Bagaimana menjadi Illustrator kontemporer (?)
Oleh: Satria Nurzaman
Ilustrasi dan illustrator
Kita hampir mendengar setiap gambar digolongkan sebagai ilustrasi, jika Ilustrasi merupakan sebuah seni terapan, ‘seni yang memiliki fungsi’ yang secara visual mengkomunikasikan konteks kepada audiens. Tentu saja menyebut ilustrasi sebagai gambar dirasa belum dapat secara holistik mendefinisikan ilustrasi itu sendiri, karena ilustrasi tidak hanya dinilai oleh literasi visual dan kualitas teknis, tetapi keterlibatan intelektual dengan materi pelajaran, pemecahan masalah dan komunikasi visual.
Illustrator dapat diartikan seorang komunikator visual dan pembuat gambar yang membangun makna, menyampaikan ide, narasi, pesan, dan emosi kepada audiens, pembaca, atau pengguna tertentu. Hingga hari ini disiplin ilustrasi tetap berada dalam batasan-batasan seni komersial, namun kemajuan pengetahuan dan teknologi membuat terjadinya pergeseran dan pengaburan batas-batas antara disiplin ilmu, khususnya di industri kreatif dimana desain, seni rupa, hingga bisnis, beririsan dan saling tumpang tindih.
Sebagai seorang illustrator, keterampilan teknis, kemampuan mengolah konten dan konsep secara visual sejatinya sudah harus dimiliki. terlepas dari itu, keterampilan operatif lain terkait praktik illustrator di industri kreatif seperti ‘entrepreneurship’ begitu kencang digaungkan, menuntut seorang ilustrator untuk memahami bagaimana ilustrasi sebagai seni komersial bekerja di industri yang sesungguhnya. Ada banyak penekanan pada pemerolehan keterampilan yang perlu dimiliki sehingga banyak illustrator perlu mengevaluasi kembali praktik mereka.
Lantas dalam praktik ilustrasi kontemporer apa yang perlu dipahami dan dimiliki seorang ilustrator untuk mendapati kesuksesan? tentu tidak ada jawaban yang mutlak benar, namun jika perlu adanya sebuah peta untuk seorang yang ingin menjadi ilustrator, maka 5 hal ini kiranya perlu dipahami terlebih dahulu:
1. Memiliki gambaran ilustrasi yang cukup luas (umum)
Sejarah dan perkembangan ilustrasi
Dalam satu atau lain bentuk, ilustrasi telah ada selama berabad-abad, jika merujuk pada periode zaman ilustrasi hadir mulai zaman pra sejarah, peradaban awal, klasik, abad pertengahan, renaissance, dan seterusnya hingga hari ini. Susan Doyle dalam bukunya “History of Illustration” menyederhanakan sejarah ilustrasi dari perkembangannya dan membaginya dalam empat bagian:
- Ilustrasi tradisi dari berbagai penjuru dunia,
- Gambar sebagai pengetahuan, ide sebagai kekuatan,
- Kemunculan media massa, dan
- Evolusi di era
mengetahui sejarah dan perkembangan ilustrasi membantu kita memahami ilustrasi itu sendiri,
Peran Ilustrasi
luasnya penggunaan ilustrasi membuatnya terbagi kedalam 5 peran yang dominan dalam buku Illustration “A Theoretical & Contextual Perspective” yang ditulis Alan Male, dijelaskan bahwa ilustrasi berperan sebagai:
- Dokumentasi, referensi dan instruksi; ilustrasi untuk informasi, kurikulum nasional, materi pembelajaran untuk audiens muda, materi sejarah-kebudayaan, ilmu pengetahuan alam, ilustrasi medis, serta subjek
- Komentar; berfungsi mengomentari politik dan urusan terkini, dan jurnalis
- Bercerita; fiksi naratif, buku bergambar untuk anak-anak, komik
- Mempersuasikan; periklanan dan promosi
- Memberikan Brand, cover buku musik, poster film
Sebelum ditemukannya kamera, adanya teknologi kedokteran yang canggih, hingga mahluk yang sudah punah yang tidak dapat kita lihat, hingga hal-hal yang sifatnta fantasy itu semua dapat divisualisasikan dengan bantuan ilustrasi.
Memahami bahasa visual
Terlepas dari penggayaan dan makna, layaknya bahasa verbal yang terdiri dari literal dan non literal. bahasa visual pun mempunyai hal yang serupa, terdapat bahasa visual
- Literal, merupakan representasi sesungguhnya,
- Non literal, metafora, conceptual imagery, surrealism, diagram, abstraksi dsb.
Dalam buku “bahasa rupa” tulisan Profesor Primadi Tabrani seorang guru besar seni rupa dan desain di indonesia beliau menyebut bahasa rupa terbagi dua yaitu: “Naturalis Perspektif Momen (NPM)” dan “Ruang Waktu Datar (RWD)” dua istilah tersebut dapat dipadankan dengan istilah literal dan non literal yang umum kita pahami selama ini.
