Introdcution

Oleh: Nahja Akbar Khalid

Umumnya pembelajaran mengenai business development, marketing, laba-rugi, pajak, dan lain sebagainya untuk menjalankan bisnis bukan merupakan diskusi utama dalam dunia desain, tapi dalam realitanya beberapa hal tersebut menjadi kebutuhan bagi seorang desainer untuk mampu menggabungkan dua disiplin ilmu yang berbeda didalam satu tujuan yang sama dalam memulai biro desain.

Bisnis model adalah tahap awal untuk menentukan bagaimana sistem kerja yang akan dilakukan oleh seorang designpreneur untuk menjalankan biro desainnya yang berfokus pada kekaryaan tetapi tidak menyampingkan pendapatan. Secara historis biro desain merupakan sebuah bisnis model konsultasi yang menjual jasa kepada para klien. Berbeda dengan bisnis produk dimana pendapatan dapat dinilai dari satuan harga pokok ditambah biaya proses dan ditambah margin sehingga mengeluarkan harga jual, bisnis biro desain menggunakan beberapa metode perhitungan jasa diantaranya; Hourly Fixed Rate, Percentage Rate, dan square meter Rate. Tidak ada kelebihan dan kekurangan dalam menentukan rate jasa di biro desain, semua metode tersebut akan fit tergantung dari kerangka kerja yang akan diterapkan dalam biro desain itu sendiri. Untuk dapat mengingkatkan pendapatan seorang designpreneur dapat melakukan beberapa hal diantaranya menaikan harga billing rate dan atau mempekerjakan desainer dengan biaya yang memiliki margin lebih besar. Tanpa bisnis model yang matang, bisnis desain akan membuat seorang designpreneur akan menjadi self-employee di dalam industri ini bukan memiliki bisnisnya.

Biro desain merupakan jasa konsultasi yang memiliki nilai khusus dan berbeda-beda didalam setiap project yang dijalankan, namun bagi biro desain yang baru mulai karirnya, hal yang akan dilihat oleh klien adalah sebuah hasil akhir (produk). Ketika kita meilihat produk sebagai keputusan biner antara “iya” atau “tidak”, karena produk memiliki nilai yang tangible. Klien yang baru pertama kali menggunakan jasa desain dan atau menggunakan biro desain muda akan menilai sebuah service yang dilakukan adalah sebuah cost bukan dari value biro desainnya. Hal inilah yang membuat pentingnya sebuah Value Proposition yang harus dimiliki designpreneur dalam memulai biro desainnya.

Dalam mendirikan sebuah biro desain tidak terdapat one-size-fits-all solution untuk memulainya dikarenakan berbagai macam variable internal maupun external sangat mempengaruhi bagaimana sebuah biro desain akan mulai dan berjalan hingga sejauh apa. Namun dengan memahami bisnis model yang telah dibuat dengan matang setidaknya seorang designpreneur telah memiliki guideline dasar untuk memulai karirnya dalam mendirikan sebuah biro desain.

Gambar 1. Buku Architect+Entrepreneur by Eric Reinholdt