Oleh : Riono Aulia Abdullah

 

Proses dalam mendesain memerlukan beberapa tahapan sebelum menjadi sebuah desain akhir dan membuat sebuah prototype menjadi salah satu tahapan akhir sebelum desain akhir. Bila dilihat dalam sebuah perusahaan yang mebuat sebuah produk, biasanya akan dikenalkan terlebih dahulu prototype sebelum di produksi masal, karena dalam sebuah prototype kita bisa mengevaluasi atau menguji desain atau sistem yang akan diproduksi. Pembuatan sebuah prototype bisa dilakukan dengan bermacammacam material tergantung dari kebutuhan desain. Material yang digunakan bisa dari kertas, cardboard, grey board, lembaran PVC, lembaran ABS, clay atau tanah liat, dll.

Dalam dunia industri manufaktur ada istilah “rapid prototyping”, yaitu membuat sebuah prototype dengan secara cepat dan akurat yang dibantu oleh teknologi mesin yang canggih, contohnya adalah mesin 3D print. Secara kerja mesin 3D print merupakan sebuah proses mencetak objek dengan cara melelehkan material dan dicetak secara berlapis sehingga menjadi sebuah objek tiga dimensi. Sebelum mesin ini berkembang pesat seperti sekarang, 3Dprint sudah ditemukan sejak tahun 1981, dikembangkan dan digunakan sejak tahun 80 akhir hingga saat ini. Begitu lamanya hingga dapat digunakan secara masal dikarenakan adanya paten yang melindungi mesin tersebut hingga tahun 2000 awal dan setelah paten tersebut habis masa waktunya banyak yang mengembangkan mesin 3dprint hingga saat ini.

Secara garis besar 3d print dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah jenis FDM (Fused Deposition Modelling) yang menggunakan jenis material filament, di dalam jenis filament terdapat juga berbagai macam material.

  • PLA (Polyactic Acid): Material yang berasal dari saripati jagung, mempunyai Print temperatur: 180°C – 230°C, Print bed temperatur: 20°C – 60°C (tidak selalu dibutuhkan), mempunyai kekuatan yang bagus akan tetapi tidak tahan terhadap panas, merk tertentu mempunyai spesifikasi food grade dan material ini paling popular dan mudah untuk dicetak.
  • ABS (Acrylonitrile butadiene styrene): Material popular setelah PLA, mempunyai Print temperatur: 210°C – 250°C, Print bed temperatur: 80°C – 110°C, kekuatan kurang dari material PLA akan tetapi tahan terhadap panas dan material ini sulit untuk dicetak.
  • PETG (Polyethylene terephthalate glycol): material yang sering kita jumpai, contoh botol minum atau wadah makanan, mempunyai Print temperatur: 220°C – 250°C, Print bed temperatur: 50°C – 75°C, biasanya material ini sebagai pengganti material ABS karna lebih mudah untuk dicetak.
  • TPE (thermoplastic elastomers): material yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi, mempunyai Print temperatur: 210°C – 230°C, Print bed temperatur: 30°C – 60°C, sering ditemui dengan nama material TPU atau TPC.

Kemudahan membuat prototype yang sudah dilakukan dalam industri manufaktur kita dapat merasakan pada saat ini oleh mesin 3dprint, akan tetapi tidak semudah itu, karena dibutuhkan sebuah 3dmodel yang dibuat dalam software CAD (Computer Aided Design) seperti sketchup, rhinoceros, 3D max, dll dan  pembuatan model 3D diwajibkan untuk bentuk solid. Dalam membentuk sebuah objek terdapat beberapa kesulitan apabila dibuat secara manual, akan tetapi dalam 3dprint hampir semua bentuk objek akan dapat tercipta, akan tetapi setiap mesin 3dprint mempunyai keterbatasan tertentu.

 

 

 

Referensi: https://all3dp.com/2/what-is-3d-prototyping-simply-explained/

https://dawidnaude.com/prototyping-before-spending-500-million-on-a-product-design-it-involvesclay-2b1ddc475070 https://all3dp.com/1/3d-printer-filament-types-3d-printing-3d-filament/ https://cgifurniture.com/rapid-prototyping-how-to-use-it-in-furniture-production/