BAYU R. W. EDWARD

In 1996, Adhi Nugraha, whose graduated his doctorate study from Aalto University Helsinky Finland created a module to make adjustments (updates) to traditional products so that they can be accepted in a contemporary context. This module is called ATUMICS (stands for Artefact, Technique, Utility, Material, Icon, Concept, and Shape) which later can be used by designers and engineers, in creating a breakthrough product or system that is traditional products so that it can continue to be accepted by the modern market while maintaining the intangible values contained therein. On the other hand, rattan as a material, as is widely known, is Indonesia’s natural wealth as a country that supplies 80% of the world’s rattan needs, as well as one of the artifacts of the archipelago tradition that has filled many aspects of human life in the archipelago since time. However, in the current situation, the word ‘tradition’ attached to the activities and objects of rattan products has actually made it increasingly marginalized with contemporary spaces. This kind of situational reason then encourages Adhi to issue an applicative and adaptive module to read, connect, and ultimately decide the formulation between traditional elements in traditional artifacts with actual values of contemporaryity. A module that can be used and practiced by the RDD (Research Design Development) team in a company, especially the product industry. With this module (ATUMICS), the author who is also involved in the design and industry of rattan furniture products found opportunities from the functions and benefits of the ATUMICS module that can help solve some actual cases in the design and industry of rattan furniture products. Especially in the area of interpretation of visual and conceptual presentations that are applicable and measurable without losing the traditional values that have been the lifeblood of rattan made products.

Keywords: Rattan, industrial design, ATUMICS, artifact, tradition, perception.

____________________________________________________________________________

I.  PENDAHULUAN

 

Pada tahun 1996, Adhi Nugraha, seorang Doktor lulusan Aalto University Helsinky Finlandia menciptakan sebuah modul untuk membuat penyesuaian (pembaharuan) terhadap produk tradisi agar dapat diterima dalam konteks kontemporer. Modul ini dinamakan ATUMICS (kepanjangan dari Artefact, Technique, Utility, Material, Icon, Concept, dan Shape) yang nantinya dapat digunakan oleh desainer, maupun engineer, dalam menciptakan sebuah terobosan produk maupun sistem yang merupakan produk-produk tradisi sehingga dapat terus diterima masyarakat kontemporer dengan tetap menjaga nilai-nilai intangible yang terkandung di dalamnya.

Dengan ditemukannya modul ini (ATUMICS), penulis yang juga berkecimpung dalam bidang desain dan industri produk furniture rotan menemukan peluang dari fungsi dan manfaat modul ATUMICS yang dapat membantu menyelesaikan beberapa kasus aktual di bidang desain dan industri produk furnitur rotan. Khususnya di area interpretasi presentasi visual dan konseptual secara aplikatif dan terukur tanpa menghilangkan nilai

tradisi yang selama ini sudah menjadi nyawa produk berbahan rotan. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Adhi Nugraha pada beberapa proyek desainnya, pengaplikasian ATUMICS pada premis produk furnitur rotan diharapkan tidak hanya menghasilkan purwarupa kebaruan saja, tetapi juga dalam format metode strategis yang sistematis sehingga dapat menjadi panduan dalam praktik keprofesian desain produk dan industri tentunya.

II.    KAJIAN TEORITIS

Prinsip dasar dari ATUMICS terletak pada metodenya yang bertujuan untuk menyesuaikan, mengkombinasikan, mengkomposisikan, dan mengorganisir pencampuran antara elemen atau unsur dasar dari kebaruan dan tradisi. Pada praktiknya, modul ATUMICS dapat digunakan dalam proses penciptaan artefak baru (Joedawinata, 2002) yang dapat membantu dalam menghasilkan berbagai kemungkinan strategi penggabungan kedua isu (tradisi dan kebaruan).

Cara kerja ATUMICS adalah identifikasi aspek prioritas dari suatu artefak. Dalam suatu proyek desain dengan isu transformasi tradisi hasil penelusuran data_yang telah lebih dahulu dilakukan_dianalisis dan filtrasi melalui 6 (enam) unsur artefak. Hasilnya akan berupa identifikasi dari masing-masing unsur yang kemudian dapat dikaji dan dibaca motivasi atau konspesi utama dari penciptaan artefak tersebut. Keluaran dari penkajian ini akan berupa data yang dapat dijadikan bahan diskusi atau proses gagas dan respon masalah yang biasa dilakukan oleh desainer baik perseorangan maupun tim, dengan cara mereduksi, merubah, maupun menambahkan unsur yang akan digunakan sebagai dasar fokus perancangan. Hasil sintesa ini akan berisi formulasi artefak baru dengan motivasi yang baru maupun sama, dan komposisi elemen artefak yang berbeda. Formulasi ini dapat disebut brief, yang berguna dalam proses pelaksanaan desain.

 

III.         METODE PENELITIAN

Pada tahapan ini, penulis akan mencoba menjawab pertanyaan pertama dari penelitian yakni bagaimana perubahan susunan unsur-unsur (formulasi) produk furnitur rotan sebagai produk tradisi yang menggunakan metode ATUMICS. Untuk tahap pendataan, akan dilakukan wawancara terhadap 3 (tiga) pelaku industry furniture rotan di Cirebon yang memiliki sejarah usaha minimal 20 (dua puluh) tahun mengenai testimony dan opini mereka terhadap perkembangan desain kursi rotan. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi berupa pernyataan langsung dari pelaku mengenai produk furniture rotan yang mereka rasa tepat untuk dikategorikan sebagai artefak tradisi. Disamping wawancara, sebagai penguat data penulis akan melakukan metode kuesioner terhadap 3 (tiga) pelaku industry yang sama mengenai tipe-tipe desain kursi rotan yang memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai produk tradisi, serta rekomendasi mereka terhadap salah satu desain produk furniture rotan yang berpeluang cukup baik untuk dikembangkan (re: dimodernisasi).

