Yuda Suryasa Sjaerodji, S.Ds., M.Ds.

DKV BINUS @Bandung

Abstrak

Iklan cetak komersial merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang paling dominan, berfungsi tidak hanya untuk menginformasikan produk, tetapi juga untuk membentuk persepsi, menciptakan keinginan, dan membangun citra. Artikel ini menerapkan teori semiologi Roland Barthes untuk menganalisis bagaimana tanda-tanda visual dan linguistik dalam iklan cetak beroperasi untuk menghasilkan makna. Dengan membedah konsep denotasi, konotasi, dan mitos, penelitian ini menunjukkan bahwa iklan cetak tidak hanya menyampaikan pesan harfiah (denotasi), tetapi juga secara tersembunyi mengasosiasikan produk dengan nilai-nilai budaya, gaya hidup, dan aspirasi sosial (konotasi dan mitos). Analisis ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme ideologis di balik pesan iklan dan peran semiologi dalam mengurai makna-makna tersebut.

Kata Kunci: Iklan Cetak, Semiologi, Roland Barthes, Denotasi, Konotasi, Mitos.

  1. Pendahuluan

Iklan cetak komersial adalah medium komunikasi yang sangat padat dan strategis. Dalam ruang yang terbatas, ia harus menyampaikan pesan yang kuat dan meyakinkan. Roland Barthes, dalam karyanya Mythologies, menawarkan kerangka teoretis yang kuat untuk memahami bagaimana pesan-pesan ini bekerja melampaui tingkat permukaan. Barthes mengemukakan bahwa makna dalam teks, termasuk iklan, terbentuk melalui sistem tanda. Tanda-tanda ini tidak hanya terdiri dari apa yang terlihat (gambar dan kata), tetapi juga dari makna-makna yang tersembunyi yang tertanam dalam budaya. Penelitian ini akan mengaplikasikan konsep-konsep semiologi Barthes untuk mengurai lapisan-lapisan makna dalam iklan cetak, dengan fokus pada bagaimana iklan mengkonstruksi realitas sosial dan menginternalisasi produk ke dalam narasi budaya.

  1. Tinjauan Pustaka: Teori Semiologi Roland Barthes

Semiologi, atau ilmu tanda, adalah alat untuk menganalisis bagaimana makna dihasilkan dan dikomunikasikan. Barthes membedakan proses semiotik menjadi dua tingkatan utama:

  1. Tingkat Denotasi: Ini adalah makna literal atau harfiah dari sebuah tanda. Pada tingkat ini, tanda-tanda diinterpretasikan secara objektif, tanpa intervensi makna budaya atau personal. Misalnya, pada gambar sebuah mobil, denotasinya adalah “sebuah kendaraan roda empat.”
  2. Tingkat Konotasi: Ini adalah makna sekunder yang timbul dari asosiasi budaya, emosional, atau personal. Makna konotatif seringkali bersifat subjektif dan terikat pada konteks budaya. Mengacu pada contoh mobil, konotasinya bisa berupa “kecepatan,” “status sosial,” atau “kebebasan.”
  3. Tingkat Mitos: Barthes mendefinisikan mitos sebagai konotasi yang terinstitusionalisasi dan menjadi norma budaya yang diterima secara luas. Mitos adalah bagaimana masyarakat menaturalisasi makna-makna konotatif sehingga makna tersebut terasa sebagai “kebenaran” yang tak terbantahkan. Dalam iklan, mitos berfungsi untuk mengasosiasikan produk dengan nilai-nilai universal seperti “kebahagiaan keluarga,” “kesuksesan,” atau “kecantikan alami.”

  1. Metode Analisis Semiologi pada Iklan Cetak

Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus terhadap satu atau beberapa iklan cetak komersial. Langkah-langkah analisis yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:

  1. Identifikasi Tanda-Tanda: Mengidentifikasi semua elemen visual dan linguistik dalam iklan, seperti gambar produk, model, latar belakang, teks utama (headline), dan logo.
  2. Analisis Denotasi: Mendeskripsikan secara harfiah apa yang ada di dalam iklan. Misalnya, “Seorang wanita tersenyum,” “sebuah botol parfum di atas meja,” “tulisan ‘Parfum Elegance’.”
  3. Analisis Konotasi: Menginterpretasi makna-makna sekunder dari setiap tanda. Misalnya, “senyum wanita” mungkin mengkonotasikan kebahagiaan, “botol parfum yang elegan” mengkonotasikan kemewahan, dan “tulisan ‘Elegance'” mengkonotasikan kecanggihan.
  4. Analisis Mitos: Mengintegrasikan semua konotasi untuk mengungkap narasi atau mitos yang lebih besar yang coba dibangun oleh iklan. Mitos ini seringkali menjadi pesan ideologis yang menghubungkan produk dengan nilai-nilai sosial yang lebih luas. Misalnya, iklan parfum dapat membangun mitos bahwa “keanggunan dan daya tarik adalah kunci kesuksesan sosial.”

  1. Studi Kasus: Analisis Iklan Parfum “Elegance”

4.1. Deskripsi Iklan

Iklan ini menampilkan seorang wanita dengan gaun malam, tersenyum lembut sambil memegang botol parfum “Elegance.” Latar belakangnya adalah sebuah kota metropolitan pada malam hari yang tampak gemerlap. Teks utama bertuliskan, “Rasakan pesona keanggunan sejati.”

4.2. Analisis Barthes

  • Denotasi:
    • Gambar: Seorang wanita muda bergaun malam, botol parfum, dan pemandangan kota di malam hari.
    • Teks: “Rasakan pesona keanggunan sejati.”
  • Konotasi:
    • Wanita: Mengkonotasikan kecantikan, kesuksesan, dan daya tarik. Gaun malam mengasosiasikan momen-momen spesial atau pesta mewah.
    • Botol Parfum: Desain botol yang ramping dan minimalis mengkonotasikan kemewahan dan selera tinggi.
    • Pemandangan Kota Malam: Mengkonotasikan kehidupan sosial yang dinamis, kesuksesan karir, dan gaya hidup modern.
    • Teks: Kata “pesona” dan “keanggunan sejati” secara langsung mengasosiasikan produk dengan kualitas-kualitas aspirasional ini.
  • Mitos:
    • Melalui kombinasi tanda-tanda ini, iklan membangun mitos bahwa kecantikan dan keanggunan bukan hanya bawaan, tetapi dapat dicapai melalui produk ini. Mitos ini mengoperasikan ideologi bahwa kesuksesan sosial dan pribadi—yang direpresentasikan oleh wanita, gaun, dan kota—berkorelasi langsung dengan penggunaan parfum “Elegance.” Produk ini tidak hanya menjual wewangian, tetapi juga janji transformasi sosial dan pengakuan.

  1. Kesimpulan

Analisis semiologi Barthes memberikan alat yang powerful untuk mengurai bagaimana iklan cetak tidak hanya menjual produk, tetapi juga menginternalisasi dan menyebarkan ideologi budaya. Dengan membedah denotasi, konotasi, dan mitos, kita dapat melihat bahwa iklan adalah teks budaya yang kompleks, yang membangun hubungan antara produk komersial dan narasi sosial yang lebih besar. Pemahaman terhadap semiologi Barthes sangat penting bagi peneliti media, pemasar, dan konsumen untuk secara kritis mengevaluasi pesan-pesan tersembunyi yang membentuk cara kita melihat dunia dan produk di dalamnya.

Daftar Pustaka

  • Barthes, R. (1972). Mythologies. Hill and Wang.
  • Chandler, D. (2017). Semiotics: The Basics. Routledge.
  • Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications.