Sampah Plastik Musuh Dunia
Sampah plastik adalah salah satu sumber pencemaran lingkungan hidup di dunia. Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan kelembaban, kuat, relatif murah. Karena berbagai kemudahan tersebut, seluruh dunia bernafsu untuk menghasilkan lebih banyak produk berbahan baku plastik. Namun, tanpa disadari, karakter dasar plastik, ditambah cara penggunaan yang tidak ramah lingkungan, ia justru merusak lingkungan hidup.
Manfaat penggunaan produk plastik harus diimbangi dengan kalkulasi dampak negatif yang dihasilkannya. Dalam satu hal, penggunaan plastik memang menjaga produk segar lebih tahan lama. Penggunaan plastik juga memungkinkan pembuatan peralatan kesehatan, meningkatkan efisiensi transportasi, memiliki potensi besar digunakan dalam teknologi energi terbarukan. Meski demikian, bahaya akibat sampah plastik, zat aditif beracun dalam plastik – pewarna plastik, bahan baku seperti bisphenol A (BPA) – telah meningkatkan kesadaran konsumen untuk produk yang lebih ramah lingkungan.
Pencemaran Plastik di Dunia
Kota-kota di dunia menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. Menurut perkiraan Bank Dunia, jumlah ini bertambah hingga 2,2 milir ton pada tahun 2025. Selama lebih dari 50 tahun, produksi dan konsumsi plastik global terus meningkat. Diperkirakan 299 juta ton plastik diproduksi pada 2013. Ini menghasilkan masalah lingkungan hidup yang sangat serius bagi kita.
Angka tersebut menegaskan kecenderungan volume sampah dari plastik dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan studi Worldwatch Institute. Pemakaian produk plastik global di seluruh dunia diperkirakan mencapai 260 juta ton pada tahun 2008. Menurut laporan Global Industry Analysis tahun 2012, pemakaian produk plastik di dunia mencapai sekitar 297 juta ton pada akhir 2015. Plastik juga menjadi salah penyebab pencemaran tanah di perkotaan.
Tanpa Sadar Kita Ikut Menyumbang Sampah Plastik Menjadi Lebih Banyak di Era Pandemi Ini
Di era pandemi saat ini, orang cenderung berbelanja online karena harus tetap di rumah daripada berbelanja secara langsung. Misalnya saat kita berbelanja di toko online, kemasannya akan dibuang secara cuma-cuma dan berubah menjadi sampah, seperti bubble wrap, karton untuk kemasan produk perawatan kulit bekas, makanan bekas, kosmetik dan minuman bekas.
Kita bisa mengurangi penggunaan dengan membawa peralatan makan, botol, dan tas belanja sendiri. Berbisnis membutuhkan kemasan yang dapat digunakan dalam waktu lama dan menciptakan kemasan yang ramah lingkungan. Kami juga menerapkannya pada bisnis kami dengan menggunakan kemasan yang tidak menggunakan plastik dan menggantinya dengan kertas. Dengan cara ini, kita tidak akan menghasilkan terlalu banyak sampah plastic yang dapat mencemari lingkungan sekitar.
Penulis: Mahasiswa Creativepreneurship
Cristovan Rigan Tanro (2301855766)
Gabriella Nerissa (2301902522)
Comments :