 

IV.         HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan data maka jenis kursi „kelek‟ atau kursi Fabion oleh masyarakat industry furniture rotan terpilih sebagai fokus objek dalam rangkaian penelitian ini. Tahapan selanjutnya adalah membedah elemen dan motivasi dari kursi Fabion ke dalam tabel identifikasi elemen dan motivasi sebagai penjelasan dan tuntunan sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa model ATUMICS.

Sebagaimana yang nampak pada model ATUMICS kursi Fabion, kesemua elemen terdapat dalam kutub tradisi. Skema model ini sebagaimana disampaikan Adhi (2012) _bahwa sustainability dari suatu tradisi ialah transformasi tradisi, yang mana hal inilah yang mendasari penelitian ini dilaksanakan_, menunjukkan bahwa kursi Fabion berada pada stagnansi (belum bertransformasi) yang berdampak pada eksistensi nilainilai tradisi yang terdapat pada kursi Fabion.

Dengan telah diidentifikasikannya elemen dan motivasi baik dari sisi nilai-nilai tradisi maupun modernitas, maka pengimplementasian nilai modernitas terhadap nilai tradisi pada kursi Fabion dengan metode ATUMICS dapat dilakukan dan sebagaimana ditunjukkan pada modul ATUMICS dari kursi Fabion „baru‟ berikut : Kursi Fabion yang baru akan menjadikan ekonomi, ekologi, dan budaya sebagai motivasi perancangannya, dimana sebelumnya dilandasi sepenuhnya oleh motivasi survival yang melebur dalam motivasi ekonomi. Adanya motivasi baru (ekologi dan budaya) dapat menjadi pemicu terhadap pertimbangan dan penentuan kompisisi elemen  produk

Dari sisi elemen, terdapat 2 (dua) elemen tradisi yang dihilangkan yakni elemen ikon, dan shape. Sedangkan dari elemen modern, utility  dilebur dengan elemen utility pada sisi elemen tradisi. Terdapatnya elemen-elemen yang ada di kedua belah kutub mengindikasikan bahwa batasan desain akan berada dalam koridor elemen-elemen tersebut. Bisa digabungkan, dihadirkan kedua-duanya, atau dipilih salah satunya. Namun dalam kasus produk furniture rotan sebagaimana disimpulkan pada kesimpulan tahap wawancara, bahwa elemen teknik, utility, dan material merupakan jangkar atau penanda

tradisi dari kursi rotan. Sehingga apabila dihilangkan atau digantikan akan menghilangkan nilai tradisi dari kursi rotan. Maka dari itu, untuk elemen teknik, utility, dan material, respon transformasi yang bisa dilakukan ialah bersifat penggabungan, atau menghadirkan kedua-duanya.

Gambar 2. Identifikasi elemen dan motivasi kursi Fabion_lama / tradisi dalam model ATUMICS. Sumber : Penulis

Gambar 3. Modul ATUMICS untuk kursi Fabion baru. Sumber : Penulis.

DAFTAR PUSTAKA

  • Nugraha, A (2009) Asian Ways of Creativity: Keeping Tradition Alive? Asia Design Journal, Vol 4, no 4, pp 190-215.
  • Papanek, V (1995), The Green Imperative, Ecology and Ethics in Design and Architecture, Thames and Hudson Ltd.
  • Wilhide, E (2002) Eco: An Essential Sourcebook for Environmentally Friendly Design and Decoration, Quadrille Publishing Ltd.
  • Joedawinata, A (2005) Unsur-unsur Pemandu dan Kontribusinya Dalam Perwujudan Sosok Artefak Tradisional Dengan Indikasi-indikasi Lokal yang Dikandung dan Dipancarkannya. PhD thesis. Institut Teknologi Bandung.
  • Larasati, D (2006) Toward an Integral Approach of Sustainable Housing in Indonesia : with an Analysis of Current Practices in Java, PhD thesis, Delft University of Technology.
  • Nugraha, A (2006) New Utensil from Tradition, in Itkonen, M et al (Eds)The Culture of Food: The Dialectic of Material Conditions, Art, and Leisure, Jyväskylä University Printing House, pp. 175192.
  • Wahab, F. (2008) “Transforming Tradition for Contemporary Context towards Shaping of Identity”, National            Art        Gallery Malaysia, http://www.artgallery.gov.my/html/themes/bsln/artikel/kpkkk.pdf.
  • Widiastuti,R* ; Awang,S.A**; Prayitno, T.A. **, Warsito, Sofyan P. (2011). Kajian Stratejik Kelola Usaha Pada Industri Kecil Agel Strategic Study Of Business Manage In Agel Small Industries.

Studi Ilmu Kehutanan UGM. UGM. Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1.  Nugraha, A (2011) Transforming Tradition. Unigrafia. Helsinky.

  • Williams, A.R. (2007) “A World Loses Its Tounges” National Geographic Magazine, October 2007, Vol. 212, No.4,pp. 26.

http://www.kemenperin.go.id/artikel/471/PengembanganIndustriPengolahanRotanIndonesia