Oleh: Gandara Permana                                

Pariwisata sebagai salah satu sektor penggerak perekonomian  menyumbang kontribusi yang besar bagi sebuah wilayah atau negara. Sector pariwisata mempu menggerakkan jutaan orang, secara langsung ataupun tidak langsung bersinergi dengan para stakeholder baik itu pelaku wisata, pemerintah, swasta, maupun akademisi. Secara umum, wisatawan hanya mengenal destinasi wisata dibeberapa daerah yang secara nasional ataupun internasional sudah diketahui seperti Bali, Raja Ampat, dan lainnya, sedangkan daerah lain juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek daerah tujuan wisata.

Kavaratzis (2008) menjelaskan bahwasanya tourism destination branding merupakan salah satu tren dari city branding dengan menjadikan suatu kota atau daerah sebagai destinasi atau kota tujuan wisata bagi masyarakat lokal dan nasional, serta memungkinkan sebuah kota untuk mengelola potensi pariwisata yang dimiliki daerahnya sebagai identitas dan karakteristik yang unik bagi daerah tersebut, dalam rangka membangun identitas atau brand yang kompetitif pada suatu wilayah yang khusus menjadi tujuan wisata dan tempat yang ingin menarik wisatawan.

Disinilah brand managemen desatinasi wisata berperan untuk menciptakan merek dengan value yang baik juga diharapkan dapar berkelanjutan sehingga dastinasi ini dapat menunjukan citra dan reputasi dengan memenuhi trust kepada wisatawan. Dengan begitu, brand destination bukan hanya sebuah identitas atau merek saja tapi mampu melingkupi seluruh upaya pemerintah Bersama stakeholder untuk mengembangkan dan mengkomunikasikan potensi dan nilai suatu daerah kepada khalayak.

Brand destination merupakan salah satu strategi pemasaran suatu wilayah atau daerah meliputi kabupaten atau kota untuk mem-positioning dengan kuat dan representative secara global. Brand destination juga menjadi sebuah identitas suatu daerah dengan menampilkan seluruh potensi yang dimilikinya. Sebagai salah satu strategi pemasaran pariwisata daerah, maka identitas maupun tagline dirancang berdasarkan potensi nyata daerah dengan segala keunikannya. Brand destination merupakan sebuah usaha untuk membangun merek diwilayah tertentu shingga dapat membentuk citra sebuah daerah secara local maupun global.

Tiga strategi dasar untuk menentukan brand sebuah destinasi wisata Menurut Hermawan Kertajaya (Markplus Tourism) : 

1. Positioning/pemosisian

Positioning dalam konteks ini merupakan hal yang ingin ditanamkan dalam benak masyarakat atau calon wisatawan. Dalam menentukan positioning, pengelola destinasi wisata dituntut agar lebih kompetitif dalam menentukan nilai jual sehingga produk yang ditawarkannya dapat lebih berharga dibanding produk kompetitor.

Contoh paling familier adalah Bali. Destinasi ini cukup melekat di benak masyarakat dunia sebagai destinasi wisata yang dikenal sebagai Pulau Seribu Pura, serta falsafah masyarakat Bali yang religius.

2. Differentiation/diferesiansi

Tanpa positioning yang tepat, penentuan diferesiansi juga akan sulit direalisasikan. Diferesiansi produk destinasi wisata dapat dilihat melalui faktor 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Meskipun atraksi yang ditawarkan terlihat sama dengan kompetitor, terkadang amenitas yang ditawarkan dapat berbeda. Jika positioning ditujukan agar tertanam dalam benak masyarakat, diferesiansi dapat diartikan sebagai sesuatu yang beda (dapat terlihat secara fisik).

3. Branding

Seperti yang telah disebutkan di atas. Branding berbicara tentang bagaimana destinasi wisata dapat mengelola image dan reputasi dengan cara memenuhi janji-janji (trust) kepada wisatawan.

City destination brand identities

Source :  https://www.jamesbranding.com/city_destination_brand_identities_from_a_to_z/destination-brands_/