Oleh: Bayu R. W. Edward S.Ds., M.Ds.

Interior Design School Of Design Binus University

Ditengah pesatnya perkembangan inovasi teknologi material yang diaplikasikan ke berbagai tipe produk guna, keberadaan material alam senantiasa memiliki ruang di hati konsumen sebagai salah satu faktor dalam pemilihan produk. Meskipun begitu lekat dengan konotasinya pada nuansa tradisional dan tua, produk-produk modern yang menjadikan elemen natural sebagai pembentuk citranya malah memberikan kesan yang lebih berkelas atas. Lihat saja pada range produk-produk elektronik ternama yang merilis beberapa seri- nya dengan bungkusan kayu dan menjadikannya sebagai special edition. Bentuk respon seperti ini harus dilihat dan diartikan sebagai menghadirkan bahan alam pada produk elektronik modern dan bukan sebaliknya yaitu membuat produk elektronik modern berbahan material alam. Karena kedua hal tersebut memiliki dimensi tujuan dan motivasi yang berbeda.

Sebagaimana banyak diketahui, produk-produk yang menggunakan bahan alam memiliki tendensi kuat terhadap nilai-nilai tradisi dan budaya. Pengolahan bahan alam menjadi produk guna memang telah menjadi cara manusia sejak dahulu untuk menunjang aktifitas kehidupannya. Dari proses cipta produk tersebut, muncullah struktur nilai-nilai akibat interaksi antara manusia, alam, dan benda pakai. Metode, teknik, dan prinsip-prinsip terkait

pembuatan benda pakai bahkan seringkali juga merupakan refleksi terhadap bagaimana manusia menjalani kehidupannya sebagai manusia individual, sosial, kosmik, dan spiritual, yang kemudian menjadi tatanan norma kebudayaan bahkan agama. Saya jadi teringat dengan kisah bagaimana cangkul atau sering disebut pacul dirancang oleh salah satu anggota walisanga yakni Sunan Kalijaga. Dari kisah tersebut diceritakan bagaimana pacul dirancang tidak hanya untuk memenuhi misi fungsionalnya saja, namun juga korelasi komponen- komponennya dengan pesan-pesan prinsip hidup berketuhanan. Pola dengan karakteristik yang sama juga dapat ditemukan pada mayoritas produk-produk guna khas kedaerahan atau masa lalu. Sekali lagi, pola keterhubungan antara manusia, alam, dan benda itu sendiri menjadi nyawa dari produk-produk berbahan alam.

Memasuki masa revolusi industri dan modernisasi,        penggunaan       material dititikberatkan pada efisiensi produksi dan secara ekstrim bahkan menanggalkan nilai-nilai kebijaksanaan material seperti yang biasa dilakukan pada penciptaan produk di masa sebelumnya. Semakin kesini, percepatan perkembangan teknologi telah menjadi sasaran utama dalam mempertimbangkan material (optimalisasi performa fungsi). Kita dapat melihat bagaimana produk-produk masa kini berlomba-lomba pada kecanggihan fungsi dan tampilan yang fashionable, dan berorientasi masa depan. Fenomena ini seolah memarginalisasi produk-produk berbahan alam sehingga seringkali dimasukkan kedalam kategori kontra modernisasi. Hal ini tentu saja akan berdampak pada keberadaan dan kelangsungan sektor-sektor industri berbasis material alam.

Menyikapi paparan situasi diatas, salah satu upaya yang dapat dilakukan agar dapat mengikuti percepatan tersebut ialah dengan sebisa mungkin mengkombinasikan produk berbahan material alam dengan kehadiran material fabrikasi lainnya. Mari kita ambil contoh pada industri mebel kayu dan rotan sebagai studi kasus. Kedua jenis industri tersebut sangat bergantung pada ketersediaan bahan alam kayu dan rotan dan secara pasti juga pada kemampuan tenaga kerjanya sebagai ahli (perajin) produk berbahan kayu dan rotan. Aspek ketersediaan bahan baku, dan SDM dalam konteks industri kayu dan rotan merupakan hal yang krusial karena kedua aspek tersebut berhubungan dengan nilai-nilai dan norma ke- tradisian. Sehingga apabila terjadi manuver improvisasi yang terlalu ekstrim dapat mengakibatkan terhentinya aktifitas produksi. Mengkombinasikannya dengan material lain dapat menjadi gagasan yang cukup kompromis dalam mengatur tensinya terhadap nilai-nilai sentimentil diatas.

Dari segi performa produksi, kombinasi 2 material dapat menjadi solusi dalam mengurangi biaya pada beberapa tahapan pekerjaan. Joint system atau komponen yang terbuat dari metal dapat memangkas proses pembuatan join dari bahan kayu dan rotan sehingga menjadikan prosesnya lebih cepat dan murah karena komponen tersebut diproduksi secara massal. Terkait keunggulannya dari segi efisiensi produksi, yang menjadi tantangan selanjutnya ialah bagaimana agar kualitas join menggunakan komponen dari material lain tersebut secara teknis tidak beresiko mengurangi kualitas kekuatan dan ketahanan produk jika dibandingkan dengan tipe join dari material yang sama. Kemudian juga impact-nya terhadap kualitas presentasi visual. Dalam kasus seperti ini, banyak industry yang menyembunyikan

komponen join metalnya sehingga tidak Nampak dari luar.

Dari segi performa presentasi visual, menggunakan kombinasi 2 material dapat menjadi peluang untuk menciptakan persepsi baru terhadap produk berbahan material alam. Dalam konteks ini, kombinasi 2 material dilakukan dengan cara mengekspos kedua tipe material dengan tujuan memperlihatkan dualitas dan kontras sifat dari kedua material namun sekaligus menunjukkan bagaimana kontras tersebut bekerjasama dalam membentuk citra yang baru. Yang menjadi tantangan kemudian ialah aspek teknis dan produksi, yakni bagaimana agar gagasan visual tersebut dapat tetap harmonis dengan kapasitas dan kapabilitas produksi industry mebel kayu dan rotan.

Keunggulan kombinasi 2 material juga dapat berada pada ketahanan dan kekuatan material. Prinsip konstruksi pada produk berbahan alam seringkali dibatasi oleh karakteristik dari material itu sendiri sehingga memunculkan komponen-komponen wajib dalam rangka memperkuat konstruksi. Batasan konstruksi tersebut dalam kaitannya dengan trend kerap menjadi faktor terpakunya persepsi produk berbahan alam sebagai produk yang tua (jadul). Mengganti atau menghadirkan material lain dapat menjadi celah untuk memenangkan kedua tuntutan tersebut (aspek konstruksi dan visual). Dengan material lain, banyak prinsip-prinsip konstruksi yang membatasi ruang peluang visual dapat dibongkar dan direkonstruksikan ulang dan menghasilkan tidak hanya kualitas kekuatan dan ketahanan yang lebih baik tapi juga produk dengan tampilan yang lebih ‘kekinian’.

Isu sensitif lain yang sering diangkat terkait produk-produk berbahan alam ialah dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan.