Manusia dan Pilihan Hidup dalam Novel The Midnight Library

Oleh Meitty Josephin Balontia, M.Han

Segala bentuk pengetahuan yang dimiliki manusia sebenarnya adalah upaya untuk memahami realitas seutuhnya. Tentu saja, dengan memahami realitas yang ada, manusia berharap dapat mempermudah dan meningkatkan kehidupan manusia itu sendiri. Maka tidak mengherankan jika dalam sejarahnya, banyak pemikir yang membaktikan dirinya untuk memahami siapa atau apa manusia itu. Perjalanan panjang memahami manusia menghasilkan berbagai refleksi filosofis yang berkutat pada kompleksitas manusia itu sendiri. Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Jika kita berbicara tentang manusia, kita tidak hanya berbicara mengenai makhluk yang memiliki tubuh, jiwa dan akal. Melainkan juga, kita berbicara mengenai kompleksitas kecenderungan, kehendak bebas, relasi yang dibangun, struktur kejiwaannya, dan lain sebagainya.

Selayang Pandang The Midnight Library

The Midnight Library merupakan salah satu novel yang berusaha untuk menggali makna hidup serta siapa itu manusia dalam kaitannya dengan pilihan hidup. Novel ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nora Seed hidupnya dipenuhi dengan penyesalan dan kegagalan. Ia gagal menjadi seorang atlit renang; gagal untuk mempertahankan relasinya dengan tunangannya; gagal untuk membahagiakan kakaknya dengan terus menjadi vokalis band Labyrinth, band yang dibangun oleh kakak serta salah satu sahabat kakaknya. Kegagalan-kegagalan tersebut hanyalah beberapa dari banyak penyesalan yang dia rasakan. Ia kemudian berupaya untuk mengakhiri hidupnya. Di tengah kematian dan kehidupan, ia kemudian menemukan dirinya berada di dalam ruangan yang disebut perpustakaan tengah malam. Perpustakaan ini berisi buku-buku dengan warna senada yakni, hijau. Yang berbeda hanyalah gradasinya saja. Ada satu buku di antara buku tersebut yang memiliki warna berbeda,batu kelabu dengan sampul buku bertuliskan Buku Penyesalan. Menurut pustakawati, Mrs. Elm, yang menjaga perpustakaan tersebut, buku penyesalan berisi dua hal sumber masalah sekaligus jawaban atas masalah-masalah tersebut. Saat membuka satu per satu lembaran buku tersebut, dia menemukan berbagai penyesalan atas pilihan-pilihan hidup yang tidak diambilnya. Ia pun diberikan kesempatan untuk  menjajal berbagai kehidupan yang sebelumnya tidak dia ambil. Dia kemudian menjajal kehidupan yang pada akhirnya tidak dipilihnya, seperti, menjadi atlit renang dan meraih berbagai penghargaan yang akhirnya membawa dia menjadi seorang pembicara terkenal. Atau, memilih untuk menikah dengan tunangannya dan berhasil mendirikan sebuah pub di desa kecil. Menurut Mrs. Elm, dia dapat hidup terus dalam kehidupan yang dijajalnya jika ia benar-benar bertekad untuk tinggal didalamnya. Namun, satu penyesalan akan membawanya kembali ke perpustakaan tengah malam.

Dalam novel tersebut, ditunjukkan bahwa pilihan-pilihan yang diambilnya pun tetap memuat penyesalan tertentu. Meskipun ada gambaran bagaimana inginnya dia tinggal di dalam satu kehidupan, dimana ia menjadi seorang ibu dan isteri yang bahagia. Namun, pada akhirnya, novel ini menggambarkan bagaimana manusia dengan kehendak bebasnya dapat memilih keputusan namun tidak dapat mengontrol hasil akhirnya. Lantas, si(apa) manusia dalam novel The Midnight Library ini?

Manusia dan Pilihan Hidup

Dalam novel ini kita bisa melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang terlahir untuk menuju kematian. Dalam bahasa seorang filsuf Jerman bernama Martin Heidegger, manusia merupakan being-towards-death. Manusia terlahir di dalam dunia artinya, ia sekaligus sedang berjalan menuju kematian. Dalam perjalanan menuju kematian yang tak bisa dielakkan manusia berusaha untuk menjalani hidup dengan berbagai pilihan yang dibuatnya. Sejak manusia membuka mata di pagi hari hingga menutup mata di malam hari, berbagai pilihan terbentang dihadapannya. Setiap pilihan kemudian menggugurkan pilihan lainnya. Berbagai pilihan ini sendiri hanya hadir jika manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih “menjadi” atau “tidak menjadi”. Jadi, tidak ada pilihan tanpa adanya kehendak bebas.

Memilih kemudian selalu mengandaikan adanya konsekuensi di dalamnya. Dalam kasus Nora misalnya, memilih untuk meninggalkan band Labyrinth yang didirikannya bersama kakaknya, memiliki konsekuensi bahwa band tersebut kemudian bubar. Mereka gagal mendapatkan kontrak dengan salah satu perusahaan rekaman. Hal ini berdampak pada jalan hidupnya dan jalan hidup kakaknya. Konsekuensi dalam setiap pilihan hidup inilah yang membawa pada penyesalan. Jadi, penyesalan adalah bagian yang tidak bisa terlepas dari berbagai pilihan yang dibuat manusia. Mengingat manusia adalah makhluk yang selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, maka tidak mengherankan jika penyesalan selalu menjadi bagian dari diri manusia. Jika demikian, apakah manusia merupakan makhluk yang penuh penyesalan? Novel ini mengajarkan bahwa penyesalan sejatinya dapat terhapus dengan pendekatan yang tepat terhadap setiap pilihan yang telah dibuat. Pendekatan yang dimaksud adalah bagaimana manusia menerima kenyataan bahwa setiap pilihan mengandung konsekuensi yang harus diterima. Konsekuensi itu dapat mewujud dalam hasil akhir dari setiap pilihan. Novel ini menekankan bahwa meskipun manusia memiliki kebebasan dalam memilih namun hasil akhirnya tidak benar-benar berada dalam genggamannya. Artinya, manusia tidak dapat menebak bagaimana hasil akhir dari berbagai pilihan yang dibuatnya. Hal tersebut terjadi salah satunya, karena pilihan manusia terkadang tidak terlepas dari kondisi lingkungan serta relasi sosial yang dibangunnya. Berbicara mengenai lingkungan serta relasi sosial, tentu ada orang lain di dalamnya. Kesadaran bahwa orang lain serta lingkungan tidak dapat berada dalam kuasa kita sepenuhnya  adalah langkah awal untuk memahami bahwa hasil dari setiap pilihan tidak betul-betul dapat berakhir sesuai dengan ekspektasi kita.

Manusia hanyalah makhluk bebas berakal yang berusaha memaknai hidupnya yang terbatas, dengan memilih berbagai pilihan dalam hidupnya. Berharap mendapatkan makna hidup serta kehidupan yang lebih baik sebagai hasil akhir dari pilihannya. Namun, dengan memahami bahwa manusia tidak memiliki kuasa akan hasil akhir kiranya dapat meningkatkan keberanian manusia untuk menghadapi hidup apa adanya.

BINUS @Bandung