data Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam.

Sementara itu dari segi pendapatan ekspor pariwisata dan komoditas, diperkirakan terjadi penurunan yang akan menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2020. Pertumbuhan investasi akan melambat akibat adanya fluktuasi pada perdagangan yang juga akan menyebabkan kepercayaan investor menjadi lebih rendah. Meski begitu, ongkos kredit yang lebih murah serta usulan reformasi ekonomi diharapkan akan dapat mendukung proses pemulihan dalam beberapa waktu ke depan.