2. Memahami kecenderungan diri
Memperkaya referensi
Referensi menjadi salah satu faktor penting dalam penciptaan, karena ilustrasi yang baik terbentuk melalui 3 unsur yaitu referensi yang beragam, konsep yang relevan dan eksekusi teknis yang baik, referensi secara visual tentu diperlukan bagi seorang illustrator, namun lebih jauh dari itu ilustrator yang sukses, memperkaya dirinya dengan referensi yang sifatnya non- visual
- Visual; style, genre, trend, ds
- Non-visual; gagasan, global trend, movemen, tokoh, tradisi, fenomena global, sadar akan isu sosial, budaya dan teknologi. lebih jauh dari itu perlu memahami layer berikutnya yaitu proses sebab akibat (siapa, apa dan kenapa) yang mempengaruhi hal tersebut
Memperkaya referensi tidak selalu harus didapatkan dengan cara formal. mendengarkan musik, menonton film, hingga berkehidupan sosial merupakan bagian dari memperkaya referensi.
Menetukan pendekatan yang sesuai
Dalam industri kreatif dorongan berkarya tidak murni didorong oleh sebuah faktor saja tidak terkecuali bagi seorang illustrator, jika seorang ilustrator sudah memiliki gambaran ilustrasi secara luas tentunya akan mudah untuk menentukan pendekatan yang sesuai dengan kecenderungan diri, seperti:
- Pendekatan seniman: mengedepankan pernyataan atau ketertarikan pribadinya. seperti layaknya seorang seniman unsur keinginan dari diri sendiri mendorong kuat terciptanya sebuah
- Pendekatan desainer: mengedepankan menyelesaikan permasalahan atau brief, unsur menjawab kebutuhan menjadi
- Pendekatan bisnis: mengikuti pasar atau customer, menjadikan ilustrasi sebagai bahan
Menentukan pendekatan yang sesuai menjadi salah satu faktor penting bagi illustrator kontemporer dalam berkarya. persamaan dari ketiga pendekatan tersebut adalah setiap ilustrasi yang diciptakan seorang ilustrator yang sukses umumnya memiliki sebuah value.
Membangun dan mengembangkan value
Sebagai seni komersial, perlu dibedakan antara value “sebuah ilustrasi” dan value “ilustrasi sebagai bisnis”. value dalam ilustrasi rasanya sulit dideskripsikan dengan menggunakan teori- teori bisnis seperti value proposition canvas yang membentuk value berdasarkan pain, gain, dan customer jobs. karena seseorang membeli ilustrasi yang sudah terimplementasikan ke dalam produk lebih cenderung didorong faktor emosi dibanding fungsinya.
Value dalam ilustrasi terbagi dua mulai dari yang terlihat, seperti ciri khas penggayaan atau sering disebut style dari seorang ilustrator yang meliputi goresan, bentuk, warna serta komposisi, serta yang tidak terlihat seperti ‘pesan yang dibawanya’. Mengembangkan value bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan instant, butuh latihan dan waktu, hal ini merupakan prosess yang bisa jadi tidak akan pernah selesai dan akan terus berkembang, menikmati prosess adalah kunci dari mengembangkan value dalam ilustrasi.
3. Memiliki keluwesan untuk berkarya
Jika sudah memiliki gambaran luas mengenai ilustrasi dan memahami kecenderungan diri sudah seharusnya memiliki keluwesan dalam berkarya yaitu memiliki kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. merumuskan
- Konsep; hal yang menjadi dasar atau alasan serta tujuan karya, pemilihan bahasa visual, bagaimana relevansi antara konteks, konten, audiens, maupun clines, memulai proses kreatif. Serta
- Material dan medium; pemilihan material menggunakan praktik manual/analog, seperti cat air, akrilik, pensil, maupun digital dengan bantauan komputer menjadi hal yang tidak terlalu dipusingkan.
Kemampuan operatif lain terkait ilustrasi yang berhubungan dengan bisnis dan manajemen baru akan menjadi relevan dan mudah diaplikasikan ketika seorang ilustrator sudah memiliki value dan terbiasa berkarya.
4. Implementasi dalam industri ilustrasi
Hal yang dapat mengarahkan illustrator ke dalam kesuksesan di industri kreatif ketika ilustrasinya sudah terimplementasikan dalam bentuk produk:
- berbasis barang: artwork, poster, buku, fashion, game, film, intermedia, dsb.
- berbasis jasa/projek; commission, dekorasi ruang, agency,
- berbasis sistem; platform, non fungible token (NFT)
Fenomena perkembangan teknologi mengarah kepada cryptocurrency (mata uang digital berbasis blockchain) yang sedang hype di era sekarang, memungkinkan seorang illustrator mengkonversi karya ilustrasinya sebagai underlying uang digital dengan kategori non fungible token NFT.
Pada akhirnya terdapat banyak cara bagi seorang illustrator kontemporer yang bisa mengantarkan kepada kesuksesan, namun 4 hal tadi setidaknya bisa menjadi rambu untuk membantu memetakan dan memahami ilustrasi kontemporer pada era yang begitu riuh akan informasi dan dituntut untuk selalu survive.
Referensi:
History of Illustration; Susan Doyle
Illustration, A Theoretical & Contextual Perspective; Alan Male Bahasa Rupa; Primadi Tabrani
Comments :