Wayshowing Design
Adrianto, S.Ds., M.Ds.
DKV BINUS @Bandung
Wayshowing adalah konsep dalam desain lingkungan yang bertujuan untuk membantu individu dalam menavigasi suatu area dengan memberikan petunjuk visual yang jelas dan efektif. Menurut Society of Experiential Graphic Design (SEGD), wayshowing berkaitan erat dengan penciptaan sistem komunikasi visual yang memungkinkan pengguna memahami dan bergerak melalui lingkungan tertentu dengan mudah. Hal ini melibatkan penggunaan elemen-elemen seperti tanda, peta, dan petunjuk lainnya yang dirancang untuk memandu pengguna menuju tujuan mereka tanpa kebingungan.
Chris Calori, dalam bukunya “Signage and Wayfinding Design”, mendefinisikan wayshowing sebagai proses desain yang berfokus pada pembuatan sistem penunjuk arah yang efektif dan efisien. Calori menekankan pentingnya memahami kebutuhan pengguna serta konteks lingkungan dalam merancang sistem penunjuk arah yang dapat memfasilitasi navigasi yang intuitif dan nyaman. Dengan demikian, wayshowing tidak hanya berkaitan dengan penempatan tanda, tetapi juga dengan keseluruhan pengalaman pengguna dalam berinteraksi dengan ruang tersebut.
Dalam konteks signage, terdapat beberapa jenis tanda berdasarkan fungsinya, yaitu identifikasi, regulasi, dan petunjuk arah. Tanda identifikasi berfungsi untuk menunjukkan identitas suatu tempat atau fasilitas, seperti nama gedung atau ruangan. Tanda regulasi memberikan informasi mengenai peraturan atau larangan yang berlaku di area tertentu, seperti tanda dilarang merokok atau batas kecepatan. Sementara itu, tanda petunjuk arah membantu pengguna menemukan rute menuju lokasi tertentu dengan memberikan informasi arah atau jarak.
Chris Calori dalam “Signage and Wayfinding Design” menjelaskan bahwa pemilihan jenis tanda yang tepat sangat penting untuk memastikan efektivitas sistem penunjuk arah. Tanda identifikasi harus dirancang dengan jelas dan mudah dikenali, tanda regulasi perlu disampaikan dengan tegas untuk memastikan kepatuhan, dan tanda petunjuk arah harus ditempatkan secara strategis untuk memandu pengguna melalui jalur yang diinginkan. Kombinasi yang tepat dari ketiga jenis tanda ini akan menciptakan sistem navigasi yang kohesif dan fungsional.
Proses perancangan wayfinding melibatkan beberapa tahapan penting. Tahap pertama adalah analisis kebutuhan pengguna dan pemahaman terhadap karakteristik lingkungan. Selanjutnya, perancang mengembangkan konsep desain yang mencakup pemilihan jenis tanda, penentuan lokasi penempatan, dan perancangan visual. Setelah itu, prototipe dibuat dan diuji untuk mengevaluasi efektivitasnya. Tahap akhir adalah implementasi dan pemeliharaan sistem penunjuk arah untuk memastikan fungsionalitasnya tetap optimal seiring waktu.
Manfaat dari sistem wayfinding yang dirancang sesuai metode yang disampaikan oleh Chris Calori meliputi peningkatan kenyamanan dan keamanan pengguna, pengurangan kebingungan dalam navigasi, serta peningkatan efisiensi dalam pergerakan di dalam suatu area. Sistem yang baik juga dapat meningkatkan citra dan reputasi suatu tempat, serta memberikan pengalaman positif bagi pengunjung. Dengan demikian, investasi dalam perancangan wayfinding yang efektif memberikan dampak positif jangka panjang bagi pengguna dan pengelola lingkungan tersebut.
Comments :