Pada manusia hampir 95% lingkungan luar tubuh manusia diindentifikasi melalui indera pengelihatan dan warna merupakan sebuah persepsi dari olahan stimuli visual yang paling pertama diterima oleh mata manusia. Secara psikologis warna dipercaya dapat mempengaruhi mood atau susasana hati seseorang sehingga penerapan warna pada ruang-ruang yang memiliki tujuan khusus harus dipertimbangakan dalam penerapan karena dapat berdampak pada manusia yang menghuninya.

Ruang yang diperuntukkan untuk fasilitas kesehatan merupakan ruang yang memiliki tujuan dan fungsi khusus untuk memberikan pelayanan yang bagi manusia yang sedang sakit secara fisik maupun psikologis. Fasilitas kesehatan dituntut untuk tetap bersih steril dan bebas dari bakteri atau sumber penyakit sehingga penerapan warna pada rumah-rumah sakit yang sering ditemui adalah rumah sakit dengan dominan warna putih. Secara fisik ruangan dengan warna putih terlihat bersih dan bebas dari noda kotor, tetapi bagi sebagian orang nuansa yang ditimbulkan adalah kesan kaku, dingin dan membosankan sehingga timbul perasaan horror, menekan dan tidak nyaman.

Tidak dapat dipungkiri bahwa nuansa ruang dengan dominan warna putih masih sering kita jumpai pada fasilitas kesehatan diberbagai daerah maupun di kota besar. Dalam berbagai penelitian disebutkan bahwa sebenarnya warna tidak memiliki pengaruh langsung teradap kesebuhan pasien, namun dengan desain dan simulasi penerapan warna yang tepat dapat meningkatkan healing support bagi pasien dan sebaliknya, apabila penerapan warna tidak menarik dan secara psikologis terkesan mengganggu maka akan dapat berdampak serius bagi kenyamanan visual pasien dan tidak mendukung proses healingnya.

Merujuk pada fenomena itu fasilitas kesehatan saat ini sudah berubah dan berallih ke fasilitas kesehatan yang lebih ramah pengunjung. Berbagai inovasi terlah dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas kesehatan bagi setiap pengunjung pasien yang datang untuk melakukan penyembuhan, maupun sekedar berkunjung untuk menjenguk kerabat yang sedang dirawat disana. Inovasi yang dilakukan adalah dengan memberikan fasilitas pendukung untuk keluarga, privasi dan fasilitas lainnya, namun yang paling berdampak adalah  mengubah persepsi lingkungannya dengan memberikan sentuhan warna-warna pada ruang dengan pertimbangan psikologis yang dapat memberi sensasi kenyamanan.

Mengingat bahwa warna memiliki peranan besar terhap pembentukan suasana hati maka pemilihan pertimbangan pemilihan warna menjadi sangat penting khsusunya untuk fasilitas kesehatan yang bertujuan untuk healing, memberi rasa keamanan serta stimuli kenyamanan lainnya. Pertimbangan pemilihan warna yang dapat dilakukan untuk ruang healing adalah:

 

Pemilihan Warna Ringan dengan Kombinasi

Sumber Gambar  : Pinterest, 2021

Warna-warna tertentu yang dijadikan sebagai pertimbangan untuk ruang yang memiliki fungsi healing adalah warna yang ringan dengan dengan skema kombinasi antara warna analog hangat (cokelat muda, jingga muda, tekstur kayu) dan warna analog dingin (biru muda, hijau muda) dengan penerapan yang berimbang di dalam suatu ruang yang terapeutik.

Dalam suatu ruang terdiri dari elemen lanti, dinding ceiling, serta elemen pendukung lainnya seperti furniture, tirai jendela, cushion sofa, dan lukisan lukisan dekoratif. Dalam mengatur kombinasinya hendaknya setiap elemen ini dipertimbangakan pemilihan dan kombinasi warnanya. Misanya menggunakan warna yang hangat untuk lantai, dan warna yang dingin untuk dinding serta elemen dekoratif yang bernuansa warna hangat pada dinding tersebut.

Skema pemilihan kombinasi warna pada empat sisi dinding juga dapat dilakukan dengan cara memberi warna hangat pada dinding yang saling berhadapan dan warna kombinasi warna dingin pada sisi lainnya, serta di tambahkan dekoratif yang berimbang sehinga ruang memiliki tidak monotone dan lebih bernuansa seperti rumah sendiri.

Pemilihan Warna Berdasarkan Preferensi Pengguna

Preferensi manusia terhadap warna dapat dikategorikan secara general dan memiliki pemaknaan yang berkaitan erat dengan psikologisnya, misalnya secara gender, laki-laki lebih dominan dipersepsikan dengan simbol warna biru, dan Wanita dengan simbol merah muda. Secara usia anak-anak lebih memiliki prefernssi terhadap warna hangat (merah-jingga-kuning) sedangkan dewasa lebih menyukai warna yang cenderung dingin (hijau-biru).

