Inilah 10 Kasus Cyber Crime yang Bikin Heboh di Indonesia

Inilah 10 Kasus Cyber Crime yang Bikin Heboh di Indonesia

Kejahatan tidak hanya terjadi dalam dunia nyata saja, kemajuan teknologi yang semakin pesat nyatanya juga dapat menimbulkan kejahatan di dunia maya atau biasa disebut dengan cyber crime. Tidak hanya menyerang individu saja, perusahaan, organisasi besar hingga pemerintahan juga tidak luput dari kejahatan jenis ini. Bahkan, kasus cyber crime di Indonesia sendiri terbilang tertinggi di Asia tenggara.

Kerugian akibat kejahatan cyber ini tidak hanya berbentuk finansial, namun juga bisa merusak kepercayaan dan reputasi publik terhadap suatu lembaga selaku pihak korban. Maraknya kejahatan cyber yang terjadi di Indonesia membuat digitalisasi sistem semakin digalakkan agar lebih waspada serta dapat mengambil langkah yang preventif.

Kasus Cyber Crime di Indonesia

Keamanan digital adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Sebagai pengingat, berikut adalah sejumlah kasus cyber crime di Indonesia yang sangat merugikan.

1. Peretasan Situs Web Milik Universitas Indonesia (UI)

Universitas besar sekelas UI saja juga pernah mengalami kejahatan cyber yang menyebabkan gangguan layanan pada situs web. Hal ini benar-benar merusak reputasi kampus UI sebagai salah satu kampus terkemuka di Indonesia. Serangan ini juga menjadi dorongan bagi setiap institusi pendidikan agar meningkatkan keamanan di era digital.

2. Pencurian Data di Tokopedia

Platform belanja online seperti Tokopedia juga pernah mengalami pencurian data pengguna akibat ulah hacker yang tidak bertanggung jawab. Marketplace yang identik dengan warna hijau ini mencuri data para pengguna yang meliputi, nama lengkap, tempat tanggal lahir, email, nomor telepon, password hingga aktivitas transaksi

Untungnya pihak Tokopedia bisa bertindak cepat dengan mengubah kata sandi dan berhasil mengamankan kata sandi dan data pembayaran pengguna. Hal ini berkat kata sandi yang dilindungi algoritma, sehingga membuat para hacker jahat ini memerlukan waktu lama ketika meretas. Sayangnya, pada saat itu data pribadi tetap bocor di dark web dan data yang berisi 91 juta catatan berhasil dijual.

3. Perang Hacker Indonesia dengan Australia

Pada tahun 2013, pernah terjadi perang hacker antara Indonesia dengan Australia. Dimana sekelompok peretas dari Indonesia yang menamai diri mereka dengan sebutan ‘Indonesian Cyber Army’ terlebih dahulu meretas web Australian Secret Intelligence Service (ASIS).

Ini sebenarnya juga bukan sekedar serangan biasa, namun sebagai bentuk respon atas praktik mata-mata yang dilakukan Australia kepada Indonesia. Serangan balasan dari hacker masing-masing negara juga tidak terelakkan dengan saling menunjukkan rivalitas cyber.

4. Peretasan Aplikasi Tes Covid-19

Kasus cyber crime selanjutnya yang juga dialami oleh negara lain adalah peretasan atas aplikasi pendeteksi Covid-19. Kasus ini bahkan dinilai telah merugikan 1, juta pengguna aplikasi Electronic Health Alert Card (eHAC). Dalam aplikasi ini tersimpan berbagai data pribadi yang meliputi status kesehatan, kotak, hasil tes Covid-19 dan sebagainya.

Kementerian Kesehatan memang dinilai kurang untuk keamanan di beberapa aplikasi. Seperti aplikasi Test-and-Trace Covid-19 yang bahkan tanpa pengaman dan bisa diakses oleh siapa saja dari browser database Elasticsearch. Setelah berbagai serangan cyber, aplikasi baru kembali diluncurkan yang diberi nama PeduliLindungi, namun ini juga tetap masih bisa diretas.

5. Bank Syariah Indonesia yang Diserang Ransomware

Ransomware juga pernah menyerang server milik Bank Syariah Indonesia di tahun 2023. Dampak serangan ini membuat para nasabah tidak bisa mengakses aplikasi mobile banking selama 5 hari. Dampak tersebut benar-benar merusak sektor keuangan sekaligus mendorong agar perlindungan data harus diperkuat lagi.

6. Serangan Web Citilink dan Tiket.com

Situs web milik perusahaan Online Travel Agent seperti Citilink dan Tiket.com juga tidak luput dari serangan cyber crime. Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) ini bahkan menyebabkan pengguna tidak bisa mengakses kedua situs website tersebut. Insiden ini yang terjadi tahun 2016 ini juga menekankan pentingnya keamanan sebuah website serta dampak buruk akibat serangan DdoS.

7. Serangan Website DPR RI

Serangan DDoS juga sempat menyerang website DPR RI. Serangan yang terjadi tahun 2020 ini menyebabkan website down atau tidak bisa diakses dan nama situs berubah. Serangan yang terjadi di website pemerintahan ini membuat masyarakat mempertanyakan keamanan infrastruktur penting di negara Indonesia.

8. Peretasan Data Pengguna BRI Life

Departemen asuransi yang bernama BRI Life juga pernah mengalami peretasan oleh hacker tidak bertanggung jawab dan menyebabkan data 2 juta penggunanya bocor. Data pribadi yang diretas ini meliputi salinan KTP, detail akun bank hingga catatan pembayaran pajak.  Di kasus ini, pihak BRI langsung melakukan investigasi untuk mengetahui bagaimana komputer bisa kebobolan dan mencari pelaku.

9. Serangan Malware Pemilu 2019

Serangan malware juga pernah menyerang saat diselenggarakannya pemilihan umum di Indonesia tahun 2019. Serangan ini bertujuan untuk mempengaruhi pemilihan serta hasil, sehingga menjadi tidak akurat. Tentu saja serangan ini memunculkan kekhawatiran tersendiri terhadap keamanan sistem elektoral serta pentingnya untuk meningkatkan perlindungan integritas demokrasi.

10. Serangan Pada Situs Tempo

Website berita terkemuka di Indonesia, Tempo juga pernah menjadi korban kejahatan cyber yang membuat terganggunya layanan pada website tersebut. Selain menyebabkan kerugian secara finansial, dampak dari serangan hacker tidak bertanggung jawab ini membuat reputasi keamanan Tempo menjadi sorotan karena dianggap sangat rentan.

Beberapa contoh kasus cyber crime di Indonesia ini menyadarkan, bahwa teknologi canggih juga masih perlu keamanan tambahan. Jadilah salah satu orang yang bisa menanggulangi cyber crime dengan pembelajaran Cyber Security di BINUS Univeristy. Tunggu apa lagi, segera daftarkan diri kamu disini.