Di zaman yang serba digital ini, belajar tentunya tidak lagi harus duduk manis di depan papan tulis atau membaca buku tebal berulang kali. Anak muda sekarang lebih akrab dengan smartphone / ponsel pintar, dan itu bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Salah satunya adalah belajar aksara Sunda lewat aplikasi iOS bernama Kabisa [1]. Aplikasi ini dirancang oleh mahasiswa Program Studi Computer Science dari BINUS @Bandung. Tujuannya? Supaya budaya Sunda, khususnya aksaranya, tidak punah begitu saja dan tetap dikenal oleh generasi muda, tapi dengan cara yang lebih kekinian.

Belajar Aksara Sunda Jadi Seru Lewat Aplikasi Game di iPhone!

Para peneliti menyadari bahwa banyak orang, terutama pelajar di Jawa Barat, merasa kesulitan memahami aksara Sunda. Aksara ini dianggap kuno dan sulit dipelajari. Padahal, keberadaannya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan bagian penting dari warisan budaya lokal. Pemerintah Jawa Barat bahkan sudah menetapkan peraturan daerah tentang pentingnya menjaga bahasa, aksara, dan sastra daerah sebagai bagian dari pendidikan (Kabisa App, 2023). Dari sinilah muncul ide untuk membuat media belajar yang tidak membosankan, dan lebih cocok dengan gaya belajar anak zaman sekarang.

Aplikasi Kabisa hadir dengan fitur-fitur menarik seperti kuis pilihan ganda dan permainan drag-and-drop, di mana pengguna bisa menyusun huruf sesuai dengan jawaban. Belajar terasa seperti main game, bukan seperti sedang menghafal pelajaran. Dalam tahap uji coba terhadap 50 siswa SMAN 2 Bandung, aplikasi ini mendapatkan tingkat kepuasan yang sangat tinggi—rata-rata 92% dari berbagai aspek seperti tampilan, konten, hingga manfaat (Kabisa App, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan game-based learning memang efektif untuk meningkatkan minat belajar.

Belajar Aksara Sunda Jadi Seru Lewat Aplikasi Game di iPhone!

Proses pengembangan aplikasi ini pun sangat matang dan profesional. Tim pengembang menggunakan metode Agile dan Scrum, metode yang umum digunakan di industri perangkat lunak modern. Mereka memulai dengan penelitian, wawancara, dan survei kepada siswa, lalu merancang aplikasi berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. “Pengembangan dilakukan dengan membagi proses menjadi model, tampilan, dan logika aplikasi agar setiap bagian lebih fokus dan terstruktur,” tulis penulis dalam laporan penelitiannya (Kabisa App, 2023). Ini membuktikan bahwa mahasiswa Computer Science tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung mengaplikasikannya ke dalam solusi nyata.

Hasilnya, Kabisa bukan hanya membantu siswa mengenali aksara Sunda, tapi juga membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi jembatan untuk melestarikan budaya. Budaya lokal tidak lagi dianggap kuno atau membosankan, tetapi justru keren dan relevan. Dengan pendekatan yang modern dan interaktif, belajar budaya bisa jadi menyenangkan dan bermakna. Aplikasi seperti Kabisa ini bisa menjadi inspirasi bahwa teknologi dan tradisi bisa saling mendukung, bukan saling menggeser.

Sebagai generasi muda, kita punya tanggung jawab untuk tidak melupakan akar budaya. Mari manfaatkan teknologi bukan hanya untuk hiburan, tapi juga untuk belajar dan melestarikan kekayaan lokal kita. Siapa tahu, kamu bisa jadi pencipta aplikasi budaya berikutnya yang sukses. Yuk, belajar budaya dengan cara yang lebih seru!

References

[1] Ricky, J. C. Setiawan, A. R. Triadi and M. H. Widianto, “Kabisa App: iOS-Based Application for Learning Sundanese Script with Game-Based Learning Implementation,” in 2023 International Conference on Information Management and Technology (ICIMTech), Malang, Indonesia, 2023.

 

Mei 2025

Penulis: Riccosan