Pada tanggal 11 Mei 2022, Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan seminar untuk membantu para pelaku Industri dan UMKM di Bandung mengurangi resistensi pelaku usaha dan mencapai tingkat efisiensi yang maksimal dengan bantuan IoT atau Internet of Things. Seminar ini dihadiri oleh berbagai macam pelaku industri di Jawa Barat selama kurang lebih 4 jam dengan 4 Narasumber dari berbagai macam background.

 

Pemaparan materi pertama dilakukan oleh Martin B. Chandra mengenai hambatan dalam melakukan implementasi IoT pada pengusaha Indonesia adalah pengambilan keputusan tertinggi masih berada pada generasi Baby Boomers dimana masih sulit untuk menggantikan alat-alat konvensional menjadi alat modern. Hal ini dikarenakan ini merupakan hal yang disayangkan oleh Baby boomers untuk membuang alat yang lama dan bagi mereka IoT ini merupakan Big Investment. Selain itu tantangan lainnya adalah merubah cara perhitungan arus kas perusahaan seperti investment dan maintenance peralatan IoT. Resiko PHK juga pastinya akan bermunculan dikarenakan pekerjaan repetitif dapat digantikan oleh otomasi robot. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah munculnya dampak politis dari teknologi negara yang diimplementasi di Indonesia. Misalnya teknologi tersebut di switch off karena perang maka bisnisnya tidak akan berjalan, bahkan hingga pada penggunaan media sosial untuk berbisnis.

Gambar 1. Tantangan Penerapan Smart Manufacturing

 

Pemaparan kedua dilakukan oleh Fariz Alemuda selaku Squad Leader Manufaktur PT Telkom, Tbk. Pada pemaparan kedua ini memberikan informasi mengenai produk Telkom bernama Antares yang berfungsi sebagai IoT platform dan juga IoT connectivity. Produk Antares ini menyediakan layanan end to end dari layanan pemasangan sensor, mengkonkekan ke hardware, dan juga melakukan visualisasi data dengan menggunakan dashboard untuk memudahkan mengambil insight dari implementasi IoT dan mendapatkan real-time feedback dari production performance. Akan tetapi tantangan dari implementasi IoT pada industri 4.0 ini adanya distrupsi dari industri 1.0 hingga 3.0 itu sendiri. Sehingga IoT harus disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lapangan dan memberikan manfaat terhadap teknologi tersebut seperti pengurangan biaya

Pemaparan sesi ketiga dilakukan oleh Fadli Hamsani selaku GM Industrial Internet of Things Telkomsel. Menurutnya mengenai perkembangan implementasi teknologi di Indonesia adalah sebagian besar pelaku bisnis yang hanya mengikuti trend kemajuan teknologi akan tetapi tidak merasakan manfaat dari implementasi teknologi. Seperti munculnya IoT dan VR langsung dibeli tanpa melihat dari kesesuaian kebutuhannya. Fadli menekankan untuk menerapkan teknologi yang dapat memberikan value chain dan tidak semua hal harus diubah menjadi solusi IoT.  Sebelum menerapkan IoT akan lebih baik untuk melakukan penilaian dan evaluasi awal untuk melihat titik-titik permasalahan dimana saja dan penerapan IoT apa yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kinerja maupun mengurangi biaya.

Tantangan digital transformasi yang masih perlu dii hadapi pada industri manufacturing antara lain koordinasi, talent, tujuan bisnis belum clear seperti ingin digital tapi tujuannya untuk apa sehingga Telkomsel juga menyediakan layanan konsultasi sebelum implementasi IoT. Meskipun ada industri yang siap menerapkan IoT dan berkonsultasi juga masih ada tantangan lainnya seperti data pribadi Indonesia masih belum dapat diletakkan di cloud bagi layanan banking dan keuangan lainnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk implementasi IoT antara lain: pertama Identifikasi pain points , kedua assessment dan feasibility study untuk mengetahui benefit mana yang paling besar dimana low cost investment tapi memberi benefit yang besar, ketiga capacity building untuk melihat kemampuan kita apakah mampu atau tidak jika tidak dapat berkolaborasi dengan patner. Terakhir adalah pilot project & monitoring result.

 

Pembicara terakhir adalah Firmans Nur Gafi selaku Key Account Manager Signify Indonesia. Signify Indonesia sendiri merupakan nama perusahaan Philips Lighting terbaru. Menurutnya semenjak adanya virus Covid 19 yang melarang orang untuk melakukan aktivitas di kantor sehingga muncul digitalisasi dan mengontrol produksi secara jarak jauh. Oleh karena itu phiilips mulai menawarkan solusi untuk meninggalkan hal- hal yang konvensional dan juga mengurangi cost di level production dengan menerapkan IoT di proses produksi di industri manufaktur. Setiap industri pasti berbeda satu sama lain sehingga solusi yang ditawarkan pasti juga akan berbeda beda.

 

 

Seminar Smart Manufacturing yang diselenggarakan oleh Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika ini dapat menjadi sarana untuk mempertemukan pelaku industri baik teknis maupun bisnis untuk mendapatkan insight baru, solusi, dan networking untuk memajukan digitalisasi dan Perindustrian Indonesia.