Preferensi terhadap warna seperti pemaparan diatas memang mudah diidentifikasi secara general, namun belum tentu tepat bila digunakan sebagai pertimbangan pemilihan warna untuk healing karena tidak memiliki keterikatan secara emosional terhadap penggunanya.

Pertimbangan preferensi warna berdasarkan demografi, budaya dapat digunakan sebagai pertimbangan. Misalnya pada fasilitas Kesehatan di Kota Bandung yang dominan adalah masyarakat dengan Suku Sunda yang memiliki karakter emosional yang erat terhadap budaya Sunda dapat digunakan sebagai rujukan pemilihan warna berdasarkan preferensi pengguna.

Dari penelitian terhadap preferensi warna, masyarakat Sunda memiliki prefernsi terhadap warna kuning, hijau dan biru. Preferensi warna kuning dari berbagai ragam bias bunga, lingkungan dengan langit yang selalu biru dan hamparan gunung dan pepohonan yang hijau yang merupakan lingkungan alam asli masyarakat Sunda menjadikan warna tersebut menjadi warna pferesensi kelompok masyarakat tersebut. Sehingga warna-warna tersebut dapat dapat dijadikan rujukan untuk fasilitas ruang dengan tujuan healing. Apabila warna tersebut dikombinasikan, maka masih relevan digunakan sebagai rujukan karena memiliki kombinasi antara warna hangat dan warna dingin. Pertimbangan tersebut berlaku juga untuk budaya lainnya yang memiliki preferensi warna yang berbeda.

Pemilihan Warna Berdasarkan Psikologi Manusia

Warna secara umum memiliki stimuli tertentu yang berkaitan dengan psikologi manusia, baik secara gender, usia maupun preferensi yang bersifat personal. Warna putih merupakan warna yang bersih, namun Ketika semua lingkungan kita dilingkupi dengan warna putih makan akan timbul kejenuhan yang tidak memberikan energi dan semangat. Warna merah memiliki persepsi energi emosi yang membara sehingga dipersepsikan apabila durasi stimulinya terlalu banyak maka akan menimbulkan kelelahan. Warna jingga dan kuning memberikan kehangatan seperti hangatnya cahaya Mentari pagi dan bunga yang bermekaran sehingga secara psikologis memberikan rasa ceria dan senang. Berbeda dengan warna hijau dan biru, memiliki persspsi yang menengakan dan relaxing, namun apabila durasi stimuli warnan tersebut terlalu lama akan memberikan kejenuhan dan kesan kejatuhan emosi yang mendalam. Serta warna nila atau ungu dan hitam warna yang mengarah gelap memberikan persepsi tentang dukacita dan kesengsaraan. Beberapa persepsi terebut memiliki arti emosional yang sudah melekat pada psikologis manusia sehingga perlu dilakukan kurasi dan seleksi warna berdasarkan kebutuhan psikologis manusia dalam.

Selain berkaitan langsung dengan emosi dan psikologis manusia, ternaya warna-warna tertentu memiliki dampak langsung yang dapat dirasakan oleh manusia, seperti warna merah, atau jingga dengan kontras yang kuat tidak disarankan untuk digunakan pada ruang. Hendaknya warna tersebut dan kombinasinya dihilangkan karena warna tersebut memiliki pengaruh secara fisiologis yang dapat menstimuli meningkatkan tekanan darah, serta meningkatkan laju pernafasan manusia yang melihatnya sehingga dapat menimbulkan kegelisahan bagi pasien yang membutuhkan kenyamanan. Meskipun diperlukan untuk tujuan tertentu, hendaknya warna tersebut diterapkan diluar ruang dengan tujuan healing.

Berdasarkan pertimbangan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan warna dan kombinasinya harus dipertimbangkan dari berbagai aspek, baik secara fisiologis, psikologis serta pendekatan budaya dalam menentukan pemilihan warna yang tepat agar tercipta nuansa ruang dan lingkungan yang secara emosional dapat membantu memberi motivasi kepada manusia yang tinggal didalamnya untuk merasakan kenyamanan dan healing yang optimal baik untuk jiwa dan raga.

Pustaka :

  • The Stationary Office. (2004). Lighting and Color for Hospital Design Journal : London,
  • Chartered Institution of Building Services Engineers (CIBSE). (1989).Lighting Guide: Hospital and Healthcare Building; London
  • Simarmata, Andriano. (2018). Thesis : Persepsi dan Presefensi Warna Masyarakat Kota Bandung terhadap Pemilihan Ruang Rawat Inap Bagian Bersalin.